Satu jam kemudian.Reina datang ke cabang Grup Rajawali tempat Diego berada sekarang.Diego keluar untuk menjemputnya, "Kak, ayo sini ke kantorku."Sekarang Diego mengenakan jas dan sepatu kulit. Dalam perjalanan ke kantor, orang-orang menyapanya, "Pak Diego."Reina merasa Diego telah banyak berubah.Sesampainya di kantor Diego, Reina duduk di sofa sedangkan Diego menuangkan segelas air hangat untuknya."Kak, kamu 'kan lagi hamil, jadi aku nggak suguhin teh ya.""Terima kasih.""Kamu 'kan kakakku, jadi nggak perlu sungkan. Jangan lupa, dulu waktu kecil kita 'kan sering main bareng."Diego duduk.Reina mengangguk."Senang sekali melihatmu seperti ini." Reina membatin, ayahnya di surga sana pasti juga tidak akan menyalahkan Diego lagi.Diego sepertinya sudah benar-benar bertobat, "Sebenarnya aku bisa berubah seperti ini berkat Kak Morgan. Dia beneran pria yang baik, kita semua harus berterima kasih ke dia."Sebaik itulah Morgan di mata Diego.Reina memang tahu kalau Morgan sangat baik, h
Jess mengangguk, "Baik."Jess keluar ruangan dengan lesu, dia tahu saatnya menanggung situasi tidak enak ini lagi.Jess menelepon Syena kembali, "Nona Syena, Pak Morgan masih rapat dan malam ini ada janji dengan klien penting. Dia menyesal nggak bisa menemanimu menonton pertunjukan."Syena yang sedang melihat gaun pengantin pun seketika jadi marah."Dia yang nggak punya waktu atau kamu sengaja nggak ngasih tahu?"Syena sangat memusuhi wanita di sekitar Morgan.Jess hanya bisa meminta maaf, "Maaf, Nona Syena, aku sudah menyampaikannya."Jess bicara sambil menoleh ke arah Morgan yang sedang bekerja dengan serius di kantor CEO. Dia pun membantunya berbohong lagi."Pak Morgan juga menyuruhku menyiapkan hadiah untuk Nona sebagai permintaan maaf."Kemarahan Syena sedikit padam saat mendengar Morgan menyiapkan hadiah sebagai permintaan maaf."Bilang sama dia, lain kali nggak boleh nolak ajakanku.""Baik."Setelah selesai mengurus Syena, Jess memilih salah satu hadiah yang perusahaan terima da
Melihat Reina berani membela gadis kecil itu, wanita itu pun menyahut, "Siapa kamu? Tahu nggak kakek gadis ini sudah setuju menyerahkan gadis ini untuk dibesarkan Bu Liane?""Kalau kamu jual anak ini? Gimana?"Reina bertanya balik.Wanita itu mendengus kesal, "Kamu tahu nggak aku itu asistennya siapa? Menjual anak? Kamu menghina Bu Liane ya?""Aku nggak peduli lah siapa kamu? Jelas-jelas kamu yang salah menculik anak di jalanan," sahut Reina tidak kalah dingin.Reina memeluk anak itu dan melindunginya, lalu mengeluarkan ponselnya, "Jangan takut, Tante telepon polisi dulu ya."Melihat Reina hendak memanggil polisi, wanita itu langsung menghentikannya."Tunggu, jangan panggil polisi. Aku beneran nggak punya niat jahat."Reina berhenti dan bertanya pada gadis kecil itu."Boleh ceritain nggak ke Tante sebenarnya ada apa ini?"Gadis kecil itu menunduk sambil menyeka air matanya, "Tante, tadi aku dan kakek lagi jualan bunga. Terus tiba-tiba mereka datang dan bilang mau mengadopsiku.""Aku ng
Tangan Liane tergantung begitu saja.Gadis kecil itu meraih tangan Reina dan berkata, "Tante, boleh anterin aku pulang? Aku takut, aku mau cari kakek."Dia hanya memercayai Reina sekarang.Hati Reina yang lembut tentu langsung luluh, dia langsung menyanggupi."Oke."Setelah Reina menjawab, dia memegang tangan gadis kecil itu sambil berkata pada Liane, "Bu Liane, kalau mau ngadopsi anak, Anda tetap harus mempertimbangkan pendapat anak itu sendiri."Liane perlahan menarik tangannya."Oke, aku temenin kamu antar dia."Gadis kecil itu memimpin jalan melalui gang-gang sempit dan mereka sampai di sebuah bangunan tempat tinggal yang sangat sederhana.Karena posisinya ada di pusat kota, harusnya kondisi ekonomi keluarga gadis itu tidak terlalu buruk.Sebelum mereka tiba, gadis kecil itu melepaskan genggaman tangan Reina dan berlari menuju seorang lelaki tua dengan rambut yang sudah putih."Kakek!""Yaya!""Kakek, aku nggak mau jadi anak orang lain. Aku mau sama kakek aja. Kakek, jangan tinggal
Entah kebetulan atau tidak, tidak lama setelah Reina keluar dari kawasan itu, ada sebuah mobil perlahan melaju ke arahnya. Si penumpang menurunkan jendela dan memperlihatkan wajah tampan Morgan."Nana."Reina berhenti melangkah dan menatapnya, "Kebetulan sekali."Karena terakhir kali Morgan sudah menyelamatkannya, juga Reina melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Diego sudah berubah dan bagaimana Diego terus memuji kebaikan hati Morgan, pandangan Reina terhadap Morgan pun berubah."Kamu ngapain di sini? Mau aku antar pulang?" tanya Morgan.Reina menggeleng, "Nggak usah, aku bisa naik taksi."Meskipun Morgan baik, Reina tidak ingin berhubungan lagi dengannya.Morgan pun meminta sopir menghentikan mobilnya."Kalau gitu aku temenin jalan."Reina jadi sungkan menolaknya.Keduanya berjalan berdampingan di jalan raya, menarik perhatian banyak orang."Kamu sudah baikan?" Morgan berinisiatif mencari topik.Reina mengangguk, "Ya, aku sudah nggak apa-apa kok. Terima kasih."Morgan melihat
"Oke!" Sisil juga mengerti maksud Reina, "Syena ini sangat menyebalkan, kita harus membuatnya terjerumus ke dalam masalah."Opini netizen pun memanas. Banyak orang yang tidak tahu apa-apa meninggalkan ulasan negatif untuk lagu-lagu Reina.Reina pura-pura tidak melihat semua ini. Dia ingin menunggu sampai masalah ini menjadi lebih populer, sehingga dia bisa lebih terlibat.Sekarang dunia maya sudah begitu berkembang, berita ini pasti menyebar ke mana-mana dalam waktu kurang dari sehari.Reina meletakkan ponselnya dan pergi makan.Gaby yang sudah pulang juga ikut makan malam bersama.Malamnya.Sebelum Riki tidur, dia memulai siaran langsung dan melihat sekilas kasus mamanya yang sedang tren.Semua orang bilang mamanya menjiplak Master Rei?"Kenapa mama menjiplak diri sendiri?"Riki sangat marah pada mereka yang menyebarkan rumor.Dia langsung menelepon Riko dan memberitahunya kabar ini, "Kak, coba lihat berita.""Aku sudah lihat," jawab Riko."Kalau gitu Kakak pikirin cara kasih pelajara
Setelah selesai makan, Syena kembali ke kamarnya dan menelepon asistennya.Meski sekarang tinggal di Keluarga Sunandar, Morgan selalu menolak tinggal bersamanya karena alasan Syena sedang hamil."Atur aja gimana caranya, nggak peduli butuh uang sebanyak apa, aku mau berita tentang Reina jadi berita paling populer."Syena tahu bahwa kalau Morgan turun tangan, berita tentang Reina pasti akan lenyap dari peredaran. Jadi, malam ini adalah waktu terbaik untuk membesarkan masalah."Ya."Asisten itu langsung menghamburkan uang yang begitu besar untuk menyuap beberapa pihak media.Dalam waktu semalam, jumlah orang yang menuduh Reina menjiplak langsung meroket setinggi-tingginya.Bahkan Ari yang berada di luar negeri juga membaca berita tentang Reina. Di berita itu Reina dihina sebagai wanita tidak tahu malu yang bisa-bisanya menjiplak karya Master Rei untuk ikut dalam kompetisi.Saat ini di tempat Ari masih siang dan dia juga sangat tercengang begitu membaca berita itu."Apa-apaan? Ngapain cob
"Nyonya sudah bangun? Atau nggak tidur? Kenapa malah mainan ponsel?" tanya suster itu.Treya meliriknya dan berkata, "Sepertinya terjadi sesuatu pada Reina.""Ada apa?" Suster itu melirik ponsel Treya dan langsung sadar kalau Treya membicarakan tentang pencarian populer, "Oh, aku lihat berita ini juga tadi pagi. Ini beneran tentang Nona Reina?"Treya mengangguk, "Kayaknya iya.""Mana mungkin Nona Reina menjiplak karya orang lain?" Si suster pun tidak percaya.Treya kini sudah bisa melihat dengan benar, siapa orang baik dan siapa yang jahat.Dia juga sadar hidupnya tidak akan lama lagi.Di saat-saat terakhir, Treya ingin menebus kesalahannya agar nanti dia bisa menghadap Anthony dengan tegak."Mungkin dia terlalu ingin menjadi terkenal."Setelah membaca berita sepanjang pagi, tanpa sadar alam bawah sadarnya berpikir Reina memang menjiplak.Bagaimanapun, Treya telah bertemu Master Rei dengan matanya sendiri dan tahu betapa kuatnya Master Rei itu.Dulu demi meminta Master Rei memberikan l
Morgan tidak bisa menghindar, tidak punya pilihan selain menerima pukulan keras itu.Darah keluar dari sudut mulutnya, tubuhnya limbung. Cengkeraman tangannya di lengan Jess terlepas saat dia terdorong mundur dan hampir jatuh ke tanah.Erik mengepalkan tinjunya dan berdiri di antara dia dan Jess, menatap Morgan dengan dingin."Aku sudah berbaik hati mengantarmu ke rumah sakit, tapi aku nggak menyangka kamu akan datang ke sini dan berbuat kasar sama Jess. Sepertinya kamu masih belum cukup sadar, jadi aku akan membuatmu sadar!"Jika dia tidak datang untuk menjemput Jess, dia tidak akan melihat adegan Morgan yang mengganggu Jess.Dia mengatupkan giginya karena marah, ada sedikit kejengkelan dalam tatapannya saat dia menatap Jess."Kamu baik-baik saja?" tanyanya.Jess sedikit panik saat mendengar pertanyaannya, tetapi dia mengangguk. "Ya, aku baik-baik saja."Erik menoleh ke arah Morgan dan melangkah mendekatinya.Morgan berdiri diam sebelum menatap orang di depannya. Dia mengangkat tangan
Morgan melihat ke arah panggilan yang ditutup, suasana hatinya langsung jatuh ke titik terendah.Namun, dia tidak beranjak pergi.Di dalam perusahaan.Jess mengira Morgan sudah pergi, jadi dia berkemas seperti biasa dan keluar dari perusahaan.Sebelum dia keluar, Erik bahkan mengiriminya pesan."Aku jemput, ya?"Jess membalas pesan itu, "Nggak perlu, aku pulang sendiri saja."Dia terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri, bahkan setelah menghabiskan banyak waktu dengan Erik, dia masih belum terbiasa untuk dijaga olehnya seperti itu."Penolakan ditolak, aku sudah di lantai bawah perusahaanmu, cepat keluar." Erik tersenyum dan mengirimkan pesan itu.Jess sedikit tidak berdaya saat melihat pesan itu, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi.Erik memang seperti itu, selalu melakukan segala sesuatu terlebih dahulu, baru memberitahunya. Jess sudah terbiasa dengan hal itu.Berjalan keluar dari pintu perusahaan, Jess mencari-cari mobil Erik. Namun, sebelum dia bisa menemukannya, sesosok tu
Morgan hanya perlu menunggu persetujuan Jess, tidak mempermasalahkan apakah Jess sudah menikah atau belum.Jess tidak tahu harus bahagia atau sedih saat ini.Ternyata orang yang dia sukai kini juga menyukainya. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.Namun, yang menyedihkan adalah dia sudah menikah. Pernikahan ini diatur oleh orang tuanya, yang juga atas keinginannya sendiri. Erik memperlakukannya dengan baik, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu yang kiranya bisa mengkhianati Erik."Maafkan aku, Tuan Morgan. Tuan mungkin sudah salah paham dengan niatku untuk Tuan. Tuan itu atasanku, jadi aku harus bersikap baik kepada Tuan karena tuntutan pekerjaan, bukan karena aku menyukai Tuan seperti yang Tuan katakan." Jess terdiam sejenak, kemudian melanjutkan, "Selain itu, aku sudah menikah dan suamiku memperlakukanku dengan sangat baik. Kami berdua saling mencintai dan aku nggak akan menceraikannya."Kami berdua saling mencintai!Kata-kata itu sangat tajam dan menusuk ketika terdenga
Morgan membuka kontaknya dan melihat catatan panggilan pegawai tempat dia minum dengan Jess saat dia mabuk.Pikirannya kacau dan dia ingin sekali memastikannya.Entah sudah berlalu berapa lama, Morgan akhirnya berhasil menghubungi nomor Jess.Pada saat itu, Jess sedang sendirian di dalam perusahaan, sementara Erik pergi untuk menjalankan tugasnya sendiri setelah mengantarnya.Melihat panggilan dari Morgan, Jess ragu-ragu sejenak sebelum mengangkatnya."Tuan Morgan, ada apa?"Tuan Morgan?Morgan sedikit terdiam saat mendengar panggilan yang tidak biasanya digunakan Jess saat memanggilnya."Kamu yang membawaku ke rumah sakit hari ini?" tanya Morgan.Jess tidak mencoba menyembunyikan apa pun dan menjawab, "Aku dan Erik yang mengantarmu. Untung saja ada dia yang membantu. Kalau nggak, aku nggak akan bisa membawamu ke rumah sakit sendirian."Sepanjang jawabannya, dia menyebutkan nama Erik hingga beberapa kali.Morgan mengerti bahwa ini adalah untuk memberitahukan bahwa dia dan Erik sudah me
Simpul di tenggorokan Morgan bergulir. Dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk membuka matanya dan melihat Jess. Ketika dia yakin itu adalah Jess, dia langsung mengangkat kedua tangannya.Jess tidak tahu apa yang ingin dilakukan Morgan, jadi dia mendekat dan bertanya kepadanya."Tuan Morgan, apa Tuan baik-baik saja? Apa ada yang nggak nyaman? Apa Tuan butuh air? Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit."Begitu kata-kata terakhir itu terucap, tangan Morgan tiba-tiba mendarat di sisi wajahnya.Pria itu bergumam dengan suara pelan, "Jess? Apa aku sedang ... bermimpi?"Wajah Jess terasa panas, tubuhnya menegang dan dia menatapnya tidak percaya.Wajah Erik yang duduk di samping langsung berubah muram. Dia mengangkat tangannya untuk menepis tangan Morgan."Ngapain kamu?"Tangan Morgan jatuh dan dia benar-benar kehabisan tenaga, menutup matanya lagi.Jess menatap Erik dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Maafkan aku."Erik kesal, tetapi tidak menunjukkannya."Dia yang menyentuhmu, jadi kam
Ketika Jess dan Erik sampai, mereka langsung dimarahi."Kalian akhirnya datang juga. Bukan hanya mabuk, dia juga merusak banyak minuman di toko kami. Jadi, jangan lupa bayar dulu sebelum kalian membawanya pergi," kata pemilik tempat itu.Mendengar itu, Jess melihat ke arah yang pria ini tunjuk.Ini adalah pertama kalinya dia melihat Morgan seperti itu.Pakaiannya sedikit acak-acakan, wajahnya berjanggut dan sedikit tidak terawat. Dia mabuk berat, duduk tidak berdaya di kursi. Ada banyak pecahan botol di sekelilingnya, membuat udara pekat oleh bau alkohol.Mata Jess terlihat khawatir. Dia hendak meminta maaf kepada pemilik tempat ini, tetapi Erik yang berada di antara mereka berkata dengan dingin, "Apa kalian nggak tanggung jawab? Apa kamu tahu, kalau sesuatu terjadi dengannya di tempatmu ini, tidak ada satu pun dari kalian yang bisa lepas dari tanggung jawab."Dia tidak sebaik Jess."Itu masalah dia, apa hubungannya dengan kita?" Pelayan tidak terintimidasi oleh perkataan Erik.Ini ada
Jess sedikit tidak percaya. Kesehatan Morgan tidak baik. Selama bertahun-tahun dia merawatnya, dia tidak pernah melihat Morgan minum.Sekarang, mendengar nada bicara pria itu, Morgan sepertinya sedang mabuk berat.Namun ....Jess menoleh ke arah Erik, hatinya terkoyak.Dia sudah menikah dan bertekad untuk menjauhi Morgan. Dia tidak akan pernah bisa mengkhianati Erik."Itu, aku nggak bisa ke sana. Kalau kamu ada waktu, tolong antar dia ke rumah sakit. Setelah dia sadar dari mabuk, dia pasti akan sangat berterima kasih kepadamu," jawab Jess dengan sopan."Apa kamu bercanda? Kamu yang temannya saja nggak mau antar dia ke rumah sakit, apalagi aku yang cuma orang asing? Kamu ingin aku mengantarnya? Aku masih harus kerja." Pria itu menjawab dengan tidak sabar. "Kalau kamu nggak datang, aku juga nggak peduli lagi."Setelah mengatakan itu, pria di seberang sana menutup telepon.Wajah Jess terlihat cemas.Melihat ini, Erik tidak bisa menahan diri dan bertanya, "Ada apa?""Morgan mabuk." Jess me
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut