Tumbuh besar sebagai seorang yatim piatu, hal yang paling dibenci Marshanda adalah dipandang rendah orang lain.Kata-kata Jovan mengingatkannya pada betapa rendah dan memalukan dirinya saat pertama kali bergabung dalam lingkaran anak orang kaya beberapa tahun yang lalu!"Tunggu saja! Kalau aku sudah jadi Nyonya Sunandar, siapa yang berani meremehkanku!"...Marshanda tidak mengungkit tentang Reina, jadi sepertinya dia tidak tahu tentang kepulangan Reina.Jovan menunggu lama di luar Vila No.9."Pak Jovan, seharian ini Nona Reina nggak keluar rumah.""Apa perlu kita datangi dan ketuk pintunya?" Pengawal Jovan tidak ingin tuannya menunggu lebih lama lagi.Jovan menolak."Nggak, kita tunggu sampai dia keluar sendiri."Jovan sangat bersemangat waktu bertemu Reina kemarin, ingin sekali rasanya dia langsung menemui Reina dan menanyakan kejadian waktu itu.Namun, saat teringat sikapnya yang buruk pada Reina dulu, Jovan tidak berani langsung mendatanginya begitu saja.Jovan yakin penantiannya a
Reina tidak ingin berurusan dengan pria tidak tahu diri, yang membalas air susu dengan air tuba."Maaf, beberapa tahun yang lalu aku sakit parah dan melupakan banyak hal."Setelah selesai bicara, Reina langsung balik badan dan berjalan kembali ke vilanya.Jovan mematung di tempat.Tidak ingat?Jovan menoleh dan terpaku menatap sosok Reina yang berlalu pergi untuk waktu yang cukup lama.Para pengawal yang berjaga di samping merasa heran. Ini adalah pertama kalinya dia melihat majikan mereka melamun begitu lama. Tidak ada seorang pun dari mereka yang berani maju menghampiri.Sesampainya di vila, Reina yang kelelahan langsung duduk terkulai di sofa. Dia tidak tahu bahwa saat ini di Bandara Astania, Alana sudah membeli tiket pesawat.Malam ini juga dia akan tiba di Kota Simaliki.Riko yang cerdas juga membeli tiket di penerbangan yang sama secara daring. Dia diam-diam pergi ke bandara dan mengikuti orang dewasa lain untuk naik ke pesawat.Pukul tujuh malam, Alana yang baru saja mendarat la
Alana sampai terdiam, tetapi dia tetap berujar. "Kamu itu bukan anak kecil, kamu itu rubah cilik!"Riko menepuk pundak Alana dan berkata, "Ya sudah kita damai saja ya. Nanti aku yang akan tanggung jawab kalau ditanya Mama."Alana mau menangis.Rasanya seperti sedang ditipu oleh anak kecil. Intinya, dia jelas tidak bisa memulangkan Riko seorang diri.Meski sebenarnya dia merasa Riko akan baik-baik saja kalau terbang sendirian."Tunggu dulu di sini. Aku mau menelepon Nana, Bu Lyann pasti sangat mengkhawatirkanmu.""Tenang saja, aku sudah meninggalkan pesan untuk nenek dan bilang kalau aku pergi denganmu," jawab Riko.Rubah cilik ini! Ugh!Alana tetap mengambil ponsel dan menelepon Reina.Di sisi lain.Reina menuangkan segelas air hangat untuk dirinya sendiri, lalu duduk di balkon sambil menjawab telepon dari Alana."Alana."Alana melirik Riko di sampingnya dengan rasa bersalah. "Nana, sebenarnya aku mau memberimu kejutan ... tapi ...."Reina bingung, "Ada apa?""Aku sudah pulang ke Kota
Maxime membalas, "Oke."Melihat Maxime akhirnya berhenti bekerja, Marshanda pun bertanya, "Pesan dari Bibi? Apa dia mendesak kita lagi?"Maxime menjawab singkat dan terlihat tidak sabar, "Bukan."Marshanda ingin bertanya lebih lanjut tentang pesan itu, tetapi Maxime sudah lebih dulu melihat ke luar jendela.Mobil mereka melewati pintu masuk Restoran Arum Manis.Di luar tempat yang megah itu, ada seorang dewasa menggandeng seorang anak kecil turun dari sebuah mobil Bentley.Mata Maxime seketika tertuju pada anak laki-laki itu. Dia mengenakan topi dan masker sehingga wajahnya tidak terlihat jelas. Tetapi entah mengapa Maxime merasa sangat familiar.Dia melihat kedua orang itu masuk ke dalam restoran.Maxime pun berkata pada sopir, "Berhenti."Marshanda bertanya bingung, "Ada apa?"Maxime tidak menjawab, dia langsung membuka pintu mobil dan berjalan keluar.Di Restoran Arum Manis.Begitu Alana dan Riko sampai, Riko ingin ke toilet dulu. Jadi Alana menelepon Reina untuk turun dan menjemput
Wajah Riko semakin memerah seperti buah apel.Dia terbatuk dua kali dan berbisik pada ibunya, "Mama, aku itu sudah besar. Apalagi di sini ada Tante Alana."Karena ucapannya ini, suasana mencekam yang tadi timbul karena kehadiran Maxime pun sudah mencair. Suasana kembali hangat.Ini adalah pertama kalinya Alana melihat Riko si rubah cilik ini malu-malu, dia pun menggodanya."Ohh, ternyata ada yang pernah dipukul pantatnya ...."Riko melirik sinis. "Nggak!"Riko yang seperti ini baru terlihat seperti anak-anak.Reina menatap putranya yang masih berusaha menjelaskan pada Alana. Kemarahan yang awalnya timbul di hati Reina karena ulah Riko pun lenyap.Riko dan Riki adalah harta tak ternilai yang Tuhan anugerahkan padanya. Kedua anak ini tidak mungkin membuatnya marah.Lagi pula, di sepanjang perjalanan ke sini tadi, Reina sudah mempertimbangkan masak-masak.Mungkin dia bisa terus menghindari Maxime, tapi apa kedua anaknya juga harus menghindar?Jelas-jelas mereka tidak melakukan kesalahan a
Riko merasa kesuciannya sedang dipertaruhkan di sini.Setelah selesai mandi, Riko buru-buru berlari ke kamar untuk istirahat....Saat ini, di kediaman Keluarga Debrista.Maxime menerima kabar dari orang suruhannya bahwa Reina sudah pulang ke vila setelah acara makan tadi.Ketidakfokusan Maxime di acara makan malam ini tertangkap oleh ibunya dan Marshanda."Marsha, kamu 'kan jarang-jarang main ke sini, malam ini tidur di sini saja. Besok Om juga sudah pulang, dia bilang mau bertemu denganmu," ujar Joanna.Ayah Maxime adalah pria paruh baya yang masih suka 'main', dia punya banyak simpanan dan jarang pulang ke rumah.Marshanda mengangguk malu-malu."Oke."Maxime tidak peduli dengan percakapan di antara kedua wanita itu. Dia hanya makan sedikit, lalu hendak pergi meninggalkan ruang makan."Max, kamu mau pergi kemana?" Joanna bertanya bingung."Pulang."Joanna tertegun, dia mengerti yang dimaksud Maxime adalah pulang ke Vila Magenta.Itu 'kan tempat dimana dia dan Reina tinggal setelah me
"CEO Grup Rajawali, pewaris termuda dan paling menjanjikan di Keluarga Debrista ...."Riko langsung mencari informasi tentang Grup Rajawali yang bertempat di gedung kantor pusat Grup Sunandar. Lalu, Riko diam-diam mencatat lokasinya.Tidak berapa lama, muncul berita hangat lainnya."Marshanda pulang bersama CEO Grup Rajawali dan menemui kedua orang tuanya. Sepertinya mereka akan segera menikah."Wajah mungil Riko seketika menjadi suram.Dia langsung mencari informasi tentang Marshanda.Dari sebuah situs ilegal, Riko menemukan banyak informasi terselubung tentang Marshanda yang semuanya memberitakan hal buruk.Riko mengernyit, ayahnya benar-benar bajingan! Bisa-bisanya dia menyukai wanita seperti ini.Benar-benar memalukan!Riko awalnya berniat mempublikasikan berita buruk ini, tetapi setelah dipikir-pikir, dia merasa tindakan ini terlalu murahan untuk ayahnya yang bajingan.Wanita seperti ini harus dibiarkan supaya ayahnya yang bajingan itu menyesali kesalahannya....Keesokan harinya.
Tiba-tiba, Tuan Besar Jacob meneleponnya, "Anak nakal! Kamu mau tua sebatang kara?""Berani sekali kamu melepaskan kencan butamu?"Kakeknya sangat marah.Jovan menjawab tidak berdaya, "Kakek, aku lagi sibuk.""Sibuk? Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu lakukan dengan teman-teman nggak bergunamu di luar sana?" Tuan Besar Jacob jelas kehilangan kesabarannya, "Pulang sekarang juga! Kalau nggak, aku akan memutus semua aksesmu!"Jovan tidak punya pilihan selain pulang.Di Grup Rajawali.Sesampainya Reina di sana, dia langsung menuju lantai paling atas.Asisten Maxime, Ekki terhenyak saat melihat Reina yang berpakaian rapi namun mempesona dan cantik.Dia masih ingat, dulu Reina tidak suka berdandan dan selalu mengenakan pakaian berwarna gelap setiap hari. Pribadinya sangat tidak mencolok dan sama sekali tidak terlihat seperti wanita kaya.Namun kini, wanita di hadapannya tidak hanya cantik dan mempesona, tetapi juga memancarkan temperamen dan pesona yang agung. Dia merasa telah melihat o
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba