Maxime akhirnya pergi ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.Dia sendiri tidak paham apa yang terjadi akhir-akhir ini. Terkadang tubuhnya tidak terkendali dan ingin melindungi Reina."Max."Tiba-tiba, suara Reina yang memanggil namanya bergema di telinganya.Maxime mematikan pancuran air dan suara Reina pun menghilang."Sial! Sekarang aku mulai berhalusinasi?"Maxime mandi sebentar, lalu berbaring.Belakangan ini kepalanya sudah tidak terlalu sakit lagi, tapi dia tetap tidak bisa mengingat satu pun momen beberapa tahun terakhir yang Ekki ceritakan padanya.Maxime tidak bisa tidur. Dia mengambil ponselnya dan ragu-ragu apa dia harus menelepon Reina atau tidak.Tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk, Riki meneleponnya.Maxime langsung menjawab."Papa berengsek!"Riki memanggilnya dengan penuh semangat dan riang."Ya." Maxime sekarang sudah terbiasa dengan berbagai panggilan Riki untuknya."Ma, sini. Cepat sapa Papa."Riki berjalan ke arah Reina, menariknya dan memintanya
Sebagian besar orang yang menulis lagu sendiri, biasanya bisa menilai.Reina sudah mendengar lagu yang menduduki peringkat kedua dan lagu itu tidak sebagus miliknya. Selain itu, masa iya jumlah pengunduh dan pemutaran lagu peringkat kedua bisa melonjak drastis kurang dari waktu setengah hari?Pasti ada yang tidak beres.Karena sudah malam, Reina memutuskan untuk meminta Sisil menyelidikinya besok.Keesokan harinya, pagi-pagi sekali sebelum dia sempat menelepon Sisil, Sisil sudah lebih dulu meneleponnya."Bos, gawat!""Ada apa?" tanya Reina bingung."Pagi ini aku periksa hasil kompetisi, voting lagu yang awalnya di peringkat kedua sudah melampaui voting lagumu. Padahal awalnya jumlah voting beda jauh lho." Sebuah firasat buruk merayapi hatinya, "Aku curiga ada yang main belakang di kompetisi ini."Meski penyelenggara kompetisi sudah berulang kali melarang para pemberi voting membeli jumlah suara, bukan berarti kontestan tidak akan membelinya.Reina juga punya spekulasi ini, dia berkata,
Syena sudah menduganya. Mana mungkin Reina si tuli bisa menggubah lagu sebagus itu? Sekarang kalau dipikir-pikir, dia pasti memang sudah menjiplak karya Master Rei.Syena pun bertekad akan membuat Reina selamanya tidak bisa menulis lagu lagi.Di sisi lain, komentar negatif mulai bermunculan di halaman lagu gubahan Reina."Gini doang lagunya?""Kayaknya pernah denger lagu ini di mana gitu deh.""Iya, aku juga merasa gitu. Si Reina ini nggak mungkin kayak para artis yang bisanya jiplak lagu, 'kan?""Ngapain nanya lagi? Sudah jelas lah dia pasti ngejiplak. Kalau nggak, mana mungkin pendatang baru bisa bikin lagu sebagus ini?""Pas aku dengerin lagunya, kayaknya dia memang jiplak Master Rei deh.""Jangan-jangan Reina cuma nama samaran? Master Rei ... Reina ... Tuh mirip, 'kan?""..."Segala jenis ulasan buruk menenggelamkan semua ulasan bagus.Semua orang sadar masalah ini tidak sesederhana itu.Reina memang tidak membaca komentar para netizen, tapi Sisil membacanya. Ketika dia membaca kom
Satu jam kemudian.Reina datang ke cabang Grup Rajawali tempat Diego berada sekarang.Diego keluar untuk menjemputnya, "Kak, ayo sini ke kantorku."Sekarang Diego mengenakan jas dan sepatu kulit. Dalam perjalanan ke kantor, orang-orang menyapanya, "Pak Diego."Reina merasa Diego telah banyak berubah.Sesampainya di kantor Diego, Reina duduk di sofa sedangkan Diego menuangkan segelas air hangat untuknya."Kak, kamu 'kan lagi hamil, jadi aku nggak suguhin teh ya.""Terima kasih.""Kamu 'kan kakakku, jadi nggak perlu sungkan. Jangan lupa, dulu waktu kecil kita 'kan sering main bareng."Diego duduk.Reina mengangguk."Senang sekali melihatmu seperti ini." Reina membatin, ayahnya di surga sana pasti juga tidak akan menyalahkan Diego lagi.Diego sepertinya sudah benar-benar bertobat, "Sebenarnya aku bisa berubah seperti ini berkat Kak Morgan. Dia beneran pria yang baik, kita semua harus berterima kasih ke dia."Sebaik itulah Morgan di mata Diego.Reina memang tahu kalau Morgan sangat baik, h
Jess mengangguk, "Baik."Jess keluar ruangan dengan lesu, dia tahu saatnya menanggung situasi tidak enak ini lagi.Jess menelepon Syena kembali, "Nona Syena, Pak Morgan masih rapat dan malam ini ada janji dengan klien penting. Dia menyesal nggak bisa menemanimu menonton pertunjukan."Syena yang sedang melihat gaun pengantin pun seketika jadi marah."Dia yang nggak punya waktu atau kamu sengaja nggak ngasih tahu?"Syena sangat memusuhi wanita di sekitar Morgan.Jess hanya bisa meminta maaf, "Maaf, Nona Syena, aku sudah menyampaikannya."Jess bicara sambil menoleh ke arah Morgan yang sedang bekerja dengan serius di kantor CEO. Dia pun membantunya berbohong lagi."Pak Morgan juga menyuruhku menyiapkan hadiah untuk Nona sebagai permintaan maaf."Kemarahan Syena sedikit padam saat mendengar Morgan menyiapkan hadiah sebagai permintaan maaf."Bilang sama dia, lain kali nggak boleh nolak ajakanku.""Baik."Setelah selesai mengurus Syena, Jess memilih salah satu hadiah yang perusahaan terima da
Melihat Reina berani membela gadis kecil itu, wanita itu pun menyahut, "Siapa kamu? Tahu nggak kakek gadis ini sudah setuju menyerahkan gadis ini untuk dibesarkan Bu Liane?""Kalau kamu jual anak ini? Gimana?"Reina bertanya balik.Wanita itu mendengus kesal, "Kamu tahu nggak aku itu asistennya siapa? Menjual anak? Kamu menghina Bu Liane ya?""Aku nggak peduli lah siapa kamu? Jelas-jelas kamu yang salah menculik anak di jalanan," sahut Reina tidak kalah dingin.Reina memeluk anak itu dan melindunginya, lalu mengeluarkan ponselnya, "Jangan takut, Tante telepon polisi dulu ya."Melihat Reina hendak memanggil polisi, wanita itu langsung menghentikannya."Tunggu, jangan panggil polisi. Aku beneran nggak punya niat jahat."Reina berhenti dan bertanya pada gadis kecil itu."Boleh ceritain nggak ke Tante sebenarnya ada apa ini?"Gadis kecil itu menunduk sambil menyeka air matanya, "Tante, tadi aku dan kakek lagi jualan bunga. Terus tiba-tiba mereka datang dan bilang mau mengadopsiku.""Aku ng
Tangan Liane tergantung begitu saja.Gadis kecil itu meraih tangan Reina dan berkata, "Tante, boleh anterin aku pulang? Aku takut, aku mau cari kakek."Dia hanya memercayai Reina sekarang.Hati Reina yang lembut tentu langsung luluh, dia langsung menyanggupi."Oke."Setelah Reina menjawab, dia memegang tangan gadis kecil itu sambil berkata pada Liane, "Bu Liane, kalau mau ngadopsi anak, Anda tetap harus mempertimbangkan pendapat anak itu sendiri."Liane perlahan menarik tangannya."Oke, aku temenin kamu antar dia."Gadis kecil itu memimpin jalan melalui gang-gang sempit dan mereka sampai di sebuah bangunan tempat tinggal yang sangat sederhana.Karena posisinya ada di pusat kota, harusnya kondisi ekonomi keluarga gadis itu tidak terlalu buruk.Sebelum mereka tiba, gadis kecil itu melepaskan genggaman tangan Reina dan berlari menuju seorang lelaki tua dengan rambut yang sudah putih."Kakek!""Yaya!""Kakek, aku nggak mau jadi anak orang lain. Aku mau sama kakek aja. Kakek, jangan tinggal
Entah kebetulan atau tidak, tidak lama setelah Reina keluar dari kawasan itu, ada sebuah mobil perlahan melaju ke arahnya. Si penumpang menurunkan jendela dan memperlihatkan wajah tampan Morgan."Nana."Reina berhenti melangkah dan menatapnya, "Kebetulan sekali."Karena terakhir kali Morgan sudah menyelamatkannya, juga Reina melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Diego sudah berubah dan bagaimana Diego terus memuji kebaikan hati Morgan, pandangan Reina terhadap Morgan pun berubah."Kamu ngapain di sini? Mau aku antar pulang?" tanya Morgan.Reina menggeleng, "Nggak usah, aku bisa naik taksi."Meskipun Morgan baik, Reina tidak ingin berhubungan lagi dengannya.Morgan pun meminta sopir menghentikan mobilnya."Kalau gitu aku temenin jalan."Reina jadi sungkan menolaknya.Keduanya berjalan berdampingan di jalan raya, menarik perhatian banyak orang."Kamu sudah baikan?" Morgan berinisiatif mencari topik.Reina mengangguk, "Ya, aku sudah nggak apa-apa kok. Terima kasih."Morgan melihat
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba