Setelah Maxime dan yang lainnya pergi, Aarav memanggil Melisha."Bagaimana urusannya?"Dia langsung bertanya tanpa basa-basi.Melisha bingung. "Ayah, ada apa?""Kamu berani tanya padaku ada apa. Apa yang sudah kamu bilang sama Reina? Apa kamu bilang kalau aku yang nyuruh kamu minta mereka balikin uangnya?"Aarav sekarang marah dan merasa terhina.Dia, sebagai seorang yang lebih tua meminta menantunya meminta uang kepada keponakannya. Jika Maxime menyebarkan berita ini, dia tidak akan bisa berbaur lagi di dunia bisnis dan akan ditertawakan oleh orang lain.Melisha mengerutkan kening saat mendengar umpatan Aarav.Dia memaksa menahan amarah di dalam hatinya dan menjelaskan dengan suara pelan, "Ayah, sepertinya Ayah salah paham. Mana mungkin aku melakukan hal sebodoh itu?"Melisha kembali menjelaskan, "Aku melakukan semua yang Ayah minta. Aku menyalahkan mereka, lalu meminta mereka mengembalikan uangnya. Tapi, aku nggak menyangka perkataan Reina sangat tajam. Bukan cuma menolak, dia juga m
Asisten itu menatap Melisha dengan ragu-ragu."Kenapa? Apa perkataanku nggak cukup jelas, atau kamu nggak mau mendengarkanku?"Wajah Melisha berubah dingin.Asisten itu menggelengkan kepalanya. "Saya akan pergi sekarang."Begitu dia pergi, Melisha duduk dan membuka komputer.Dia memeriksa fail di dalam komputer. Ketika menemukan fail yang berguna, dia menyalinnya terlebih dahulu.Setelah melakukan semuanya, dia segera menghapus catatan tersebut.Melisha melihat semua isi di dalam komputer, kemudian mulai melihat berbagai dokumen perusahaan.Dia tidak sabar untuk keluar dari sangkar Keluarga Sunandar. Selama dia bisa mengendalikan semuanya, dia tidak harus tinggal dengan pecundang seperti Rendy lagi.Asisten Aarav tetap berada di luar dan tidak bisa melihat apa yang dia lakukan. Dia sedikit khawatir dan memutuskan memberi tahu Aarav tentang apa yang terjadi di sini.Aarav yang mendengar itu juga merasa ada yang tidak beres."Awasi dia terus dan katakan padaku kalau terjadi sesuatu."Kat
Rani ingin membantah perkataannya."Itu sepertinya nggak mungkin. Saya sangat mengenal karakter Riko, dia selalu membantu teman sekelasnya. Jangankan memukul anak lain, saya bahkan nggak pernah melihatnya berkelahi dengan anak lain."Mata Melisha menjadi dingin saat mendengar pembelaan guru terhadap Riko. "Bu, bukannya tadi Ibu bilang akan menangani masalah ini tanpa memihak? Kenapa sekarang Ibu memihak Riko, yang jelas-jelas sudah memukul Tommy?"Wajah Rani sedikit kaku.Itu bukan pilih kasih, tetapi dia benar-benar tidak mengerti mengapa Riko memukul Tommy."Ibu Tommy, Ibu mengatakan itu, apa Ibu punya bukti? Kalau nggak ada bukti, jangan menuduh anak kecil sembarangan."Melisha tahu dia akan mengatakan hal itu, jadi dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan video yang ada di dalamnya.Rani melihat video di depannya dan ekspresinya langsung berubah menjadi serius."Saya nggak nyangka Riko benar-benar menggertak Tommy.""Karena Ibu sudah melihat semuanya, apa Ibu sudah memik
Di tengah-tengah video, Riko melayangkan sebuah tendangan ke arah pantat Tommy.Tommy langsung terjatuh ke lantai."Sudah lihat? Nana, anakmu kejam sekali. Dia masih kecil, tapi berani menendang sepupunya sekeras itu. Kamu nggak ingin mengatakan sesuatu?""Oh ya." Melisha seakan teringat akan sesuatu, jadi menambahkan, "Menurut apa yang dikatakan Tommy, Riko juga mengancam Tommy, nggak bolehin Tommy ngasih tahu kita kalau dia diganggu."Mendengar penuturan Melisha, ditambah bukti video yang terlihat sangat jelas itu, Reina tidak bisa membantah."Aku minta maaf kepadamu dan Tommy. Maaf."Setelah mengatakan itu, dia menambahkan, "Bu, bagaimana kalau Ibu panggil Riko dan Tommy ke sini? Biar Riko minta maaf secara langsung sama Tommy."Melisha yang mendengar itu sangat terkejut.Dia mengira Reina tidak akan meminta maaf, tetapi dia tidak menyangka Reina akan melakukannya tanpa harus dia mengatakannya terlebih dahulu.Tidak butuh waktu lama, Rani pun memanggil keduanya.Riko sempat melihat
"Kamu nggak pantas jadi anakku."Melisha pergi dengan gusar, meninggalkannya.Tommy berdiri diam, menundukkan kepalanya tidak percaya.Melihatnya seperti itu, Rani mencoba menghiburnya, "Jangan masukkan apa yang ibumu katakan ke dalam hati. Ada setiap waktu di mana wanita memang tidak bisa merasa bahagia."Tommy mengangguk. "Ya, saya mengerti."Dia sudah terbiasa direndahkan oleh mamanya.Setelah bertahun-tahun, dia menyadari bahwa mama sudah merendahkan dia dan ayahnya.Mata Tommy memerah saat dia melihat ke arah pintu, ke arah Melisha pergi. Dia terlihat hampir meneteskan air mata.Riko yang menyaksikan adegan itu menjadi sedikit tidak tega."Maafkan aku."Dia berjalan mendekat. "Seharusnya aku nggak nendang kamu."Kali ini dia bersungguh-sungguh.Jika dipikir-pikir, sebenarnya hati manusia itu baik. Tommy juga tidak seburuk itu.Tommy tidak bisa menahan air matanya lagi saat dia melihat Riko meminta maaf dengan serius kepadanya."Riko, bisakah kita tetap berteman?"Mendengar itu, Ri
Reina dan Maxime meninggalkan sekolah sambil bergandengan tangan, saling berbicara dan tertawa.Mereka tidak menyadari bahwa di kejauhan, Melisha belum pergi dan mengawasi mereka berdua dari jauh.Melisha sangat cemburu.Kenapa Reina bisa menikah dengan Maxime, sementara dia harus menghabiskan hidupnya dengan pria seperti Rendy."Kenapa?"Barusan, dia berkata kepada Maxime mengenai sesuatu yang buruk tentang Reina.Dia mengatakan bahwa Reina menjalin hubungan dengan beberapa pria dan juga dengan suaminya sendiri.Namun, Maxime berkata kepadanya dengan suara dingin, "Aku akan berpura-pura nggak dengar apa yang terjadi hari ini. Kalau sampai terjadi lagi, aku bakal bikin kamu menghilang dari dunia ini."Melisha bergidik saat mendengar kata-kata Maxime.Tubuhnya sedikit bergetar.Apa yang harus dia lakukan?Apakah dia benar-benar akan diam saja saat diperlakukan seperti ini?Melisha pasrah.Dia membuka video yang ada di dalam ponsel dan langsung mengunggahnya ke media sosial.Setelah vide
Mendengar perkataan Riki, para penggemar dengan berbaik hati membagikan video tersebut kepada Riki.Saat Riki melihat video itu, dia langsung tertegun.Bukankah itu terjadi saat kakaknya membela Alfian dan memberi pelajaran kepada Tommy?Bagaimana itu bisa muncul dalam video?"Pasti ada salah paham, kalian nggak boleh percaya. Seperti kata pepatah, apa yang terlihat belum tentu fakta."Setelah Riki mengatakan ini kepada para penggemarnya, dia langsung pergi menemui Riko di kamarnya.Sesampainya di dalam kamar Riko.Mulutnya yang kecil terbuka sedikit. Sebelum dia mengatakan apa pun, Riko berkata, "Hentikan, aku sudah tahu semuanya.""Kak, apa yang terjadi? Kenapa ada video kamu menendang Tommy, sampai diunggah di internet?"Riki menghela napas. "Sekarang banyak orang yang nggak tahu apa-apa ikut-ikutan maki-maki kamu."Dia mengatakannya dengan cemberut."Bukan cuma maki-maki saja, aku juga jadi dibawa-bawa. Bikin kesal saja."Riki menyilangkan tangannya.Riko tidak menjawab, tangannya
"Mana mungkin aku nggak buru-buru. Riko bakal makin dimaki kalau dibiarkan terus. Bagaimana kalau dia sampai lihat?""Tingkat ketahanan anakku terhadap stres nggak selemah itu. Bukankah itu cuma makian?" Maxime sama sekali tidak khawatir.Namun sebagai seorang ibu, Reina telah mengalami rasa sakit saat mengandung dan melahirkan, sesuatu yang belum pernah dialami Maxime.Jadi, Reina lebih mengkhawatirkan putranya."Gampang sekali kamu bilang begitu."Reina menelepon humas Grup Yinandar dan meminta mereka untuk memastikan bahwa menyelesaikan masalah video yang beredar.Dengan uang, segalanya menjadi lebih mudah. Video pun diturunkan dan tidak muncul dalam peredaran lagi.Namun, internet memiliki jejak digital, menekannya tidak akan menyelesaikan masalah.Selama video itu pernah diunggah, ada jejak yang tidak bisa dihapus.Reina membiarkan humas menangani video itu, sementara dia sendiri pergi ke kamar Riko.Dia mengetuk pintu kamar Riko. "Riko, kamu sudah tidur?"Riko belum tidur, tetapi
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba