"Christy, memangnya Kakek Denis nggak pernah ngajarin kamu soal harga diri?"Maxime tidak bicara dengan suara besar, tapi nadanya begitu dingin dan setajam belati.Christy terdiam di tempat."Kak Max salah paham, maksudku bukan itu ...."Selama ini Maxime tidak menegurnya karena masih menjaga muka Tuan Besar Denis.Namun sepertinya makin dibiarkan, wanita ini benar-benar tidak punya rasa malu."Kalau kamu nggak bermaksud begitu, harusnya kamu nggak bersikap begini."Christy tidak masalah kalau dihina para wanita, tapi begitu Maxime yang dia sukai menegurnya seperti ini, seketika wajah Christy pun merah karena malu.Sadar kalau dirinya mungkin sudah bertindak terlalu tergesa-gesa, Christy pun langsung menjelaskan, "Maaf, Kak Reina, Kak Max ... Orangtuaku 'kan sudah meninggal sejak aku masih kecil, aku juga nggak pernah diajarin siapa-siapa. Yaudah malem ini aku nggak usah tidur deh, aku ngeronda aja di luar."Setelah itu Christy langsung kabur seolah Reina sudah menindasnya.Reina yang
Jovan benar-benar merasa Christy sungguh tidak bisa berhitung.Sekarang ini mereka ada di Gunung Skandina yang jauh dari pusat kota. Perjalanan ke sini setidaknya butuh waktu sampai lima jam.Jovan hendak mengusir Christy saat Alana muncul di luar tendanya sambil membawa lampu minyak tanah dan ponsel."Ngapain kamu ke sini?" tanya Jovan bingung.Alana memasang tampang kesal, "Kakek telepon.""Ngapain dia nelepon malem-melem begini?"Alana tidak langsung menjawab karena ada Christy di sini. Dia yang malu cuma bisa memberi isyarat mata pada Jovan."Ada apa? Bilang aja."Alana pun langsung berkata, "Kakek nanya kok kamu nggak ada di tendaku, kok kita nggak tidur bareng."Jovan langsung merasa malu.Dia berkata kepada Christy, "Kamu bisa keluar dulu?""Oke."Christy keluar dengan enggan.Alana membatin dalam hati, bukannya pria ini yang tadi langsung menyuruhnya bicara?Sekarang dia sendiri yang malu?"Terus kakek bilang apa lagi?" tanya Jovan.Tiba-tiba ponsel Jovan berdering. Dia mengang
Christy yang berdiri di luar menggigil kedinginan.Christy kesal karena dia harus berdiri di luar, menunggu Jovan memanggilnya. Christy akhirnya menghampiri tenda Jovan dan melihat ritsleting tenda Jovan sudah terkunci.Jovan pasti sudah tidur, lampu minyak tanah Alana juga sudah dimatikan.Christy yang kesal pun menghentakkan kaki.Namun, karena Alana tidur dengan Jovan, artinya tenda Alana kosong. Christy pun langsung masuk ke dalam.Tanpa kantong tidur, tetap saja udaranya sangat dingin.Christy meringkuk dan akhirnya membalut diri dengan banyak baju untuk menghangatkan diri.Dia benar-benar tidak pernah sesusah ini.Di saat seperti ini, dia malah mendengar suara-suara dari tenda sebelah. Siapa lagi kalau bukan Ekki dan Gaby?"Sialan ...."Christy jadi lebih menderita.Di sisi lain, setelah Reina mendongengkan cerita horor untuk anak-anaknya, dia sendiri malah tidak bisa tidur.Angin menderu-deru di luar dan bersiul seperti orang menangis.Reina pun membolak-balikkan badan dalam kan
Reina menoleh dan mendapati suara itu berasal dari tenda tempat tinggal Alana.Reina tidak tahu kalau yang tidur di tenda itu adalah Christy, jadi Reina langsung berlari ke sana."Alana, kamu kenapa?"Tiba-tiba, Christy keluar dari tenda Alana.Christy terlihat sangat takut sambil menunjuk ke dalam tenda, "Ada ular."Teriakannya juga membangunkan orang-orang di tenda lain.Satu per satu keluar dari tenda."Ada apa?"Yang pertama keluar adalah Deron.Dia sudah terlihat rapi, sepertinya sudah bangun dari pagi tapi dia tidak keluar tenda karena melihat yang lain belum bangun.Christy pura-pura tidak melihat Reina dan berlari menuju Deron."Pak Deron, ada ular di dalam tenda."Reina tidak memperhatikan perilaku Christy. Dia pikir semalam Alana berubah pikiran dan mengizinkan Christy tidur bersamanya.Kalau Christy sudah keluar, artinya Alana sendirian di dalam. Gimana kalau dia digigit ular?"Alana."Reina membuka tenda dengan hati-hati.Alana tidak ada di dalam, sekilas Reina langsung mel
Jelas sudah terlambat bagi Reina untuk menghindar, jadi dia langsung melangkah mundur.Namun, tiba-tiba seseorang bertubuh tinggi kekar menariknya ke dalam pelukannya.Entah sejak kapan, Maxime langsung pasang badan di hadapan Reina tanpa memedulikan bahaya yang mengancamnya.Karena buta, Maxime hanya bisa mengira-ngira posisi Reina dari arah suara Reina.Dia juga tidak tahu di mana posisi ular itu, jadi dia hanya bisa pasang badan di depan Reina.Reina membelalak kaget dalam pelukan Maxime.Ular itu tidak sempat menggigit Reina, karena di saat yang sama Deron melepaskan tangan Christy yang memeluknya erat, lalu langsung menendangnya ke arah ular.Christy yang terlempar hampir saja jatuh menimpa ular itu.Ular itu ketakutan oleh guncangan hebat dan langsung berlari ke rerumputan.Semua orang menghela napas lega.Christy yang jatuh dengan keras di tanah pun langsung menangis, "HUHUHUHU! Kenapa kamu nendang aku?"Deron menatapnya dengan tatapan dingin dan tenang."Tugasku itu melindungi
Riki menjawab sambil lalu, "Aku ngintip.""..." Riko terdiam. Dia pikir ada trik apa gitu.Riki mengatur layar ponsel dan latar belakang Maxime menjadi foto dua orang yang saling berpelukan, yang jauh lebih baik daripada latar belakang sederhana buatan pabrik."Toh papa nggak bisa lihat, dia nggak bakal komplain."Riki bergumam pada diri sendiri.Saat ini Reina sudah melonggarkan diri dari pelukan Maxime. Dia melirik ke arah Christy yang malu setelah dimarahi semua orang dan berkata, "Aku nggak peduli kamu beneran mau nyelametin aku atau mau mencelakaiku. Tapi kalau kamu sampai menyakiti anakku, aku nggak akan tinggal diam."Reina tidak hanya bicara tentang si kembar, tapi juga bayi yang sedang dikandungnya.Kalau sampai terjadi sesuatu pada bayinya, Reina akan membuat Christy membayar berkali-kali lipat.Christy langsung menciut takut dengan momentum Reina, dia pun menundukkan kepalanya, "Aku nggak ada niat nyakitin Kak Reina."Jovan akhirnya sadar seberapa serius masalah ini.Kalau b
Maxime berhenti melangkah dan bertanya, "Ada urusan lain?""Tadi ... situasinya sangat berbahaya, kenapa kamu menyelamatkanku?" Reina menatap lurus ke arah Maxime dan bertanya.Kalau ingatan Maxime saat ini berada di periode saat keduanya baru menikah, harusnya pria ini muak padanya.Jadi, kenapa Maxime mau mempertaruhkan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan Reina?Maxime terdiam cukup lama. Sejujurnya, dia sendiri juga tidak tahu alasannya.Sepertinya tadi naluri tubuhnya yang bergerak, dia khawatir Reina terluka."Kamu 'kan lagi hamil anakku. Masa aku diam aja melihat kamu dalam bahaya." Maxime menjawab dengan dingin.Reina pun melepaskan genggaman tangannya."Oh gitu. Oke, pulanglah. Hati-hati.""Ya." Maxime mengangguk dan berjalan keluar.Ekki langsung menghampiri Maxime dan mengantarnya ke mobil.Reina dan Gaby juga kembali ke rumah.Tidak lama kemudian, dokter kandungan yang dipanggil oleh Maxime datang dan memeriksa Reina. Untungnya Reina dan bayinya tidak apa-apa.Begitu
"Nggak ... Pasti seseorang sengaja memfitnahku." Christy menjelaskan pada Reina dan Gaby.Mereka berdua sama sekali tidak ingin mendengarkan drama Christy lagi.Reina mengganti saluran TV, menonton sinetron dengan Gaby sambil makan buah.Christy masih bersujud, namun tampak bengong.Tiba-tiba, ponselnya berdering.Christy mengangkat ponselnya dan ternyata Tuan Denis yang menelepon.Begitu Christy mengangkat panggilan itu, dia langsung mendengar omelan di ujung telepon, "Christy, aku itu nyuruh kamu buat jagain Max. Ngapain kamu pergi ke Keluarga Tambolo? Keluarga Revilino jadi ikutan malu gara-gara kamu!"Christy langsung berdiri, lalu keluar rumah."Kakek, itu semua gosip.""Nggak ada asap kalau nggak ada api. Ini semua terjadi karena kamu nggak becus!" hardik Tuan Denis dengan dingin.Christy menunduk, "Maaf, Kakek.""Terus gimana perkembangan hubunganmu sama Max sekarang?" tanya Tuan Denis yang mengubah topik pembicaraan.Saat ini, hubungan antara Keluarga Revilino dan Keluarga Suna
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba