Pada akhirnya, perceraian Reina dan Maxime pun gagal.Sejujurnya bukan hanya Maxime yang terkejut, Ekki juga.Reina yang selama ini selalu lemah lembut hari ini berubah jadi singa betina.Maxime dan Reina masuk ke mobil Maxime dikawal oleh pengawal. Sepanjang jalan, ada saja orang yang diam-diam mengikuti mereka.Entah berita seperti apa yang akan tersebar di dunia maya hari ini.Reina duduk di dalam mobil dengan napas yang menggebu-gebu.Maxime duduk di samping Reina dan kedua tangannya diletakkan di atas lutut dengan patuh."Maaf, dulu aku sudah membuatmu sedih."Setelah sekian lama, akhirnya Maxime bicara.Reina mengatupkan bibirnya rapat-rapat saat mendengar hal ini.Karena tidak bisa melihat Reina atau mendengarnya bicara, hati Maxime terasa seperti ditusuk dengan pisau."Seingatku kamu itu cinta banget sama aku, aku juga ...." Maxime tidak melanjutkan kalimatnya, padahal dalam hati dia ingin bilang 'sangat mencintaimu'.Maxime menyimak semua keluh kesah yang Reina katakan di kant
Maxime tidak mengizinkan orang lain tinggal di vila, jadi Ekki hanya bisa mengikuti instruksinya dan mengutus pengawal untuk berjaga di luar.Joanna tidak punya waktu untuk merawatnya karena persaingan dalam Grup Rajawali sangat ketat sekarang.Sepupu Maxime, Rendy, telah bersatu dengan beberapa pemegang saham senior dan memutuskan untuk mengadakan rapat pemegang saham untuk mencopot Maxime dari posisinya sebagai CEO.Bagaimanapun, Latief sudah sangat tua dan tidak sanggup mengurus perusahaan sebesar itu.Selain itu, Latief tidak mau Grup Sunandar dipimpin oleh orang buta, jadi Joanna diserang dari berbagai pihak.Hari berikutnya.Pada pukul sembilan pagi, muncullah berita hangat lainnya: "Maxime menjadi buta dan istrinya mengajukan cerai, tetapi ditolak."Berita tersebut menceritakan bagaimana seorang raja bisnis itu kini dibuang oleh istrinya dan betapa menyedihkan hidupnya sekarang.Ada juga orang lain yang memposting video pendek dengan judul: "Maxime itu buta, bukan jadi idiot".P
Reina juga melihat berita panas yang berbeda, tapi dia tidak peduli. Yang lebih penting baginya adalah sekarang dia bisa menjalani kehidupan yang baik.Karena tidak bisa bercerai sekarang dan Maxime amnesia, Reina memutuskan untuk pergi ke luar negeri dan tinggal bersama Lyann dan kedua anaknya untuk sementara waktu.Sehari sebelum keberangkatan, Reina mendapat telepon dari Revin."Reina, Bu Lyann ada di rumah sakit." Suara Revin terdengar sangat berat.Hati Reina tiba-tiba menegang, "Apa yang terjadi?""Biasa, penyakit orang tua, kondisi paru-parunya juga nggak bagus ...." Revin terdiam sejenak lalu berkata, "Dokter bilang Bu Lyann bisa bertahan paling lama sampai tahun baru ...."Tahun baru? Artinya hanya tinggal dua bulan lagi?Reina limbung dan hampir jatuh lunglai ke lantai."Aku ke sana sekarang."Revin menyelanya, "Reina, sepertinya Bu Lyann mau kembali ke kampung halamannya."Saat orang tua sudah mulai menua dan berada di ambang kematian, meski di mulut mereka tidak bilang rind
Maxime menepati janjinya. Sejak keduanya meninggalkan kantor sipil, dia tidak pernah mencari Reina lagi.Dia tidak pernah menyebut nama Reina pada siapa pun di sekitarnya.Malam itu Vila Magenta gelap gulita karena tidak ada lampu yang dinyalakan."Prang!"Terdengar suara kaca pecah di dalam rumah.Pengawal hendak segera masuk, "Pak Maxime, Anda baik-baik saja?""Pergi!"Maxime berseru dengan dingin.Pengawal itu langsung mundur.Maxime berdiri di ruang makan, tangannya tergores pecahan kaca dan mengeluarkan banyak darah.Seolah tidak mengetahui rasa sakitnya, dia meraba-raba dan membuka keran dan membasuh tangannya yang terluka dengan air dingin.Dalam beberapa hari terakhir, dia tidak hanya memecahkan barang tapi juga terjatuh beberapa kali.Namun untungnya sekarang dia sudah ingat tata letak rumahnya, jadi dia bisa meminimalisir kesalahan.Baru setelah darahnya berhenti mengalir, Maxime mematikan keran dan meninggalkan dapur.Dia berjalan seorang diri ke ruang tamu.Dalam sisa ingat
Setelah amnesia dan menjadi buta, Maxime jadi makin mudah tersinggung. Dia tidak pernah bersikap baik pada siapa pun kecuali Reina.Joanna merasa sangat cemas saat memikirkan sikap Maxime terhadapnya barusan.Dia bertanya pada Ekki, "Menurutmu, kita harus apa supaya dia bisa lebih terbuka sama orang lain?"Ekki terdiam, dia juga tidak tahu jawabannya."Selama ini Bos cuma berkenalan dengan dua wanita, Marshanda dan Reina."Maxime selalu mengutamakan kariernya dan sama sekali tidak peduli dengan romansa.Kalau Ekki tidak menyebut nama Marshanda, Joanna pasti sudah lupa."Ngomong-ngomong, di mana Marshanda sekarang?"Ekki tercekat dan menjawab, "Rumah sakit jiwa."....Di sebuah rumah sakit jiwa di Kota Simaliki.Di kantor direktur rumah sakit.Marshanda mengenakan seragam rumah sakit, rambutnya acak-acakan dan matanya kusam.Ketika melihat Joanna mendatanginya, sedikit ketakutan muncul di matanya.Marshanda pikir Joanna datang menginterogasinya, jadi dia langsung pura-pura jadi orang gi
Mantan pacar?Maxime mengernyit.Marshanda berjalan ke arahnya selangkah demi selangkah, "Kak Max, aku sudah lihat beritanya, aku tahu Reina akan menceraikanmu.""Dia memang egois sejak kecil, Kak Max jangan sedih ya."Maxime mau langsung mengusirnya, tetapi ketika mendengar wanita ini menyebut nama Reina, dia pun bertanya."Kamu kenal dia?""Ya, kami satu sekolah dari SD sampai kuliah. Waktu masih kecil aku sering ke rumahnya."Marshanda tidak memberitahu Maxime kalau dia mendapat sponsor dari Keluarga Andara.Marshanda menghampiri Maxime dan mengamatinya dengan saksama. Di wajah tampan Maxime masih ada bekas goresan kaca mobil.Marshanda mengulurkan tangannya dan hendak menyentuh wajah Maxime.Maxime sepertinya sadar dan menghindar.Tangan Marshanda pun tergantung di udara, dia berkata "Kak Max, izinin aku jagain kamu ya?""Aku berbeda dari Reina. Nggak peduli apa pun yang terjadi pada Kak Max, aku nggak pernah membencimu."Marshanda sangat menyukai Maxime dan dia juga menyukai kekay
Joanna tahu Morgan pasti nurut padanya.Joanna duduk di dalam mobil, menatap Maxime yang berada di lantai atas dan bertanya pada Yansen, "Pak Yansen, apa dulu kamu yang membantu Max di pengadilan?"Karena Maxime menolak untuk mendengarkan rencana Joanna untuk menikah dengan gadis lain dan juga tidak mau menerima Marshanda.Joanna khawatir cepat atau lambat pasti akan terjadi masalah kalau Maxime tinggal sendirian di Vila Magenta.Jadi dia menemui Yansen yang membantu Maxime di pengadilan kemarin dan berkonsultasi dengannya."Ya," jawab Yansen."Aku mau tanya, dalam situasi Max saat ini apa menantu perempuanku, Reina, punya kewajiban dan tanggung jawab untuk menjaganya?" sindir Joanna.Yansen yang pintar langsung mengerti maksud tersirat dalam perkataan Joanna."Tentu saja." Setelah jeda sesaat, dia melanjutkan, "Kalau Nyonya mau, aku bisa membantu Pak Max membuat tuntutan perjanjian dan meminta Reina mengurusnya."Joanna tersenyum, "Bagus. Aku mau Reina terima surat itu hari ini juga,
Yansen menoleh dan mendapati Ekki turun mobil diikuti oleh pengawal dan beberapa pelayan.Yansen pun tidak berkata lebih banyak dan pergi.Lyann keluar rumah tergopoh-gopoh setelah mendengar keributan di luar. Dia langsung bertanya dengan panik saat melihat rombongan Ekki, "Siapa mereka?"Reina takut Lyann masuk angin kalau di luar."Bu Lyann masuk aja. Nanti aku jelaskan ya.""Oke." Lyann mengangguk dan kembali ke kamarnya.Reina menutup pintu dan berjalan menghampiri rombongan Ekki.Ekki juga berjalan mendekat. Dia khawatir saat melihat betapa bobroknya tempat tinggal Reina sekarang.Pak Maxime sudah dimanja sejak kecil, gimana dia bisa terbiasa tinggal di sini?Reina menghampiri mereka dan tidak melihat Maxime. Jadi, dia bertanya pada Ekki, "Pak Ekki, kalian ngapain?""Nyonya Joanna memintaku membawa semua pakaian dan perlengkapan Pak Maxime," jawab Ekki.Tampaknya Yansen benar. Joanna benar-benar siap membiarkan dia menjaga Maxime.Reina memasang tampang dingin, "Mana Maxime?""Pak
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim