Spontan, Maxime pikir Reina hendak kabur lagi, jadi dia tidak mengambil kartu itu."Aku sudah pakai kok buat beli saham di TK Riko. Sekarang aku nggak butuh uang lagi. Lagian buat keperluanku sendiri, aku bisa pakai uang sendiri kok," jelas Reina.Maxime merasa lega mendengarnya."Uangmu itu uangmu. Aku memang mau kasih ke kamu, jadi beda." Maxime terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Sebagai seorang suami, memang sudah seharusnya 'kan asetnya dikelola istrinya? Memangnya kamu nggak mau tahu aku punya uang berapa banyak?"Mana mungkin Reina tidak penasaran, dia bertanya, "Ada berapa?"Maxime tersenyum lalu menjawab, "Nggak kehitung."Jawaban macam apa ini?Reina terdiam.Maxime spontan memeluknya. "Nana, beberapa hari aku mau ngasih kamu hadiah.""Nggak perlu ...."Reina spontan menolak.Maxime menyela, "Nggak boleh menolak."Reina terdiam.Pada akhirnya, dia tetap kalah pada sikap dominan Maxime dan terpaksa ikut berkencan.Reina pikir hari ini ada acara spesial. Ternyata pada akhirnya
Deron menjemput Riki pulang sekolah. Riki melambai pada orangtuanya dan diam-diam mengambil foto mereka.Lalu mengirimkannya ke Riko.Riko membelalak kaget saat melihat foto itu."Sialan!"Pria bajingan ini bisa membodohi mamanya secepat ini?Lalu, Riki mengirim pesan pada Riko, "Kak, sudah saatnya kamu manggil dia papa.""Cih!" Riko membalas singkat.Dia tidak sudi memanggil Maxime 'Papa'.Jovan juga sedang minum air di ruang tamu. Dia heran melihat Riko mengernyit, jadi dia menghampiri Riko dan air di mulutnya hampir tersembur waktu melihat foto yang dikirimkan Riki.Kak Max gendong Reina?Dia sangat terkejut!Kita bicara tentang Maxime lho! Jangankan gendong wanita, bawa tasnya sendiri aja tidak pernah?Jovan diam-diam memotret foto itu dan hendak menyimpannya untuk dirinya sendiri, namun tangannya terpeleset dan tidak sengaja mengirimkan foto tersebut ke grup pertemanan mereka.Jovan masih tidak sadar, tapi para anggota di grup itu langsung ramai berkomentar.Mereka mengucapkan sel
Riki bertanya bingung, "Apaan?""Kamu punya laptop nggak?" tanya Riko."Nggak, tapi Papa punya."Riko benci sekali tiap kali Riki memanggil pria itu 'Papa', "Kalau gitu pinjem punya dia terus masuk ke akun ini. Selanjutnya tiap kali ada waktu, kamu yang siaran aja ya."Riko mengirimi Riki informasi akun siarannya, lalu mengajari Riki bagaimana mengoperasikannya dan mulai lepas tangan.Riki yang awalnya memang penasaran dengan siaran langsung pun meminjam laptop Maxime dan masuk ke sebuah platform.Riki mengarahkan kamera ke wajahnya dan tidak menyadari kalau anak di depan mereka beda orang."Riko, muah! Tante kangen banget!""Kak Riko, boleh ajarin aku nyanyi nggak? Tahun ini aku ulang tahun yang ke-4, ini mama baru ngajarin aku ngetik.""..."Banyak orang membeli hadiah di platformnya.Riki yang cepat tanggap langsung paham apa yang dia lakukan. Dia berdeham dan berkata, "Semuanya, tolong berhenti beli hadiah ya. Kita harus pakai uang kita dengan bijak, oke?""Waaah! Riko imut banget,
Setelah makan malam, pengacara Mandy menelepon Reina dan memberitahunya kalau persidangan akan diadakan dalam beberapa hari. Dia juga bertanya apa Reina siap.Semua dokumen sudah siap sejak lama. Mandy khawatir apa mental Reina siap karena bagaimanapun yang Reina tuntut di pengadilan adalah ibu dan adik kandungnya."Ya, aku siap." Reina sangat bertekad.Terlepas dari apa Treya sakit atau tidak, dia akan memperjuangkan aset Keluarga Andara.Kebetulan persidangan akan dilaksanakan setelah Hari Ziarah Makam. Jadi, Reina dan Maxime pulang dulu ke kediaman utama Keluarga Sunandar untuk memberi penghormatan pada leluhur mereka.Keesokan harinya.Karena kebetulan Riko pulang, Reina membawa Riko dan Riki ke Heaven Stair untuk memberi penghormatan pada Anthony dan Lyann, baru setelah itu mereka menuju ke kediaman utama Keluarga Sunandar.Dalam perjalanan, Riki dan Riko mengobrol tentang siaran langsung.Riki bercerita dengan bersemangat sedangkan Riko mendengarkan dengan malas-malasan dan sesek
Riko dan Riki juga merasakan ketulusan Joanna terhadap mereka. Mereka terharu tapi juga agak kesal. Bagaimanapun, dibanding neneknya, mereka pasti tetap memilih Reina.Meski kelihatannya mereka menerima Joanna, bukan berarti mereka bisa memaafkan Joanna atas penindasannya pada ibu mereka di masa lalu."Nana, Max, aku mau ajak mereka berdua ke taman hiburan dulu. Kami pulang agak malam ya, kalian bisa nikmatin waktu berdua."Besok adalah Hari Ziarah Makam.Joanna serasa terbang ke langit ketujuh saat bisa menikmati kebahagiaan sebagai sebuah keluarga seperti hari ini."Oke."Reina tidak menolak.Syena tidak menyangka Joanna akan pergi begitu saja, bahkan tanpa berpamitan padanya.Syena meletakkan tangannya di perutnya. Sayang, anak yang dikandungnya ini bukan keturunan Keluarga Sunandar yang sebenarnya ....Syena bertekad untuk mencari cara menyingkirkan kedua anak Reina. Setelah anak dalam perutnya lahir, dia akan cari cara untuk hamil anak kandungnya dengan Morgan.Di sisi lain, Joann
Joanna merasa pusing. Bagaimana dia bisa membuktikan kalau dia menyukai Reina?Melihat Joanna tidak bisa menjawab, Riki pun langsung berakting. "Hmph! Katanya sayang sama Mama, tapi nggak bisa buktiin.""Nenek bilang sudah menganggap Mama seperti anak kandung Nenek. Terus apa buktinya? Memangnya Nenek pernah masakin Mama? Nenek pernah ngerawat Mama pas sakit? Nenek pernah menghibur Mama waktu dia bersedih? Nenek pernah ngalah waktu Mama marah?" Riko ikut menimpali.Joanna tidak menyangka kedua cucunya begitu pandai bicara sampai dia mati kutu.Karena Joanna memang tidak pernah baik pada Reina. Jangankan memasak dan merawat Reina, tidak mempermalukan Reina saja sudah bagus.Melihat Joanna tidak bisa menjawab sepatah kata pun, Riko berkata, "Riki, nggak usah nangis. Ayo kita turun. Nenek nggak suka kita datang, kalau nggak dia nggak mungkin bersikap acuh sama Mama waktu kita datang tadi."Joanna langsung meraih kedua anak kecil itu."Riki, Riko, kalian mau bukti, 'kan? Nanti waktu kita p
Saat itulah Joanna tersadar dan langsung minta pelayan menyajikan makanan.Setelah hidangan disajikan, sebagai pembuktian pada Riki dan Riko, Joanna sendiri yang mengambilkan lauk untuk Reina."Nana, kamu 'kan hamil anak kembar, jadi makan yang banyak ya."Reina merasa tidak nyaman, Joanna yang hari ini benar-benar seperti orang yang berbeda.Setelah makan malam, Maxime sekeluarga kembali ke kediamannya untuk beristirahat.Setelah menidurkan anak-anak, Maxime dan Reina kembali ke kamar mereka.Reina langsung berbaring di samping Maxime dan bertanya, "Kamu ngerasa nggak sih hari ini ibumu agak aneh?"Maxime memeluk Reina seolah dari awal sudah sadar."Nggak aneh, dia seperti itu untuk menyenangkan Riko dan Riki."Reina baru paham. "Aaah, pantesan. Aku sudah curiga ...."Reina tidak sempat menyelesaikan perkataannya karena Maxime sudah menciumnya....Di Hari Ziarah Makam, dari pagi sudah gerimis.Paginya Reina menyiapkan dua setel jas berwarna gelap untuk kedua putranya.Di hari perayaa
Setelah mendengar perkataan ini, semua orang kembali menatap Riki dan Riko dengan saksama. Kedua anak itu memang sama persis seperti Maxime, terutama matanya yang hitam legam dan bersinar, memesona seperti permata.Beberapa wanita memperhatikan bekas luka di wajah Reina dan terkejut, "Wajah Reina kenapa? Luka sepanjang itu masa nggak dioperasi?"Alasan kenapa Reina tidak menghilangkan bekas lukanya adalah karena dia ingin setiap bercermin tiap pagi, dia tidak akan bisa lupa siapa yang sudah menyakiti Riko dan siapa yang sudah menyuruhnya merusak wajahnya seperti ini.Reina memaksa dirinya untuk mengingat jelas kejadian ini supaya tidak terulang lagi di kemudian hari.Ini juga sebagai pengingat bagi dirinya sendiri untuk terus bertumbuh kuat supaya tidak ada yang berani menindasnya juga anak-anaknya lagi.Tuan Besar Latief duduk di kursi utama. Tommy masih duduk di sampingnya, seperti seorang penguasa cilik.Anak kecil dari kerabat jauh selalu menghindar saat melihat Tommy karena mereka
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re