Reina tidak menolak lagi. Dia berbaring di kasur sambil melihat ke langit-langit dan mulai menggumam. Entah sedang bicara dengan Maxime atau dirinya sendiri."Aku masih nggak ngerti kenapa dia benci banget sama aku.""Dulu kupikir dia itu nggak suka sama anak perempuan, kukira dia wanita berdarah dingin, tapi tahu nggak hari ini aku lihat apa?""Jelas-jelas dia begitu kesakitan, tapi dia rela nahan sakit buat nganterin tas Syena. Dia bahkan pura-pura nggak dengar Syena yang ternyata benci sama dia.""Dia bisa begitu rendah diri, ini bukan Treya yang kukenal."Maxime menggenggam erat tangan Reina dan berkata, "Kamu punya aku."Reina menatap Maxime dan bertanya, "Kamu sudah nggak marah?""Sudah boleh impas?" tanya Maxime."Impas apanya?""Aku 'kan sudah bersikap dingin sama kamu selama tiga tahun dan kamu sudah pergi sama anak-anak selama lima tahun. Kita impas?" tanya Maxime.Reina tercekat, tenggorokannya sepertinya tersumbat bola kapas. Lalu Reina ... memeluknya.Tubuh Maxime menegang
Spontan, Maxime pikir Reina hendak kabur lagi, jadi dia tidak mengambil kartu itu."Aku sudah pakai kok buat beli saham di TK Riko. Sekarang aku nggak butuh uang lagi. Lagian buat keperluanku sendiri, aku bisa pakai uang sendiri kok," jelas Reina.Maxime merasa lega mendengarnya."Uangmu itu uangmu. Aku memang mau kasih ke kamu, jadi beda." Maxime terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Sebagai seorang suami, memang sudah seharusnya 'kan asetnya dikelola istrinya? Memangnya kamu nggak mau tahu aku punya uang berapa banyak?"Mana mungkin Reina tidak penasaran, dia bertanya, "Ada berapa?"Maxime tersenyum lalu menjawab, "Nggak kehitung."Jawaban macam apa ini?Reina terdiam.Maxime spontan memeluknya. "Nana, beberapa hari aku mau ngasih kamu hadiah.""Nggak perlu ...."Reina spontan menolak.Maxime menyela, "Nggak boleh menolak."Reina terdiam.Pada akhirnya, dia tetap kalah pada sikap dominan Maxime dan terpaksa ikut berkencan.Reina pikir hari ini ada acara spesial. Ternyata pada akhirnya
Deron menjemput Riki pulang sekolah. Riki melambai pada orangtuanya dan diam-diam mengambil foto mereka.Lalu mengirimkannya ke Riko.Riko membelalak kaget saat melihat foto itu."Sialan!"Pria bajingan ini bisa membodohi mamanya secepat ini?Lalu, Riki mengirim pesan pada Riko, "Kak, sudah saatnya kamu manggil dia papa.""Cih!" Riko membalas singkat.Dia tidak sudi memanggil Maxime 'Papa'.Jovan juga sedang minum air di ruang tamu. Dia heran melihat Riko mengernyit, jadi dia menghampiri Riko dan air di mulutnya hampir tersembur waktu melihat foto yang dikirimkan Riki.Kak Max gendong Reina?Dia sangat terkejut!Kita bicara tentang Maxime lho! Jangankan gendong wanita, bawa tasnya sendiri aja tidak pernah?Jovan diam-diam memotret foto itu dan hendak menyimpannya untuk dirinya sendiri, namun tangannya terpeleset dan tidak sengaja mengirimkan foto tersebut ke grup pertemanan mereka.Jovan masih tidak sadar, tapi para anggota di grup itu langsung ramai berkomentar.Mereka mengucapkan sel
Riki bertanya bingung, "Apaan?""Kamu punya laptop nggak?" tanya Riko."Nggak, tapi Papa punya."Riko benci sekali tiap kali Riki memanggil pria itu 'Papa', "Kalau gitu pinjem punya dia terus masuk ke akun ini. Selanjutnya tiap kali ada waktu, kamu yang siaran aja ya."Riko mengirimi Riki informasi akun siarannya, lalu mengajari Riki bagaimana mengoperasikannya dan mulai lepas tangan.Riki yang awalnya memang penasaran dengan siaran langsung pun meminjam laptop Maxime dan masuk ke sebuah platform.Riki mengarahkan kamera ke wajahnya dan tidak menyadari kalau anak di depan mereka beda orang."Riko, muah! Tante kangen banget!""Kak Riko, boleh ajarin aku nyanyi nggak? Tahun ini aku ulang tahun yang ke-4, ini mama baru ngajarin aku ngetik.""..."Banyak orang membeli hadiah di platformnya.Riki yang cepat tanggap langsung paham apa yang dia lakukan. Dia berdeham dan berkata, "Semuanya, tolong berhenti beli hadiah ya. Kita harus pakai uang kita dengan bijak, oke?""Waaah! Riko imut banget,
Setelah makan malam, pengacara Mandy menelepon Reina dan memberitahunya kalau persidangan akan diadakan dalam beberapa hari. Dia juga bertanya apa Reina siap.Semua dokumen sudah siap sejak lama. Mandy khawatir apa mental Reina siap karena bagaimanapun yang Reina tuntut di pengadilan adalah ibu dan adik kandungnya."Ya, aku siap." Reina sangat bertekad.Terlepas dari apa Treya sakit atau tidak, dia akan memperjuangkan aset Keluarga Andara.Kebetulan persidangan akan dilaksanakan setelah Hari Ziarah Makam. Jadi, Reina dan Maxime pulang dulu ke kediaman utama Keluarga Sunandar untuk memberi penghormatan pada leluhur mereka.Keesokan harinya.Karena kebetulan Riko pulang, Reina membawa Riko dan Riki ke Heaven Stair untuk memberi penghormatan pada Anthony dan Lyann, baru setelah itu mereka menuju ke kediaman utama Keluarga Sunandar.Dalam perjalanan, Riki dan Riko mengobrol tentang siaran langsung.Riki bercerita dengan bersemangat sedangkan Riko mendengarkan dengan malas-malasan dan sesek
Riko dan Riki juga merasakan ketulusan Joanna terhadap mereka. Mereka terharu tapi juga agak kesal. Bagaimanapun, dibanding neneknya, mereka pasti tetap memilih Reina.Meski kelihatannya mereka menerima Joanna, bukan berarti mereka bisa memaafkan Joanna atas penindasannya pada ibu mereka di masa lalu."Nana, Max, aku mau ajak mereka berdua ke taman hiburan dulu. Kami pulang agak malam ya, kalian bisa nikmatin waktu berdua."Besok adalah Hari Ziarah Makam.Joanna serasa terbang ke langit ketujuh saat bisa menikmati kebahagiaan sebagai sebuah keluarga seperti hari ini."Oke."Reina tidak menolak.Syena tidak menyangka Joanna akan pergi begitu saja, bahkan tanpa berpamitan padanya.Syena meletakkan tangannya di perutnya. Sayang, anak yang dikandungnya ini bukan keturunan Keluarga Sunandar yang sebenarnya ....Syena bertekad untuk mencari cara menyingkirkan kedua anak Reina. Setelah anak dalam perutnya lahir, dia akan cari cara untuk hamil anak kandungnya dengan Morgan.Di sisi lain, Joann
Joanna merasa pusing. Bagaimana dia bisa membuktikan kalau dia menyukai Reina?Melihat Joanna tidak bisa menjawab, Riki pun langsung berakting. "Hmph! Katanya sayang sama Mama, tapi nggak bisa buktiin.""Nenek bilang sudah menganggap Mama seperti anak kandung Nenek. Terus apa buktinya? Memangnya Nenek pernah masakin Mama? Nenek pernah ngerawat Mama pas sakit? Nenek pernah menghibur Mama waktu dia bersedih? Nenek pernah ngalah waktu Mama marah?" Riko ikut menimpali.Joanna tidak menyangka kedua cucunya begitu pandai bicara sampai dia mati kutu.Karena Joanna memang tidak pernah baik pada Reina. Jangankan memasak dan merawat Reina, tidak mempermalukan Reina saja sudah bagus.Melihat Joanna tidak bisa menjawab sepatah kata pun, Riko berkata, "Riki, nggak usah nangis. Ayo kita turun. Nenek nggak suka kita datang, kalau nggak dia nggak mungkin bersikap acuh sama Mama waktu kita datang tadi."Joanna langsung meraih kedua anak kecil itu."Riki, Riko, kalian mau bukti, 'kan? Nanti waktu kita p
Saat itulah Joanna tersadar dan langsung minta pelayan menyajikan makanan.Setelah hidangan disajikan, sebagai pembuktian pada Riki dan Riko, Joanna sendiri yang mengambilkan lauk untuk Reina."Nana, kamu 'kan hamil anak kembar, jadi makan yang banyak ya."Reina merasa tidak nyaman, Joanna yang hari ini benar-benar seperti orang yang berbeda.Setelah makan malam, Maxime sekeluarga kembali ke kediamannya untuk beristirahat.Setelah menidurkan anak-anak, Maxime dan Reina kembali ke kamar mereka.Reina langsung berbaring di samping Maxime dan bertanya, "Kamu ngerasa nggak sih hari ini ibumu agak aneh?"Maxime memeluk Reina seolah dari awal sudah sadar."Nggak aneh, dia seperti itu untuk menyenangkan Riko dan Riki."Reina baru paham. "Aaah, pantesan. Aku sudah curiga ...."Reina tidak sempat menyelesaikan perkataannya karena Maxime sudah menciumnya....Di Hari Ziarah Makam, dari pagi sudah gerimis.Paginya Reina menyiapkan dua setel jas berwarna gelap untuk kedua putranya.Di hari perayaa
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba