Reina meminta Mandy untuk mengawasi gerak gerik Treya selanjutnya. Reina tidak akan melepaskan Treya kecuali wanita itu benar-benar menderita kanker stadium akhir.Reina pun pulang.Reina meminta Deron menyelidiki lagi tentang kecelakaan mobil ayahnya meski Mandy bilang banyak bukti yang hilang karena peristiwa ini sudah berlalu bertahun-tahun.Tapi Reina masih ingin mengetahui kebenarannya, dia ingin tahu jawaban yang pasti.Setelah semua kesibukan ini, Reina merebahkan diri di sofa. Jelas-jelas dia sangat lelah, tapi dia tidak bisa tidur dan pikirannya kacau.Di benaknya kembali terputar kenangan masa kecil. Di mana ayahnya yang baik hati memberitahunya betapa ibunya sangat baik hati dan sangat mencintainya.Hati Reina terasa sangat pedih dan dia memeluk bantal erat-erat.Entah berapa lama sampai akhirnya Reina tertidur.Pembantu menyelimuti Reina yang tertidur di sofa.Hari ini Riki tidak pulang, para murid akan bermalam di sekolah.Maxime juga sibuk dan baru pulang larut malam. Beg
Reina tertegun, terpikir sesuatu dan wajahnya memerah karena malu.Maxime langsung melepaskan tangannya."Lain kali jangan tidur di sofa, jalan dua langkah aja kamu nggak akan mati." Maxime menahan diri supaya suaranya tidak terdengar dingin juga tidak terdengar ramah.Bagaimanapun, keduanya masih bertengkar dan Reina belum minta maaf padanya.Reina tahu Maxime berkata seperti ini karena dia mengkhawatirkannya, Reina pun mengangguk, "Oke, maaf sudah mengganggumu. Cepat istirahat."Setelah berkata demikian, Reina kembali berbaring di kasur.Maxime tidak langsung tidur. Dia meminta Ekki mencari tahu apa yang sudah dilakukan Reina hari ini dan kenapa kondisinya begitu buruk.Baru setelah itu dia pergi mandi.Ekki sangat kesal. Padahal Ekki sedang bermesra-mesraan dengan pacarnya, kenapa bosnya selalu mengganggu di saat yang tidak tepat? Dia harus minta naik gaji!Ekki tidak pergi menyelidiki sendiri, dia hanya minta bawahannya memeriksa kamera pengawas. Setelah itu dia tahu kalau hari ini
Reina selalu memperhatikan pergerakan para ibu sejak dia bertemu mereka untuk berdiskusi dengan Ketua Komite Orangtua Murid.Padahal malamnya mereka masih mengajak Reina mengobrol, namun keesokan harinya semua orang mendiamkannya dan beberapa hari kemudian mereka bahkan menyembunyikan pembaharuan status WhatsApp dari Reina.Keanehan seperti itu membuat Reina curiga.Besok hari Senin tiba, artinya sudah saatnya memilih ketua Komite Orangtua Murid yang baru. Akankah para ibu-ibu itu membelot?Reina yang ragu pun mengirim pesan pada seorang ibu dan menanyakan kabar tasnya.Lama sekali baru ibu itu menjawab, "Oh, maaf. Tas ini rasanya nggak cocok deh buat aku. Aku cuma pakai sekali, sekarang sudah kumasukkan ke dalam kotak."Reina juga mengirim pesan ke ibu-ibu lainnya. Balasan yang Reina terima tetap sama, mereka bilang ternyata tidak menyukai barang tersebut atau ternyata belum dipakai sama sekali.Kondisi ini jelas sangat mencurigakan.Reina pun yakin besok para ibu akan membelot. Padah
Kalau begini, Reina jadi sulit minta bantuan pada ibu-ibu itu.Reina terlihat sedih dan merenung tentang apa yang harus dilakukan, Ekki pun menambahkan, "Tapi uang yang mereka investasikan akan terbuang sia-sia, nggak mungkin bisa membuat Rendy bertahan lebih dari seminggu.""Nyonya, kalau ada salah satu dari ibu-ibu itu temanmu, sebaiknya hentikan mereka untuk nggak berinvestasi."Begitu Reina mendengar hal ini, dia langsung kembali bersemangat."Yang benar? Kok kamu bisa yakin banget uang mereka akan terbuang cuma-cuma?"Sebelum Ekki sempat menjawab, Maxime sudah berkata duluan."Rendy membeli saham grup untuk sayuran segar. Barang seperti ini sulit disimpan dan biaya pengirimannya mahal. Sekarang banyak perusahaan yang bersaing dengannya. Mungkin bagi Rendy ini adalah persaingan pasar, tapi sebenarnya dia sedang menghamburkan uang untuk merebut pasar. Dia membeli saham orang dengan harga terendah, menyingkirkan perusahaan lain, sehingga dia bisa jadi pemain tunggal."Maxime tidak me
Mama Diera tertegun sejenak saat melihat Reina berjalan ke arahnya, dia jelas merasa bersalah."Mama Riko, kok datang pagi banget?""Ya, bukannya kamu yang bilang hari ini kita akan milih ketua Komite Orangtua Murid? Tentu aku harus datang lebih awal dong, 'kan kamu bilang akan milih aku.""Oh, iya dong," jawab mama Diera sambil tersenyum.Karena pemungutan suara dilakukan dengan rahasia, mama Diera merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.Begitu sampai di ruang rapat, sudah banyak ibu-ibu yang datang dan mereka mengobrol dengan antusias.Begitu melihat sosok Reina di pintu, semuanya memalingkan muka karena malu dan berpura-pura tidak melihat Reina.Reina juga tidak peduli.Lagipula, nanti akan ada pertunjukkan bagus.Yang tidak Reina sangka adalah mama Bobby yang kemarin Reina beri kartu akses parkir ternyata malah menghampirinya dan mengajaknya mengobrol. "Mama Riko sudah datang?""Ya." Reina tersenyum sopan.Reina tidak terlalu menanggapi karena tidak yakin apakah mama Bobby ini a
Di TK ini, Komite Orangtua Murid dihadiri oleh TK besar dan TK kecil, bahkan anggota panitia ada dari kelas yang lain.Terakhir kali, Reina sudah bertemu dengan beberapa orang, tapi tidak semua.Mereka semua orang kaya dan Melisha secara pribadi memanggil mereka untuk mengajak kerjasama.Itu sebabnya mama Bobby tidak tahu kalau sudah ada orangtua yang hendak berkhianat, dia cuma tidak sengaja menguping.Karena keluarganya di ambang kebangkrutan dan tidak punya uang sama sekali, Melisha tentu tidak mengajaknya. Dia juga tidak peduli dengan hak suara si keluarga miskin.Sebelum pemilihan ketua baru dimulai, Melisha menghampiri Reina dan menantangnya di depan umum, "Nana, menurutmu orang cacat bisa menjadi ketua Komite Orangtua Murid?"Melisha menunjuk ke telinga Reina yang memakai alat bantu dengar."Coba katakan, gimana kalau alat bantu dengarmu rusak pas lagi diajak rundingan? Masa iya kamu akan meminta kami nunggu kamu memperbaiki alat bantu dengarmu?"Reina tidak terlihat marah atas
Reina berdiri di atas panggung, dia terlihat tenang dan tidak peduli dengan para ibu-ibu yang tidak menghormatinya."Halo semuanya, aku Mama Riko, Reina. Kepala sekolah barusan sudah memperkenalkan aku, jadi aku nggak akan memperkenalkan diri lagi."Para ibu masih bersikap dingin dan tidak memandang Reina.Mama Bobby sangat khawatir. Kalau dari awal tahu akan begini jadinya, dia pasti akan menghentikan Reina.Sekarang Reina tidak bisa turun panggung begitu saja.Melihat situasi ini, Reina tetap tenang dan berhenti berbelit-belit. Dia mengeluarkan sebuah USB."Pak Kepala Sekolah, apa boleh bantu tampilkan di layar?"Kepala sekolah langsung maju membantu Reina.Perhatian para ibu tertarik dan mereka mengejek, "Cukup persiapan juga orang ini, mau presentasi?""Persiapan selengkap ini apa gunanya? Kalau mau jadi ketua, kami nggak butuh hal ini.""Kalau aku sekaya dia, aku nggak akan repot-repot dan bakal mindahin sekolah anakku ke tempat lain."Melisha tersenyum sinis saat mendengar ibu-ib
Sesudah mendengarkan kata-kata Melisha, para ibu tampak merasa percaya diri dan tidak menganggap serius kata-kata Reina.Pemungutan suara berakhir dan tentu Melisha terpilih sebagai ketua.Anehnya, seperempat suara ternyata memilih Reina.Reina yang bingung pun melihat sekeliling dan mendapati ada seorang ibu yang terlihat anggun dan berpendidikan sedang tersenyum lembut padanya.Sesudah pertemuan berakhir, para ibu yang berpihak pada Reina mendatanginya."Mama Riko, terima kasih.""Terima kasih?" Reina sedikit bingung.Kemudian wanita itu berkata, "Apa kamu ingat mama Cosco?"Reina langsung ingat kejadian perkelahian Riko beberapa hari yang lalu.Cosco adalah salah satu dari anak-anak yang dipukuli. Mama Cosco sangat cantik dan menarik, sayangnya dia hanya selingkuhan.Reina mengetahui hal ini berkat informasi yang diberikan oleh mama Diera.Dari berita Reina juga tahu kalau mama Cosco sangat arogan dan berani melabrak istri pertama selingkuhannya sampai dirawat di rumah sakit karena
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba