Namun, Aarav tidak mau mengakuinya. "Ada apa memangnya? Mengambil uang apa? Kenapa aku nggak tahu apa-apa?"Daniel juga bingung, jadi menoleh ke arah Maxime dan Reina."Max, kamu bicara apa?"Alis Maxime sedikit terangkat, lalu dia berkata, "Bukan apa-apa, tapi kemarin, Kak Melisha datang dan ngobrol empat mata sama Nana terkait tanah makam keluarga. Dia ingin kami mengembalikan uang itu kepadamu.""Ah? Dia melakukan itu?" Aarav berpura-pura terkejut. "Kenapa aku nggak tahu? Pasti ada salah paham di sini.""Ya, aku pikir itu juga salah paham, jadi aku tidak mengiakan." Maxime mengikuti kata-katanya dan melanjutkan, "Lagi pula, Om pernah bilang kalau saudara sedarah pun harus menghitung semuanya dengan jelas. Bukankah begitu? Apalagi perjanjian pengalihan sudah ditandatangani, jadi nggak bisa mundur. Kalau nggak, itu bukan kesepakatan."Maxime berbicara dengan tenang dan santai, tetapi membuat seseorang sangat marah.Apa lagi yang bisa dikatakan Aarav? Ini adalah kata-kata yang pernah d
Setelah Maxime dan yang lainnya pergi, Aarav memanggil Melisha."Bagaimana urusannya?"Dia langsung bertanya tanpa basa-basi.Melisha bingung. "Ayah, ada apa?""Kamu berani tanya padaku ada apa. Apa yang sudah kamu bilang sama Reina? Apa kamu bilang kalau aku yang nyuruh kamu minta mereka balikin uangnya?"Aarav sekarang marah dan merasa terhina.Dia, sebagai seorang yang lebih tua meminta menantunya meminta uang kepada keponakannya. Jika Maxime menyebarkan berita ini, dia tidak akan bisa berbaur lagi di dunia bisnis dan akan ditertawakan oleh orang lain.Melisha mengerutkan kening saat mendengar umpatan Aarav.Dia memaksa menahan amarah di dalam hatinya dan menjelaskan dengan suara pelan, "Ayah, sepertinya Ayah salah paham. Mana mungkin aku melakukan hal sebodoh itu?"Melisha kembali menjelaskan, "Aku melakukan semua yang Ayah minta. Aku menyalahkan mereka, lalu meminta mereka mengembalikan uangnya. Tapi, aku nggak menyangka perkataan Reina sangat tajam. Bukan cuma menolak, dia juga m
Asisten itu menatap Melisha dengan ragu-ragu."Kenapa? Apa perkataanku nggak cukup jelas, atau kamu nggak mau mendengarkanku?"Wajah Melisha berubah dingin.Asisten itu menggelengkan kepalanya. "Saya akan pergi sekarang."Begitu dia pergi, Melisha duduk dan membuka komputer.Dia memeriksa fail di dalam komputer. Ketika menemukan fail yang berguna, dia menyalinnya terlebih dahulu.Setelah melakukan semuanya, dia segera menghapus catatan tersebut.Melisha melihat semua isi di dalam komputer, kemudian mulai melihat berbagai dokumen perusahaan.Dia tidak sabar untuk keluar dari sangkar Keluarga Sunandar. Selama dia bisa mengendalikan semuanya, dia tidak harus tinggal dengan pecundang seperti Rendy lagi.Asisten Aarav tetap berada di luar dan tidak bisa melihat apa yang dia lakukan. Dia sedikit khawatir dan memutuskan memberi tahu Aarav tentang apa yang terjadi di sini.Aarav yang mendengar itu juga merasa ada yang tidak beres."Awasi dia terus dan katakan padaku kalau terjadi sesuatu."Kat
Rani ingin membantah perkataannya."Itu sepertinya nggak mungkin. Saya sangat mengenal karakter Riko, dia selalu membantu teman sekelasnya. Jangankan memukul anak lain, saya bahkan nggak pernah melihatnya berkelahi dengan anak lain."Mata Melisha menjadi dingin saat mendengar pembelaan guru terhadap Riko. "Bu, bukannya tadi Ibu bilang akan menangani masalah ini tanpa memihak? Kenapa sekarang Ibu memihak Riko, yang jelas-jelas sudah memukul Tommy?"Wajah Rani sedikit kaku.Itu bukan pilih kasih, tetapi dia benar-benar tidak mengerti mengapa Riko memukul Tommy."Ibu Tommy, Ibu mengatakan itu, apa Ibu punya bukti? Kalau nggak ada bukti, jangan menuduh anak kecil sembarangan."Melisha tahu dia akan mengatakan hal itu, jadi dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan video yang ada di dalamnya.Rani melihat video di depannya dan ekspresinya langsung berubah menjadi serius."Saya nggak nyangka Riko benar-benar menggertak Tommy.""Karena Ibu sudah melihat semuanya, apa Ibu sudah memik
Di tengah-tengah video, Riko melayangkan sebuah tendangan ke arah pantat Tommy.Tommy langsung terjatuh ke lantai."Sudah lihat? Nana, anakmu kejam sekali. Dia masih kecil, tapi berani menendang sepupunya sekeras itu. Kamu nggak ingin mengatakan sesuatu?""Oh ya." Melisha seakan teringat akan sesuatu, jadi menambahkan, "Menurut apa yang dikatakan Tommy, Riko juga mengancam Tommy, nggak bolehin Tommy ngasih tahu kita kalau dia diganggu."Mendengar penuturan Melisha, ditambah bukti video yang terlihat sangat jelas itu, Reina tidak bisa membantah."Aku minta maaf kepadamu dan Tommy. Maaf."Setelah mengatakan itu, dia menambahkan, "Bu, bagaimana kalau Ibu panggil Riko dan Tommy ke sini? Biar Riko minta maaf secara langsung sama Tommy."Melisha yang mendengar itu sangat terkejut.Dia mengira Reina tidak akan meminta maaf, tetapi dia tidak menyangka Reina akan melakukannya tanpa harus dia mengatakannya terlebih dahulu.Tidak butuh waktu lama, Rani pun memanggil keduanya.Riko sempat melihat
"Kamu nggak pantas jadi anakku."Melisha pergi dengan gusar, meninggalkannya.Tommy berdiri diam, menundukkan kepalanya tidak percaya.Melihatnya seperti itu, Rani mencoba menghiburnya, "Jangan masukkan apa yang ibumu katakan ke dalam hati. Ada setiap waktu di mana wanita memang tidak bisa merasa bahagia."Tommy mengangguk. "Ya, saya mengerti."Dia sudah terbiasa direndahkan oleh mamanya.Setelah bertahun-tahun, dia menyadari bahwa mama sudah merendahkan dia dan ayahnya.Mata Tommy memerah saat dia melihat ke arah pintu, ke arah Melisha pergi. Dia terlihat hampir meneteskan air mata.Riko yang menyaksikan adegan itu menjadi sedikit tidak tega."Maafkan aku."Dia berjalan mendekat. "Seharusnya aku nggak nendang kamu."Kali ini dia bersungguh-sungguh.Jika dipikir-pikir, sebenarnya hati manusia itu baik. Tommy juga tidak seburuk itu.Tommy tidak bisa menahan air matanya lagi saat dia melihat Riko meminta maaf dengan serius kepadanya."Riko, bisakah kita tetap berteman?"Mendengar itu, Ri
Reina dan Maxime meninggalkan sekolah sambil bergandengan tangan, saling berbicara dan tertawa.Mereka tidak menyadari bahwa di kejauhan, Melisha belum pergi dan mengawasi mereka berdua dari jauh.Melisha sangat cemburu.Kenapa Reina bisa menikah dengan Maxime, sementara dia harus menghabiskan hidupnya dengan pria seperti Rendy."Kenapa?"Barusan, dia berkata kepada Maxime mengenai sesuatu yang buruk tentang Reina.Dia mengatakan bahwa Reina menjalin hubungan dengan beberapa pria dan juga dengan suaminya sendiri.Namun, Maxime berkata kepadanya dengan suara dingin, "Aku akan berpura-pura nggak dengar apa yang terjadi hari ini. Kalau sampai terjadi lagi, aku bakal bikin kamu menghilang dari dunia ini."Melisha bergidik saat mendengar kata-kata Maxime.Tubuhnya sedikit bergetar.Apa yang harus dia lakukan?Apakah dia benar-benar akan diam saja saat diperlakukan seperti ini?Melisha pasrah.Dia membuka video yang ada di dalam ponsel dan langsung mengunggahnya ke media sosial.Setelah vide
Mendengar perkataan Riki, para penggemar dengan berbaik hati membagikan video tersebut kepada Riki.Saat Riki melihat video itu, dia langsung tertegun.Bukankah itu terjadi saat kakaknya membela Alfian dan memberi pelajaran kepada Tommy?Bagaimana itu bisa muncul dalam video?"Pasti ada salah paham, kalian nggak boleh percaya. Seperti kata pepatah, apa yang terlihat belum tentu fakta."Setelah Riki mengatakan ini kepada para penggemarnya, dia langsung pergi menemui Riko di kamarnya.Sesampainya di dalam kamar Riko.Mulutnya yang kecil terbuka sedikit. Sebelum dia mengatakan apa pun, Riko berkata, "Hentikan, aku sudah tahu semuanya.""Kak, apa yang terjadi? Kenapa ada video kamu menendang Tommy, sampai diunggah di internet?"Riki menghela napas. "Sekarang banyak orang yang nggak tahu apa-apa ikut-ikutan maki-maki kamu."Dia mengatakannya dengan cemberut."Bukan cuma maki-maki saja, aku juga jadi dibawa-bawa. Bikin kesal saja."Riki menyilangkan tangannya.Riko tidak menjawab, tangannya
Joanna berkata kepada Reina dengan perasaan tidak senang, sambil menguap, "Aku pikir bakal lihat Aarav teriak-teriak. Nggak disangka masalahnya selesai secepat ini."Dia tidak bersimpati pada kedua belah pihak.Lagi pula, Keluarga Madison bukanlah keluarga baik-baik.Reina mengangguk. "Ya, aku nggak menyangka masalah ini diselesaikan dengan mementingkan kepentingan masing-masing."Joanna menepuk bahunya."Ke depannya, kamu harus terbiasa sama situasi seperti ini. Dalam keluarga besar, yang namanya perasaan nggak begitu penting, semuanya tentang kepentingan."Reina memikirkannya dengan bijaksana.Joanna kembali ke kamarnya untuk beristirahat, sementara Reina kembali ke tempatnya dan Maxime.Maxime tidak pergi ke sana hari ini, dia tidak terlalu suka masalah.Saat itu, dia sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel.Reina bingung saat melihat dia masih terjaga. "Kenapa masih belum tidur? Ini sudah malam lho?""Terus kamu? Kenapa jam segini baru balik?" Maxime tidak tenang membiarkan Rein
Aarav paham dengan maksud perkataannya dan mengangguk mengerti."Jangan khawatir, aku tahu."Joanna dan Reina saling memandang, sudut mulutnya terangkat. "Aku pikir ada acara besar, ternyata bukan. Ayo kita pergi."Reina mengangguk.Saat itu, beberapa wajah yang lebih familier masuk dari luar.Reina melihat para pengunjung, yang tidak lain keluarga Melisha."Ibu, orang Keluarga Madison datang," kata Reina.Joanna langsung menghentikan langkah kakinya."Kalau begitu kita tunggu sebentar lagi saja.""Ya." Tentu saja Reina mendengarkan apa yang dikatakan Joanna.Keduanya belum keluar dan sempat melihat orang-orang Keluarga Madison terengah-engah dari luar.Melihat mereka, wajah Aarav berubah serius."Kenapa kalian datang?"Rombongan Keluarga Madison yang berada di barisan paling depan adalah ayah Melisha. "Mau apa lagi, aku datang mau jemput putriku.""Ternyata Keluarga Sunandar berani bersikap sekeras ini kepada putriku." Dipta melihat luka-luka di tubuh Melisha dan mengepalkan tinjunya.
"Tuan, Keluarga Tuan Daniel datang," kata pelayan itu.Mendengar kata-kata itu, keheningan seketika menyelimuti ruangan itu.Kekesalan di bawah mata Aarav makin tidak bisa disembunyikan. "Sial! Mau apa mereka ke sini?"Rendy menyela, "Apa lagi, mereka pasti datang karena mau lihat masalah di keluarga kita."Aarav menatapnya dengan tatapan kosong.Kemudian, dia hendak meminta pembantu untuk keluar dan memberitahu mereka bahwa dia tidak ada di rumah.Tidak disangka Daniel dan yang lainnya datang tanpa dipersilakan masuk.Aarav tidak pernah sebenci ini kepada Daniel.Hal pertama yang Reina lihat setelah masuk adalah Melisha, yang diikat dan berlutut, serta pria simpanannya.Keduanya memiliki memar di tubuh mereka, terlihat jelas bahwa mereka habis dipukuli.Reina kemudian melihat Aarav duduk di ujung meja, di sebelahnya ada Rendy yang ditahan oleh beberapa pengawal."Daniel, kenapa kalian datang ke mari selarut ini? Aku bikin kalian melihat lelucon keluarga kami." Setelah itu, Aarav melir
Daniel mengerutkan kening. "Itu masalah keluarga mereka, ngapain kalian mau ke sana?"Joanna membalas dengan acuh."Bukannya kamu dan kakakmu itu keluarga? Sekarang, sesuatu terjadi di keluarganya, kenapa kamu malah bilang keluarga mereka?"Ketika Daniel mendengar ini, dia tersedak lagi dan benar-benar tidak bisa berkata-kata.Reina merasa sedikit tidak enak hati.Untungnya, Maxime menimpali, "Pergilah kalau kamu mau melihatnya. Kami juga prihatin sama keluarga Om Aarav."Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Jangan sampai Om Aarav bertindak impulsif karena marah."Melisha dan Klinton sudah ditangkap, entah apa yang akan dilakukan Aarav dan Rendy kepada mereka.Mendengar ini, Daniel mengangguk dan mengerti maksud perkataan Maxime."Kamu benar, kita harus pergi ke sana."Dia juga mengkhawatirkan kakaknya....Sisi lain.Rumah Aarav.Baik Melisha dan Klinton berada dalam kondisi yang menyedihkan, berlutut di lantai.Mereka habis dipukuli dan tubuh mereka penuh dengan luka.Aarav duduk
"Bagaimana ini bisa terjadi? Ini pasti palu, ini palsu!" Tommy bergumam sendiri.Dia tidak percaya ibunya akan pergi dengan pria lain.Melisha sangat mencintainya, bagaimana mungkin dia meninggalkannya begitu saja?Melihat ketidakpercayaannya, murid-murid yang lain berkata, "Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama kakek dan ayahmu."Tommy segera menelepon Aarav."Kakek, mereka bilang Mama kabur sama pria lain dan nggak menginginkanku lagi."Mendengar cucunya menanyakan hal ini, Aarav tidak menyembunyikannya darinya."Tommy,, mulai sekarang kamu cuma punya Kakek dan Papa. Nggak usah pedulikan Mama mu. Papa sama Kakek bakal jaga kamu dengan baik."Tommy masih kecil, tetapi dia tidak bodoh.Apa yang tidak bisa dia pahami sekarang? Ternyata ibunya benar-benar tidak menginginkannya lagi.Jelas-jelas kemarin lusa ibunya sudah siap untuk membawanya pergi, kenapa sekarang berubah pikiran?Tommy benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi dan bergegas keluar dari dalam kelas.Namun, dia mem
Klinton memeluk Melisha dari belakang.Melisha menghela napas. "Kita melarikan diri ke sini berdua, tapi anakku sendirian di Kota Simaliki."Kata siapa dia sendirian? Kakek sama ayahnya ada di Kota Simaliki, jadi nggak usah khawatir. " Klinton berusaha menenangkannya.Melisha tidak bisa menahan diri dan meninjunya di dada."Itu bukan anakmu, jadi kamu nggak perlu merasa khawatir."Mendengar ini, Klinton kembali memeluknya."Begini saja, lahirkan anak juga untukku."Dia menggendong Melisha menuju tempat tidur.Melisha memukulnya dengan malu-malu. "Aku nggak akan kasih kamu anak."Kedua orang itu berbicara dan tertawa, tidak sadar bahwa mereka berdua sedang dipantau.Di sisi lain.Di dalam bar.Rendy terus menenggak minuman di tangannya.Teman-teman di sekelilingnya menasihatinya, "Rendy, nggak perlu marah sama wanita model begitu. Kita punya uang, wanita seperti apa yang nggak bisa kita dapatkan?"Mudah memang bicara begitu, tetapi Rendy masih tidak terima.Sejak dipukuli oleh Maxime, d
Melihat ini, Joanna cukup terhibur, lalu dia bertanya, "Kak, ada apa? Kita keluarga, jadi nggak ada yang perlu disembunyikan, 'kan?"Dia mengatakan apa yang Aarav katakan barusan.Sudut mulut Aarav berkedut pelan, memaksa dirinya untuk tenang."Bukan apa-apa, cuma katanya bawahanku belum menemukan Melisha."Dia sebenarnya telah berbohong.Sekretaris yang baru saja datang memberitahunya bahwa banyak hal penting di dalam perusahaan telah dibawa pergi oleh Melisha, kemudian ada beberapa rahasia perusahaan yang bocor.Tentu saja Joanna tidak akan mempercayai perkataannya, tetapi dia tetap berkata, "Kenapa bisa begitu? Apa mau minta Max buat bantu cari?""Nggak perlu. Max sudah sibuk, jadi lebih baik nggak merepotkannya."Aarav langsung minum air setelah mengatakan itu.Wajahnya sedikit menegang saat menatap Joanna, Reina dan Maxime yang terlihat masih belum ingin pergi."Kalian sudah makan belum? Kalau belum, ada restoran yang bagus di luar. Aku akan minta sekretarisku buat membawakan maka
Wajah Joanna membeku, semua kebahagiaan yang dia rasakan lenyap begitu saja."Huh!" Dia mendengus dingin. "Daniel, urus saja urusanmu sendiri, aku akan melakukan apa yang aku inginkan, kenapa kamu ribut?"Dibantah di depan Reina, wajah Daniel terlihat muram."Kenapa sekarang kamu jadi begini?" Dia pergi dengan tangan di belakang punggungnya.Melihat kepergiannya, Joanna berkata kepada Reina, "Nana, ayo pergi, kita temui om mu itu."Reina tentu saja tidak bisa menolak."Ya."Saat masuk ke dalam mobil dan pergi menemui Aarav, dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Maxime.Bukan karena hal lain, tetapi karena pasti akan ada masalah saat mereka sudah sampai di sana nanti.Reina berpikir bahwa dia lebih baik sedikit menjauh.Maxime masih di luar mengurus pekerjaannya. Melihat pesan yang dikirimkan Reina, dia langsung membalasnya tanpa ragu."Ya, aku akan ke sana sekarang."Awalnya Maxime selalu bersama Reina, tetapi hari ini ada kerja sama yang sangat penting yang harus dia
Keesokan harinya.Kediaman Keluarga Sunandar.Teman-teman Joanna datang untuk bermain kartu dengan Joanna. Mereka tidak bisa menahan diri dan mulai bergosip tentang Melisha.Hari ini, Reina kebetulan sedang tidak ada urusan penting, jadi datang membawa anak-anaknya. Dia juga sempat mendengar pembicaraan mereka."Aku nggak percaya kalau Melisha wanita kayak gitu.""Ya, bikin malu Keluarga Madison saja karena punya anak sepertinya.""Joanna, katakan sesuatu. Keluarga kakakmu itu pasti lagi berantakan, ya?"Sudut mulut Joanna terangkat sedikit.Dia mengeluarkan kartunya, lalu menjawab, "Siapa yang tahu? Sekarang, kesibukanku cuma main kartu dan minum teh, nggak terlalu peduli sama apa yang terjadi di luar sana. Kalau kalian nggak bilang, aku malah nggak tahu.""Wah, kita semua harus belajar dari Joanna dan nggak bergosip terus." Ada satu istri kaya yang menyanjung Joanna.Istri yang lain juga mengangguk setuju.Joanna melambaikan tangannya. "Bicara apa kalian ini? Kalian lanjutkan saja pe