Deron memberi tahu Reina semua informasi yang dia tahu.Hal yang paling aneh bagi Deron saat ini adalah siapa orang yang memberikan informasi ini padanya."Nanti aku kabari lagi kalau ada informasi baru.""Ya, terima kasih Deron."Reina meremas ponselnya, hatinya terasa sangat berat.Tadinya Reina hanya menerka-nerka hubungan Treya dan Tanu, sekarang semua jadi kenyataan.Sungguh, bodoh sekali Diego adiknya ini. Kenapa dia malah membantu orang lain?Ketika Maxime melihat Reina selesai mengobrol, dia bertanya, "Ada apa?"Reina memberitahunya apa yang dikatakan Deron.Sekarang Reina mau memperlakukan Maxime sebagai pendengar."Terus? Kamu mau ngapain?" Sebenarnya Maxime sudah tahu, tapi dulu dia tidak terlalu mempersoalkan hal ini."Aku mau merebut kembali apa yang menjadi milik Keluarga Andara."Tidak masalah kalau Keluarga Andara bangkrut, tapi kalau duduk perkaranya ternyata seperti ini, artinya mereka jelas-jelas tertipu.Pantas saja ayahnya meninggalkan surat wasiat untuk berjaga-ja
Ekspresi Maxime tidak banyak berubah.Untuk menghilangkan rasa malunya, Reina bertanya, "Bukannya kamu udah pergi kerja tadi?"Wajah tampan Maxime bahkan terlihat lebih kesal.Dia saja bahkan tidak keluar rumah hari ini, berangkat kerja apanya?"Hari ini nggak kerja.""Oh, ya sudah istirahatlah."Reina mau pergi, tapi Maxime menghalangi dan berdiri di depan Reina. "Sudah? Gitu aja? Nggak ada lagi yang mau kamu katakan?"Reina teringat hal semalam dan menjawab, "Nggak, aku mau kerja."Reina hendak keluar kamar, tapi Maxime memeluknya erat-erat.Maxime berkata, "Reina, kamu harus ingat kalau aku bukan Morgan, aku nggak akan pernah jadi orang kayak dia."Reina tertegun dan menatapnya."Kamu sudah ingat?""Belum." Maxime mengusap lembut pipi Reina berulang kali, "Aku cuma nggak suka dianggap seperti orang lain sama kamu."Reina memalingkan tatapannya dan menjawab, "Bukan gitu, tadi aku 'kan baru bangun, jadi salah ngomong.""Beneran?" Kata-kata Maxime ini menyiratkan peringatan.Sebelum Re
Grup Rajawali.Morgan mengutus seseorang mengantarkan Syena pulang.Jess, asisten Morgan menghampiri bosnya dengan ekspresi kesal. "Tuan Morgan benar-benar mau bertunangan dengannya?"Jess merasa meski Syena punya rekam jejak yang bagus, wanita ini terlalu sombong dan suka memanfaatkan orang lain, wanita seperti ini tidak terlalu cocok untuk Morgan.Morgan menyesap air hangat di cangkirnya, tidak ada emosi apa pun di matanya yang lembut."Aku sudah cukup umur dan sudah waktunya menikah."Beberapa pria di usianya bahkan sudah punya anak berusia lima tahun."Tapi pernikahan seperti ini ...."Sebelum Jess selesai bicara, Morgan sudah menyela lebih dulu, "Sudah, balik kerja sana."Jess pun hanya bisa pergi dengan mata yang memerah.Undangan pertunangan langsung disebar, tentu Maxime juga mendapatkannya.Maxime sedang bekerja ketika dia menerima undangan itu. Dia bersandar di kursinya dan terdiam ketika Ekki memberitahunya tentang pertunangan Morgan dan Syena."Apa mau ditolak aja?" Ekki me
"Bodoh, mana mungkin ada dokter sehebat itu?" Lyann tahu bahwa Reina sedang bercanda.Dia menepuk tangan Reina sembari berkata, "Aku nggak hidup lama-lama. Orang tua itu makin menjengkelkan kalau makin tua. Aku sudah merasa cukup bisa hidup sampai sekarang."Mata Reina mulai basah, dia berusaha menahan air matanya."Jangan ngomong gitu dong Bu Lyann. Ibu masih harus lihat Riko dan Riki tumbuh besar, melihat mereka menikah dan punya anak, Ibu nanti bisa jadi nenek buyut."Lyann menatap mata Reina yang penuh pengharapan.Dia tentu mau menunggu sampai saat itu tiba, tapi dia sendiri tahu kondisi tubuhnya yang tidak mungkin bisa bertahan selama itu.Dia sudah merasa puas bisa hidup sampai hari ini dan memiliki Reina sebagai putri kandungnya.Satu-satunya hal yang masih dia khawatirkan sampai sekarang adalah karena Reina masih sendiri.Beberapa hari yang lalu, Lyann akhirnya sadar kalau ingatan Maxime pasti sudah banyak kembali, dia juga tahu Maxime tidak punya utang dan terlihat jelas baga
Banyak orang yang memperhatikan wajah tampan Maxime dan berseru kagum."Aduh memang tampan sih, tapi kalau buta tetap aja nggak bisa mandiri.""Kok kamu mikirnya dia dirawat sama si cewe sih? Menurutku cewenya juga cantik.""Iya juga, berarti si cowo menghidupi si cewe? Ya ampun, cewe cantik gitu mau sama cowo buta?"Beberapa wanita yang juga sedang berbelanja di tempat yang sama mulai bergosip.Maxime mendengar perbincangan itu dengan jelas dan auranya menjadi dingin."Reina, aku keluar sebentar.""Mau kubantu?" Reina bertanya."Nggak perlu."Maxime ingat jalannya, dia hanya takut menabrak seseorang.Salah seorang resepsionis pun langsung memapah Maxime dan terpana dengan ketampanannya. "Pak, mau pergi ke mana? Mari saya antar."Namun, senyum di wajah resepsionis itu tidak bertahan lama karena Maxime langsung menepis tangannya sambil membentak."Pergi!"Resepsionis itu kaget dan takut, tubuhnya terhuyung ke belakang dan karena tidak bisa menjaga keseimbangan, dia pun terjatuh.Semuany
Syena!Tubuh Reina menegang.Maxime yang memeluknya dan dapat dengan jelas merasakan perubahan pada diri Reina."Kenapa?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa."Maxime mengernyit, suasana hatinya yang baik pun menghilang."Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri.""Kata Bu Lyann aku 'kan kakak iparnya. Jadi aku harus datang ke acara pertunangannya."Sesudah mendengar Reina mengakui dirinya adalah adik ipar Morgan, suasana hati Maxime perlahan membaik.Sesampainya di rumah, Reina membereskan hadiah yang mereka beli, lalu duduk di sofa untuk istirahat.Tidak lama kemudian, seseorang meneleponnya.Reina mengangkatnya dan saat hendak bertanya siapa yang menelepon, dia mendengar suara yang familiar."Nana, ini aku, Morgan."Hati Reina langsung menegang.Meski keduanya pernah bertemu, mereka belum pernah mengobrol secara pribadi karena keterbatasan status."Oh, ada apa?"Padahal Reina punya banyak pertanyaan, tapi ujung-ujungnya dia tidak jadi menanyakannya."Apa kita bol
Morgan akhirnya mendapatkan pertanyaan yang sudah dia tunggu-tunggu. "Nana, dari kecil kamu sudah sering datang ke Keluarga Sunandar, apa kamu nggak pernah dengar kalau Keluarga Sunandar punya anak kembar?"Reina menggeleng.Kalau Reina tahu Maxime punya saudara kembar, dari dulu dia pasti akan bertanya-tanya apa dia mencintai orang yang salah.Sejak dibawa ke Kota Simaliki oleh orang tuanya, Reina memang kadang-kadang mengunjungi rumah Keluarga Sunandar.Tidak ada seorang pun yang pernah mendengar Maxime punya saudara kembar."Karena aku sakit parah sejak lahir, aku nggak tahan dingin dan takut matahari. Aku menghabiskan sebagian besar waktuku di ICU sejak kecil. Bahkan keluargaku aja mengira aku akan mati muda.""Jadi aku nggak memberi tahu dunia luar bahwa aku ada.""Setelah kondisiku membaik, aku pulang. Namun, tubuhku masih terlalu lemah dan hampir tidak pernah berkomunikasi dengan dunia luar, kecuali kamu tentunya."Morgan melanjutkan, "Alasan kenapa aku mengaku sebagai Maxime ad
Reina membeku dan buru-buru melepaskan diri dari pelukan Morgan."Aku sudah menikah."Reina terlihat sangat panik dan perlawanan Reina terlihat jelas di mata Morgan.Morgan tercekat dan akhirnya memutuskan untuk menarik kembali tangannya. Dia terlihat sangat kesepian, "Kalau gitu, apa kita tetap bisa berteman?"Reina menenangkan diri, menatapnya dan menjawab dengan lembut, "Ya, sekarang kita bukan cuma teman, tapi saudara.""Aku akan datang ke pertunanganmu.""Oke, aku tunggu." Morgan berusaha tersenyum."Kalau nggak ada lagi yang mau dibicarakan, aku pergi dulu."Reina pun berjalan pulang.Morgan hanya berdiri di samping mobilnya, memperhatikan punggung Reina yang berjalan menjauh dan perlahan menghilang.Sosok Reina tenggelam dalam derasnya hujan.Saat ini di Kota Simaliki.Morgan tidak kunjung kembali ke perusahaan dan Jess merasa aneh.Ini adalah pertama kalinya dia tidak mengetahui keberadaan Morgan, jadi mau tidak mau dia pun meneleponnya."Tuan Morgan, ada di mana sekarang?"Mor
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba