Treya merasa senang dengan jawaban Syena. Ini baru putri kandungnya, dia tahu mana yang penting bagaimana harus bersikap, tidak seperti Reina.Diego menatap dengan dingin.Setelah Syena pergi, Diego langsung berkata pada Treya, "Ma, nanti kalau dia jadi menikah sama Morgan, artinya 'kan aku jadi saudara ipar Keluarga Sunandar. Aku mau mendirikan perusahaan, menurut ...."Sebelum dia selesai bicara, Treya sudah memotongnya."Sudah kamu jadi anak rumahan aja deh. Jangan pagi malam taunya cuma menghamburkan uang."Diego marah, dia mengancam, "Cih! Aku bisa aja tahu membocorkan rahasia kita ke Reina, kalau itu terjadi nggak ada seorang pun dari kita akan lolos!""Berani ya kamu!" Treya juga naik pitam dan membanting gelasnya ke meja.Diego yang kesal pun keluar rumah.Sayang, sesampainya di luar dia tidak punya tempat tujuan, jadi dia ke Klub Sobernica untuk mabuk."Kasih aku wanita tercantik di sini."Diego menarik perhatian banyak orang begitu dia tiba.Di saat yang sama, Jovan yang seri
Setelah hening beberapa saat, Maxime berkata, "Ah jangan, tempatnya kumuh. Kamu 'kan lagi hamil.""Nggak apa-apa, aku bisa lihat dari jauh kok," jawab Reina.Maxime sepertinya tidak bisa mengelak, dia pun mengiyakan."Oke."Setelah itu, Maxime masuk kamar untuk ganti baju.Sesampainya di kamarnya, dia langsung menelepon Ekki."Malam ini siapkan kantor kita sebagai kantor amal. Siapkan para bos dan karyawannya."Saat ini Ekki sedang memasak untuk tunangannya. Dia hanya bisa tersenyum pahit saat mendapat tugas dari Maxime."Bos, apa lebih baik mengaku saja pada Nyonya? Kan nggak ada wanita yang nggak suka uang.""Sudah lakukan saja sesuai perintahku."Maxime tidak sedang bercanda.Kalau Reina tahu Maxime punya banyak uang, wanita itu pasti akan langsung minta cerai.Dia tahu betul Reina itu wanita seperti apa.Ekki tidak punya pilihan selain meninggalkan tunangannya dan melaksanakan tugas.Yang berhati lembut di rumah ini bukan hanya Reina, Lyann pun begitu.Sejak Lyann mengetahui posisi
Meski kantor Maxime tidak besar, namun dipenuhi dengan berbagai macam berita termasuk pencarian anak, pendanaan untuk anak-anak bisu-tuli dan lain sebagainya.Reina masuk dan melihat sekeliling di sana juga ada komputer dan ponsel yang khusus digunakan oleh orang buta.Keraguan di hatinya untuk sementara hilang."Ya sudah kamu kerja aja, aku nggak ganggu.""Oke, aku antar." Maxime tahu Reina sudah percaya, batu ganjalan di hatinya pun hilang."Nggak usah, kamu kerja aja."Reina pulang sendirian.Dalam perjalanan pulang, dia menelepon Alana, "Alana, barusan aku pergi ke kantor Maxime. Dia memang kerja di perusahaan amal."Reina sudah cerita pada Alana."Hoo ... jadi Maxime yang sekarang sungguh sudah berubah?" tanya Alana sambil bekerja."Sebenarnya menurutku pekerjaannya saat ini cukup bagus. Dia bisa membantu orang lain dan menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja."Reina selalu mau menjalani kehidupan yang sederhana."Nana ... hatimu mulai tergerak ya? Kamu mau memaafkannya dan mula
Reina mengernyit.Diego masih mengoceh, "Kamu tahu nggak betapa aku sangat dihina beberapa tahun terakhir. Padahal dulu aku yang biasanya menindas orang lain!""Kak, tolonglah bantu aku. Asal Kakak mau ketemu Morgan, dia pasti mau bantu kita."Reina tidak berniat mendengar omong kosong Diego dan hendak menutup telepon saat tiba-tiba mendengar Diego berkata, "Kalau bukan karena ditipu Ibu, Keluarga Andara kita nggak akan bangkrut.""Apa maksudmu?" Reina langsung bertanya.Diego yang mabuk saat ini duduk di jalanan seperti gelandangan.Sebelum ini, Diego dihajar dan diusir oleh pihak Klub Sobernica karena tidak mampu bayar, ternyata Tanu sudah membekukan kartu banknya."Kamu kira harta kekayaan kita sebanyak itu bisa raib ke mana hanya dalam waktu tiga tahun? Itu semua karena Ibu yang minta aku mentransfer semua uang itu ke kekasih gelapnya, Tanu!""Keluarga Hinandar berengsek! Sekarang setelah punya uang dan kekuasaan, mereka nggak tahu balas budi! Berani sekali membekukan kartu bankku
Diego tercengang. Dia tidak paham kenapa Jovan yang dulu sangat membenci Reina, tiba-tiba bicara membela Reina.Namun, Diego yang kali ini cepat tanggap langsung berkata, "Oke, oke! Aku ngerti. Reina itu kakakku, aku janji akan menghormatinya."Barulah Jovan berdiri tegak, lalu dia bertanya lagi, "Barusan kamu bilang apa? Morgan akan membantumu selama Reina mau ketemu Morgan?"Diego yang takut pada Jovan langsung memberi tahu Jovan apa yang dikatakan Morgan beberapa hari yang lalu.Jovan mendengarkan cerita Diego sampai selesai dan merasa bingung setelahnya."Morgan kenal Reina?""Harusnya sih iya ya. Kalau nggak, kenapa Morgan bicara begitu?" Diego juga tidak paham.Dulu waktu Keluarga Andara dan Keluarga Sunandar masih berhubungan ....Diego ingat Reina pernah diam-diam menulis surat cinta untuk Maxime. Tapi begitu Diego memergokinya, Reina langsung merobek surat itu.Jovan merasa dirinya secara tidak sengaja menemukan sesuatu yang luar biasa.Jovan masih ingin bertanya lebih, tapi s
"Nanti kuminta Ekki periksa," kata Maxime.Reina menggeleng, "Jangan, sekarang kamu 'kan bukan bos Ekki, jadi jangan terus-terusan ngerepotin dia.""Lagian aku sudah minta Deron menyelidikinya kok. Revin bilang Deron pernah menjadi agen dan sangat pandai untuk urusan menyelidiki seperti ini."Deron lagi, Deron lagi ....Maxime hampir saja melupakan pengawal tampan dan cakap ini."Kalau Deron nggak bisa dapat info apa pun, aku bisa minta tolong Revin," lanjut Reina.Reina tidak sadar kalau pria di sampingnya ini cemburu.Bicara tentang Revin ... Reina merasa agak aneh, kenapa belakangan pria itu tidak memberinya kabar?Maxime meremas tangan Reina, lalu berkata, "Kok kamu nggak minta tolong aku?"Reina tertegun sesaat, lalu mengangkat kepalanya dan menatap wajah tegas Maxime. "Kan kamu buta dan amnesia?"Maxime menyesal sudah menggali lubang untuk dirinya sendiri.Maxime berdiri diam dan mencondongkan tubuhnya ke arah Reina."Tapi kalau kamu begini, aku malah cemburu."Hembusan napas Max
Reina mulai terengah-engah, untung ciuman itu tidak berlangsung lama.Tangan Maxime menyentuh wajah Reina yang panas, dia berhenti menciumi Reina dan berbisik, "Kamu kaget ya?"Reina memalingkan wajah dan hendak melepaskan diri dari Maxime, tapi pria itu kembali menariknya."Kamu lagi hamil, jangan banyak gerak-gerak.""Udah tahu aku hamil, kamu masih begini?" Reina menyahut kesal."Kita 'kan suami istri, wajar dong kalau ciuman," jawab Maxime dengan penuh penekanan.Reina menarik selimut untuk menutupi dirinya dan berhenti bicara.Maxime tidak terbiasa didiamkan Reina."Kita ngobrol yuk?"Maxime bahkan tidak menyadari betapa rendah hati sikapnya sekarang."Nggak ada yang perlu kita obrolin. Lepasin, aku mau balik ke kamar," jawab Reina dengan nada dingin.Maxime tidak menyetujui dan malah mempererat pelukannya.Mulai sekarang, dia akan berada di sisi Reina untuk mencegah orang-orang tertentu mencarinya."Belakangan ini samar-samar aku ingat masa kecilku."Reina menatap Maxime ragu-rag
Deron memberi tahu Reina semua informasi yang dia tahu.Hal yang paling aneh bagi Deron saat ini adalah siapa orang yang memberikan informasi ini padanya."Nanti aku kabari lagi kalau ada informasi baru.""Ya, terima kasih Deron."Reina meremas ponselnya, hatinya terasa sangat berat.Tadinya Reina hanya menerka-nerka hubungan Treya dan Tanu, sekarang semua jadi kenyataan.Sungguh, bodoh sekali Diego adiknya ini. Kenapa dia malah membantu orang lain?Ketika Maxime melihat Reina selesai mengobrol, dia bertanya, "Ada apa?"Reina memberitahunya apa yang dikatakan Deron.Sekarang Reina mau memperlakukan Maxime sebagai pendengar."Terus? Kamu mau ngapain?" Sebenarnya Maxime sudah tahu, tapi dulu dia tidak terlalu mempersoalkan hal ini."Aku mau merebut kembali apa yang menjadi milik Keluarga Andara."Tidak masalah kalau Keluarga Andara bangkrut, tapi kalau duduk perkaranya ternyata seperti ini, artinya mereka jelas-jelas tertipu.Pantas saja ayahnya meninggalkan surat wasiat untuk berjaga-ja
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim