Saat ini, Maxime tidak memedulikan apa pun.Reina gemetaran, "Dasar bajingan!"Maxime tersenyum, "Aku bajingan? Kamu 'kan yang cinta aku pria bajingan ini?"Reina mencium bau alkohol yang kuat dari tubuh Maxime. Dia pasti sudah mabuk makanya bertingkah gila dan bicara omong kosong seperti ini."Aku nggak mau ngomong sama pemabuk, lepas.""Nggak!" Maxime memeluknya, bersandar dekat telinga Reina dan bertanya, "Kalau aku lepasin, kamu bakal kawin lari sama Revin, 'kan? Hah?"Reina berusaha lepas dari cengkeraman Revin.Maxime menolak.Maxime melanjutkan, "Kenapa kamu khianatin aku? Bukannya kamu yang bilang bakal cinta sama aku selamanya? Kok kamu ingkar janji?""Kamu tahu nggak apa yang aku rasain waktu lihat anak itu? Aku kira itu anakku tahu!"Maxime yang mabuk mengungkapkan semua isi hatinya."Tapi bocah itu malah jawab ayahnya itu Revin! Kamu baru keguguran anak kita, terus langsung hamil anak Revin?""Sadar nggak kalau kamu itu kejam!"Reina merapatkan bibirnya erat-erat dan tidak
Siang keesokan harinya.Maxime terbangun dengan sakit kepala yang hebat. Dia melirik ke sekeliling, tapi Reina tidak ada di sana.Maxime langsung menyingkap selimutnya dan keluar kamar.Di lantai bawah, Reina sedang merevisi karya musik yang baru dia tulis. Reina menoleh ke lantai atas dan melihat tubuh bagian atas Maxime yang berotot, pria itu masih memakai celana jas yang sekarang terlihat kusut dan wajahnya masih terlihat mengantuk.Sosok Maxime makin tidak seperti bayangan Reina.Dulu, jangankan dada Maxime, bahkan Reina belum pernah melihat lengannya.Sekarang pria ini begitu mengekspos diri.Reina membuang muka.Saat Maxime melihat Reina masih ada di vila, dia langsung kembali ke kamar untuk mandi dan ganti baju.Mabuk karena minum anggur dan kena muntahan Reina semalam, membuatnya merasa tidak nyaman.Setengah jam kemudian.Maxime baru keluar dari kamar mandi dan langsung mengambil ponselnya. Dia baru sadar ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Ekki.Maxime menelepon balik,
Alana merasa ada yang tidak beres dan langsung menghubungi Riko di sekolah."Halo, Bu Guru. Apa aku boleh bicara dengan Riko?""Oh mamanya Riko ya? Ini Riko baru aja dijemput papanya pulang," jawab guru itu.Papa?Maxime?Cih! Maxime 'kan tidak tahu kalau Riko anaknya!Lha? Jangan-jangan ....Alana tercekat!"Halo? Mama Riko?""Kok Bu Guru bisa-bisanya membiarkan anakku dijemput orang lain? Kalau sampai itu orang jahat gimana? Siapa yang jemput Riko? Mukanya kayak gimana?" Alana yang marah langsung mencecar si guru.Kalau Riko hilang, bagaimana Alana menjelaskan pada Reina.Guru di sekolah ini sungguh tidak bertanggung jawab.Alana tahu betapa Reina sangat menyayangi kedua anaknya dan takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka.Sekarang, Alana bahkan tidak tahu ke mana Riko dibawa pergi. Siapa yang membawa pergi pun tidak tahu!Alana tidak lagi peduli pada barang-barangnya yang berserakan di luar pintu kantor. Dia langsung mencegat taksi dan bergegas ke sekolah Riko.Sesampainya
Riko tidak melawan sama sekali.Dia mencibir, "Om, kalau Om memang Papaku, memangnya Om nggak malu?"Jovan berhenti."Kenapa?""Mama yang membesarkanku sendirian aja nggak pernah pukul aku. Tapi Om baru ketemu sudah main tangan. Om nggak malu?" Riko menatap Jovan dengan serius.Jovan tertegun saat menatap mata Riko yang indah.Riko merasa sangat tidak nyaman digendong seperti ini, tapi dia masih berkata dengan tenang, "Kukira Papa aku itu orang yang ...." Setelah jeda sesaat, dia teringat apa yang dikatakan Tommy tentang ayahnya, dia melanjutkan, "Manusia super yang menyelamatkan dunia.""Dia akan datang menolongku waktu aku diganggu.""Nggak kusangka ternyata orang yang menindasku ternyata manusia super yang aku impikan."Superman yang menyelamatkan dunia?Semua kemarahan di hati Jovan lenyap seketika.Namun, mengingat sikap Riko di awal pertemuan, Jovan tetap mengangkat Riko sampai masuk ke kamar anak-anak."Aku nggak jadi mukul kamu bukan karena nggak berani. Ini hari pertama kita s
Di Vila Magenta.Karena kejadian kemarin, Maxime masih marah dan keduanya berada dalam perang dingin.Dulu, Reina paling takut kalau Maxime mengabaikannya, tapi sekarang dia berharap Maxime mengabaikannya.Seharian ini Reina sibuk menggubah lagu, setelah itu dia langsung mengirimkan karyanya ke perusahaan di luar negeri.Reina juga mendapat kabar baik, yaitu ada bos tanpa nama yang menginvestasikan belasan triliun di perusahaannya.Bos ini bilang bisa terus memperpanjang investasi karena kagum akan karya Reina.Royalti hak cipta yang begitu tinggi adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh Reina sebelumnya.Tentu saja, Reina tidak tahu kalau di saat bersamaan rekening pribadi Maxime kehilangan uang belasan triliun.Tiba-tiba ponsel Reina berdering dan begitu mendapati Alana yang meneleponnya, Reina spontan menengok ke lantai atas.Maxime masih bekerja di ruang kerja dan tidak pernah turun kecuali untuk makan. Pria itu juga selalu memasang wajah dingin.Jadi, Reina keluar untuk
Jovan terdiam.Sebelum Jovan bisa menjawab, dia melihat Riko mendatanginya dan memberinya selembar kertas yang bertulis."Kalau kamu mau merawatku, tiap hari harus kasih uang jajan 200 miliar!"Jovan mencibir.Riko bukan anak kandungnya, tapi minta uang jajan?200 miliar pula. Mana mungkin bocah seperti ini pernah lihat seberapa banyak uang 200 miliar?Jovan menjawab Reina."Aku akan periksa. Kalau dia memang bukan anakku, pasti akan kukembalikan ke Alana dan minta maaf."Setelah menutup telepon, Jovan menatap Riko, "Dasar rakus!""Memang kamu bisa habisin uang 200 miliar dalam sehari?""Om ... nggak punya duit ya?"Jovan mengernyit, mana mungkin dia nggak punya yang 200 miliar?"Kamu harus panggil aku apa, kalau aku kasih kamu?"Riko mencibir, "Nggak tahu deh. Aku nggak mau janji kalau nggak ada bukti.""Aku lapar. Kalau Om nggak kasih aku makan, aku laporin ke pak hakim di pengadilan dan bilang kalau papaku nggak kasih makan."Jovan mendengus kesal.Jovan menatap bibi pengasuh yang b
Maxime tidak hanya menyelidiki kediaman pribadi Alana, dia juga menyelidiki sebagian besar rumah di Jalan Gandaria.Untung saat ini Riko ada di tempat Jovan. Gawat kalau dia masih berada di vila Alana karena semua pelayan dibawa pergi untuk diinterogasi satu per satu.Maxime menatap Reina dengan dalam dan bertanya, "Masih ada berapa hari lagi?"Reina tertegun sejenak, tapi langsung paham maksudnya."10."Tepatnya, tidak termasuk hari ini hanya tersisa tiga hari sampai Reina melaksanakan aksinya."Aku sudah pesan penerbangan ke Negara Tamiya, kita berangkat malam ini," kata Maxime.Reina sangat terkejut, "Sekarang? Lalu kapan kita pulang?"Reina pikir Maxime sudah menyerah untuk menjadi pasangan sungguhan."Lusa."Maxime pernah membaca impian perjalanan yang dulu ditulis Reina. Dalam rencananya, Reina ingin pergi ke Negara Tamiya untuk melihat pemandangan malam yang indah, lalu keesokan harinya pergi ke tempat-tempat yang ditulis oleh kartunis favoritnya."Oke."Pulang lusa? Pas sekali.
Ekspresi Maxime sedikit berubah, "Nggak, terserah kamu mau ambil atau nggak."Maxime mengabaikan hadiah itu dan langsung pergi ke kamar mandi.Tubuhnya mulai terasa gatal, dia kembali minum obat anti alergi dan mandi.Reina sendirian di luar dan melihat lebih dekat, setidaknya ada ratusan kotak hadiah di sini.Setelah menikah dengan Maxime, diam-diam Reina menggunakan sebagian besar harta pribadinya untuk menopang perusahaan Maxime, jadi Reina berhemat membelanjakan uangnya.Reina membuat catatan barang yang dia suka dan mencatat harganya.Sekarang kalau dipikir-pikir, Reina merasa sungguh bodoh karena sudah begitu mencintai Maxime.Maxime itu hanya tinggal tunjuk saja untuk membeli semua ini. Sedangkan Reina sampai harus berhemat hanya untuk berjaga-jaga, takut terjadi sesuatu pada bisnis Maxime.Maxime mandi cukup lama dan waktu keluar, mata Reina membelalak kaget.Wajah dan tubuh pria itu penuh dengan bentol-bentol merah!"Maxime, kamu kenapa?"Maxime agak sesak napas."Nggak apa-ap
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba