Suaranya parau Maxime sangat menghipnotis.Hanya Maxime yang tahu betapa sulitnya harus menahan diri.Tapi Maxime tidak mau langsung membuka diri pada Reina, dia harus tahu dulu apa tujuan Reina yang sebenarnya.Reina tertegun sejenak, lalu menatapnya dengan mata lembap dan berujar dengan lirih, "Memangnya kamu nggak mau?"Maxime yakin ada sesuatu yang dicari Reina. Jadi, Maxime pun mengubah topik."Sepertinya kamu salah paham? Barusan aku cuma mau membantu mengembalikan ingatanmu.""Cukup sampai di sini. Kita harus pergi ke pesta."Wajah Reina jadi tidak enak dilihat.Barusan itu mereka berciuman lama sekali, ada kali tujuh menit. Masa iya Maxime hanya mempermainkannya?Namun, Reina tidak menunjukkan kekesalannya dan menepis tangan Maxime.Maxime pun pergi ganti baju lalu pergi ke pesta bersama Reina....Jovan dan Tuan Besar Jacob juga datang ke pesta itu.Tuan Besar Jacob punya pemikiran yang sama dengan para senior keluarga lainnya. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menca
Marshanda menunduk dan melihat kepala anak kecil nongol di kakinya. Marshanda terlihat kesal, tapi dia tidak menunjukkannya.Dia membungkuk dan menjawab sambil tersenyum, "Iya, itu aku.""Nak, kok kamu sendirian? Mana orang tuamu?"Marshanda memperhatikan anak di depannya dengan cermat, fitur wajahnya sangat indah, matanya begitu cerah dan membuat tatapannya sangat hidup.Sekilas saja, Marshanda sudah tahu dia bukan anak orang biasa.Riko menatap Marshanda dengan polos dan berujar dengan serius, "Kata orang-orang, Tante sudah merebut ayahku dari ibu. Tante, boleh balikin ayahku nggak?"Seketika, Marshanda mematung.Para Nyonya keluarga terpandang di sekitarnya langsung menatap Marshanda dengan jijik.Mereka memang paling tidak suka dengan selebritis wanita yang bisanya mencari sensasi."Dasar nggak tahu malu!""Sudah punya Pak Maxime aja masih jadi simpanan pria lain?""Pantas Pak Maxime nggak mau menikahinya. Wanita seperti dia memang hanya untuk bersenang-senang."Seluruh tubuh Marsh
"Baik."Jovan memutuskan untuk membiarkan si bocah itu menghabiskan energinya.Lagi pula, pesta ulang tahun Tuan Besar Latief sedang berlangsung, tidak baik kalau dia sampai merusak kesenangan itu.Dia juga punya banyak waktu sekarang....Di sisi lain, Maxime dan Reina datang ke pesta sendiri-sendiri.Reina tidak ingin menarik perhatian orang lain di Keluarga Sunandar, jadi dia sengaja datang setelah Maxime masuk.Maxime bisa menebak maksud Reina dan tidak berkata apa-apa.Marshanda harus menyuap para wartawan untuk tidak memberitakan kekacauan kecil barusan.Setelah melihat Maxime datang, dia langsung menyesuaikan sikapnya dan berjalan menghampiri, "Kak Max, kok baru datang? Pestanya udah dimulai dari tadi, semua lagi memberi selamat pada Kakek. Udah lama banget lho aku nunggu kamu."Maxime tidak punya kebiasaan melaporkan apa yang dia lakukan pada orang lain.Jadi, Maxime menjawab dengan acuh tak acuh, "Ya nggak usah nunggu lah."Marshanda tersedak.Marshanda tidak terima diperlakuk
Kehormatan putranya jauh lebih penting dari apapun."Ayah, jangan marah. Biar aku usir dia sekarang juga."Marshanda yang masih belum sadar akan apa yang sudah terjadi hanya mempunyai firasat orang-orang di sekitarnya menatapnya dengan aneh.Tiba-tiba, Joanna datang dengan marah dan langsung melemparkan ponsel ke wajah Marshanda. "Lihat kelakuanmu!"Marshanda mengambil ponsel itu dan mendapati kasus ini sudah terkuak.Dia hendak menjelaskan, tapi Joanna sudah berkata duluan, "Kalau kamu nggak mau terus dipermalukan, sebaiknya pergi dari sini sekarang juga."Bagi anggota Keluarga Sunandar, mengusir seorang artis semudah mengusir lalat.Marshanda tidak pernah menyangka dirinya akan terusir dengan begitu memalukan seperti ini.Dia duduk di mobil pengawal dan melamun. Dia tidak bisa memercayai kejadian ini.Tapi, begitu teringat perkataan Reina, dia pun langsung mengerti.Ini semua pasti ulah Reina!...Di sisi lain, Alana juga melihat berita yang telah dia dan Reina atur sejak lama.Merek
"Aku 'kan memukul anakku sendiri? Ilegal apanya?" batin Jovan.Jovan tahu Alana sedang bermain tarik ulur, dia ingin Jovan berinisiatif mengenali identitas si kecil."Sekeras itu usahamu untuk mendekatiku? Perbuatannya yang dulu juga atas suruhanmu, 'kan?"Alana tercengang.Riko juga bingung.Jovan mencondongkan tubuh ke arah Alana dan Riko, lalu menatap keduanya dengan tatapan dingin. "Apapun niatmu, aku akan bertanggung jawab atas anak itu, tapi aku nggak akan bertanggung jawab atas wanita seperti kamu."Dari cerita Reina sebelumnya, Alana sudah tahu kalau Jovan itu pria bajingan. Tidak disangka setelah melihat dengan mata kepala sendiri, pria ini ternyata sebajingan itu.Reina yang tidak bisa mengendalikan amarahnya pun langsung menampar wajah tampan Jovan.Seketika, Jovan tercengang."Siapa yang butuh tanggung jawabmu? Lebih baik aku menikah sama anjing daripada sama kamu!"Awalnya, Jovan membawa Riko ke sebuah tempat di sudut halaman untuk mendidiknya, tidak disangka Alana akan da
Alana menunjukkan pada Reina informasi yang dia temukan.Di sana tertulis bagaimana Marshanda memanfaatkan seorang pria untuk menjadi penyanyi selangkah demi selangkah selama di luar negeri."Aku nggak menyangka ternyata dia begitu kotor.""Aku tahu," kata Reina."Terus kenapa kamu nggak kasih tahu Maxime?"Alana agak bingung.Dia memberi tahu Reina tentang hal ini supaya dia bisa menunjukkannya pada Maxime.Siapa tahu keduanya bisa kembali bersatu.Reina mengerti maksud Alana, lalu berujar, "Maxime pasti bisa dapat informasi kalau dia memang mau menyelidiki."Barulah Alana mengerti."Terus kenapa dia bisa tertarik sama Marshanda ya? Apa ada udang dibalik batu? Aku sungguh nggak paham apa yang ada di benak para pria itu."Dulu Reina juga tidak paham.Lalu, Reina memposisikan dirinya seperti orang lain. Bukankah ceritanya dengan Maxime pun sama?Meski Reina tahu Maxime tidak mencintainya, Reina tetap memilih untuk menikah dengannya.Maxime juga tahu Marshanda bukan wanita baik-baik, tet
Dari kejauhan, Maxime melihat seorang wanita sedang duduk di depan komputer sambil berkonsentrasi pada pekerjaannya.Maxime berjalan cepat menghampirinya dan langsung membuka pintu dengan kasar tanpa mengetuk terlebih dulu.Suara ini mengejutkan Reina dan ketika mendongak, dia mendapati wajah tegas Maxime muncul di hadapannya.Begitu teringat akan berita yang menjelekkan Marshanda pagi ini, Reina teringat sikap Maxime dulu yang selalu membela Marshanda.Jadi, Reina tentu berpikir Marshanda sudah menyeret dirinya dan Maxime ke sini untuk membuat perhitungan dengannya.Reina berdiri dan mundur selangkah. "Pak Maxime, ada perlu apa?"Maxime melihat sikap hati-hati Reina dan sosok anak di foto tadi kembali terlintas dalam benaknya."Ikut aku pulang ke rumah. Sekarang!"Maxime sedang tidak tertarik dengan permainan amnesia Reina.Reina sangat terkejut.Pulang ke rumah?Rumah yang mana?Reina mengangkat kepalanya dan menatap wajah tampan Maxime."Pak Maxime, apa maksudmu?"Tenggorokan Maxime
Jadi bahan gosip?Wanita mana di Kota Simaliki yang nggak mau digosipkan dengan Maxime?Dalam benak Maxime, selama menghilang lima tahun ini, Reina dan Revin sudah menjadi lebih dekat. Seperti kata pepatah, cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, apalagi mereka berdua adalah kekasih masa kecil."Kamu takut Revin tahu gosip tentang kita?" tanya Maxime dengan tatapannya yang dalam dan dingin.Ekspresi Reina tiba-tiba menjadi suram.Dia tidak mau membiasakan diri dengan kebiasaan buruk Maxime, "Pak Maxime, terlepas dari kita sudah menikah atau belum, aku punya kebebasan untuk memilih mau tinggal di mana. Sepertinya kamu terlalu banyak ikut campur?"Setelah berujar, Reina tidak mau berada di tempat itu lebih lama lagi dan langsung berjalan melewati Maxime.Maxime merasa seperti ditampar. Perkataan singkat Reina ini membuat hatinya terasa sangat tidak nyaman.Apa maksudnya terlalu ikut campur?Maxime menoleh dan menatap punggung Reina yang berjalan makin menjauh. Dia sadar sepertinya m
Setelah kematian Liane, kakek dan nenek tidak menunjukkan kesedihan mereka. Namun, Reina bisa melihat bahwa mereka berdua sangat sedih.Reina takut kedua orang tua itu akan kesepian, jadi setiap hari dia akan membagikan apa saja yang ada di keluarga mereka dengan keduanya. Dia juga akan menunjukkan foto dan video anak-anak kepada mereka.Keduanya juga sering melakukan panggilan video untuk mengecek keadaan anak-anak dan Reina.Hidup sepertinya kembali berjalan normal."Nana, apa kalian akan pulang Tahun Baru nanti?" Nenek bertanya dengan hati-hati.Dia mengerti bahwa Reina telah menikah dan menjadi bagian dari Keluarga Sunandar, jadi tentu saja segala sesuatunya harus dilakukan dengan memikirkan Keluarga Sunandar terlebih dahulu.Reina langsung mengetikkan jawaban, "Aku sama Max sudah memutuskan akan mengunjungi kalian setelah Tahun Baru.""Syukurlah. Datanglah lebih awal, aku dan kakekmu akan menyiapkan makanan enak." Kata-kata nenek penuh dengan kegembiraan.Reina juga turut bahagia.
Sembelit?Riko sangat terkejut, sejak kapan dia mengalami sembelit?Maxime terbatuk pelan, menatapnya penuh makna. Melihat itu, Riko langsung mengerti apa yang sedang terjadi.Dia terpaksa harus menerima alasan sembelit ini."Hmm, mungkin karena aku kurang minum air putih akhir-akhir ini."Mendengar ini, Reina merasa prihatin sekaligus khawatir, lalu memeluk Riko."Riko, Mama akan membawamu ke dokter. Kamu masih kecil, kenapa bisa sembelit?"Mendengar bahwa Riko benar-benar mengalami sembelit, hati Reina hancur.Hanya mereka yang pernah melahirkan seorang anak dan menjadi seorang ibu yang akan mengerti bahwa rasa sakit fisik sekecil apa pun pada seorang anak akan terlalu berat untuk ditanggung oleh seorang ibu.Wajah Riko terasa panas seperti api ketika Reina tiba-tiba memeluknya.Dia tidak menyangka akan dipeluk dan dibujuk oleh mamanya ketika dia mengaku sedang sembelit.Sudah lama dia tidak dipeluk Mama seperti itu."Mama, nggak perlu. Aku hanya perlu minum lebih banyak air dan aku
Pengawal mengikuti Riko dan Maxime dengan membawa tas besar berisi pakaian pria.Maxime menatap pria mungil yang bahkan tidak setinggi kakinya, lalu bertanya, "Apa yang kamu lakukan di toko pakaian pria?"Riko yang mendengar itu pun berbohong tanpa menunjukkan celah, "Oh, Tante Alana memintaku mampir dan membelikan pakaian untuk Om Jovan."Dia mempertimbangkan bahwa Maxime dan Alana tidak akrab. Alana adalah sahabat mamanya, jadi mereka berdua tidak akan berhubungan secara pribadi.Jadi, Maxime tidak mungkin meminta konfirmasi kebenaran dari perkataannya kepada Alana.Benar saja, setelah Maxime mendengar pertanyaan ini, dia tidak terus bertanya dan hanya mengatakan, "Tante Alana sepercaya itu kepadamu."Maxime mengatakan ini dan ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.Alana membelikan baju untuk Jovan, kenapa Nana tidak memiliki pemikiran membelikan baju untuknya?Suasana hatinya sedang tidak enak.Riko bisa melihat itu. Dia mengulurkan tangan dan menggandeng tangan Maxime."Pa,
Melihat bahwa Riko berniat untuk membela manajer toko ini, Maxime juga tidak memperkeruh situasi ini lagi."Aku harap hal seperti ini nggak akan terjadi lagi," kata Maxime.Manajer toko mengangguk berulang kali. "Baik, baik."Dalam hati, dia akhirnya bisa bernapas lega.Hidup dan matinya benar-benar ada di tangan orang lain. Dia melirik Riko dan Cikita dengan penuh rasa syukur.Jika bukan karena Cikita yang melindungi Riko, situasi hari ini pasti tidak akan berakhir dengan baik.Melihat hal ini, Cikita berkata pada Riko, "Terima kasih."Riko tersenyum sopan kepadanya."Kak Cikita, akulah yang harus berterima kasih padamu."Setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan sebuah kartu dari dalam saku kecilnya dan menyerahkannya kepada Cikita. "Aku akan mengambil semua pakaian yang kamu bawakan untukku tadi."Dengan satu kalimat itu, para pegawai dan manajer toko pun tercengang.Harus diketahui bahwa set pakaian yang baru saja diambil Cikita, yang paling murah harganya dua ratus juta. Namun, ana
Bagian bawah mata Tommy menunjukkan ketakutan dan dia mengangguk berulang kali."Aku mengerti."Setelah itu, Maxime baru melepaskannya.Faktanya, jika Tommy bisa dididik dengan baik, dia tidak akan senakal ini.Dulu, ketika Tuan Besar Latief mengasuhnya, dia menjadi sombong karena terlalu dimanja. Kemudian, Melisha membesarkannya, membuatnya tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, bahkan menjadi lebih sombong dan mendominasi.Telapak tangan Melisha berkeringat, takut Maxime benar-benar akan menyakiti putranya. Dia segera berjalan mendekat dan menggendong Tommy."Max, dia masih kecil, jangan menakut-nakutinya."Kesombongan yang dia tunjukkan barusan sudah tidak terlihat lagi.Manajer toko juga mengenali Maxime. Dia tidak percaya bahwa anak kecil di depannya ternyata putra Maxime!Hatinya langsung menjadi dingin.Konsekuensi dari menyinggung Melisha adalah dia tidak bisa membuka toko. Namun, jika dia menyinggung Maxime, dia tidak akan bisa berkeliaran di Kota Simaliki
Maxime tidak menjawab dan langsung berjalan ke arah Riko.Pada saat ini, Tommy telah melepaskan topeng dari wajah Riko. Ketika melihat orang di depannya, tangan Tommy gemetar dan topeng Raja Kera di tangannya pun jatuh ke lantai.Dia langsung teringat ketika Riko meninjunya. Seketika, wajahnya langsung berubah pucat."Riko, kenapa ... kamu?" Dia bertanya dengan suara gemetar.Riko menatapnya dengan tatapan dingin, lalu berkata dengan tegas, "Ambil topengnya."Mana mungkin Tommy tidak menuruti perintah Riko. Dia segera mengambil topeng yang dia jatuhkan ke lantai.Melisha yang berada tidak jauh dari situ pun melihat kejadian ini. Dia tidak percaya bahwa anak ini ternyata Riko Andara!Bagaimana mungkin? Dia tidak merasa bahwa suara anak itu barusan adalah suara Riko.Selain itu, kenapa putranya begitu patuh pada Riko?Dia melihat Tommy dengan patuh mengambil topeng yang ada di lantai, seperti bawahan Riko.Rendy, suaminya adalah seorang pengecut. Sekarang, dia menyadari bahwa putranya ju
Setelah memeriksa ke dalam toilet, pengawal langsung merasa darah di sekujur tubuhnya membeku. Dia memberi tahu Maxime dengan gemetar, "Tuan Maxime, gawat. Tuan Muda menghilang.""Apa?"Maxime mengerutkan kening, tetapi tetap tenang."Pergilah dan periksa pengawasan di seluruh mal. Minta pihak mal menutup semua pintu masuk dan keluar." Dia dengan cepat membuat keputusan."Baik."Pengawal itu segera melakukan apa yang dikatakan Maxime.Maxime menutup telepon dan Reina langsung bertanya, "Bagaimana? Kenapa Riko belum kembali?""Nggak apa-apa, dia masih di toilet, mungkin sembelit." Maxime takut Reina khawatir, jadi dia terpaksa harus berbohong.Hati Reina masih terasa sesak karena suatu alasan.Namun, dia juga bingung, "Dia masih kecil, mana mungkin sembelit? Setelah pulang nanti kita ke rumah sakit saja."Maxime menganggukkan kepalanya sambil mengiakan pelan.Riki duduk di sampingnya dan berbicara dengan bingung, "Kenapa aku nggak tahu kalau Kakak sembelit? Bukankah dia sangat memperhat
Riko hampir saja tertangkap oleh Melisha, tetapi tiba-tiba ada seseorang yang melangkah di depannya dan menghentikan Melisha."Nyonya, kenapa Nyonya mengganggu anak kecil?" kata Cikita dengan suara dingin.Melisha langsung mengerutkan kening saat melihat wanita tidak tahu diri yang menghentikannya. "Kamu pikir kamu siapa, beraninya menceramahiku?"Setelah mengatakan itu, dia melihat ke arah manajer toko yang baru saja berjalan mendekat."Kamu manajer toko? Apa begini caramu melatih pegawai di toko?"Manajer toko sedikit bingung, masih tidak tahu apa yang sedang terjadi."Nyonya Melisha, apa yang terjadi? Siapa yang membuat Nyonya kesal?"Melisha menunjuk ke arah Cikita. "Dia. Pecat dia sekarang juga."Manajer toko melihat ke arah Melisha menunjuk dan matanya tertuju pada Cikita."Cikita, apa yang terjadi? Kenapa kamu nggak menghormati Nyonya Melisha? Dia itu pelanggan besar di toko kita. Cepat minta maaf sama Nyonya Melisha sekarang juga!"Manajer toko tahu bahwa Cikita berasal dari ke
Cara Melisha mengatakan hal ini terkesan seperti dia adalah seorang hakim. Apa yang dia katakan harus dilakukan.Perlahan, para pemandu belanja mulai tidak senang dengannya. Namun, mereka tidak berani mengatakan apa pun."Ini ...."Mereka tidak mau memaksa seorang anak untuk melepas topeng dan memberikannya kepada anak nakal itu.Melihat ini, Melisha langsung berjalan menghampiri."Kalian nggak berani? Biar aku saja."Sikapnya tidak menunjukkan seorang nyonya kaya rasa. Dia benar-benar akan mengambil topeng milik seorang anak yang datang tanpa ditemani orang tuanya.Di balik topeng Raja Kera, wajah kecil Riko sedingin es dan terlihat tidak baik-baik saja. Dia sudah siap untuk menggigit Melisha saat wanita itu meraih topengnya nanti.Namun, pemandu belanja yang barusan melayani Riko dan membantunya mengambil pakaian tiba-tiba berjalan keluar dengan membawa banyak pakaian mewah."Tuan muda, lihatlah pakaian-pakaian ini."Semua orang berbalik untuk melihat ke arah pemandu belanja itu.Di