Joanna orang yang mudah panik."Katakan, apa yang sebenarnya terjadi?"Dia tidak tahan dengan sikap bertele-tele Daniel.Daniel berkata, "Kesehatan Morgan memburuk lagi. Sekarang, dia nggak mau melanjutkan pengobatan, padahal aku sudah membujuknya dengan segala cara."Mendengar itu, seberkas kekhawatiran muncul di mata Joanna."Apa kondisinya belum stabil? Bagaimana bisa kambuh lagi? Kapan itu terjadi?""Tadi malam, kalau rumah sakit nggak ngabarin, aku pasti nggak akan tahu," jawab Daniel.Selama lebih dari satu tahun ini, kesehatan Morgan memang tidak kunjung membaik. Dia sering bolak-balik ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.Namun, setiap kali dia diperiksa, Joanna-lah yang memaksanya.Jika Joanna tidak memaksanya, Morgan tidak akan mau pergi ke rumah sakit. Dia benar-benar tidak peduli dengan kesehatannya sendiri."Nana, kamu di rumah saja dan jaga anak-anak. Aku mau maksa Morgan ke dokter," kata Joanna kepada Reina.Reina mengangguk mengiakan. "Ya."Joanna bahkan tidak sem
Hujan turun dengan deras di hari ziarah makam.Saat ini, di pintu masuk rumah sakit.Reina yang bertubuh kurus sedang memegang laporan tes kehamilan dari rumah sakit, di kertas itu tertera sebuah kata yang tercetak tebal."Negatif.""Sudah tiga tahun menikah belum hamil juga?""Astaga, bisa-bisanya ada wanita yang begitu nggak berguna seperti kamu. Kalau nggak cepat hamil, kamu pasti akan didepak keluar dari Keluarga Sunandar, lalu bagaimana dengan Keluarga Andara?"Treya Libera yang berpakaian anggun mengentakkan sepatu hak tingginya. Dia menunjuk Reina dan terlihat sangat kecewa.Reina menatap kosong, begitu banyak kalimat yang ingin dia ungkapkan, tetapi pada akhirnya hanya terucap sebuah kata."Maaf.""Aku nggak butuh maaf. Aku mau kamu hamil anak Maxime, ngerti?"Reina tercekat, tidak tahu harus menjawab apa.Reina dan Maxime sudah menikah selama tiga tahun, tetapi Maxime tidak pernah sekalipun menyentuhnya.Mana mungkin dia bisa hamil?Treya kembali melirik Reina yang terlihat le
Semua orang yang ada di ruangan itu menengok ke arah pintu.Sontak, suasana jadi hening.Reina melirik Maxime, tatapan pria itu begitu jernih, jelas dia sama sekali tidak mabuk.Reina sadar dia sudah ditipu Marshanda.Saat Maxime melihat sosok Reina, bola matanya yang gelap pun menegang.Sedangkan Jovan dan yang lainnya yang barusan mendukung Maxime untuk menerima perasaan Marshanda, semua tersenyum canggung.Harusnya Reina tidak datang."Nana, jangan salah paham. Jovan cuma bercanda, sekarang Max dan aku hanya teman biasa."Marshanda-lah yang pertama kali memecah ketenangan.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime yang kehilangan kesabaran sudah berdiri lebih dulu."Nggak perlu menjelaskan apa pun padanya."Setelah itu, Maxime berjalan ke depan muka Reina dan bertanya, "Mau apa ke sini?""Kupikir kamu mabuk, jadi aku datang untuk menjemputmu pulang," jawab Reina jujur.Maxime mencibir, "Sepertinya kamu nggak ingat sepatah kata pun yang kukatakan, ya."Maxime mengecilkan suaranya sehingg
Suara Reina begitu tenang dan ringan.Seolah perceraian ini hanya hal sepele.Pupil mata Maxime menegang."Apa katamu?"Selama pernikahan mereka, seketerlaluan apa pun perlakuan Maxime padanya, Reina tidak pernah menyebut kata 'cerai'.Sebenarnya Maxime paham betul betapa Reina sangat mencintainya.Tatapan Reina yang awalnya kosong saat ini berubah menjadi sangat tajam."Pak Maxime, selama ini aku sudah menjadi penghalangmu.""Kita cerai saja."Maxime meremas tinjunya kuat-kuat."Kamu dengar pembicaraanku barusan, 'kan? Keluarga Andara sudah berada di ujung jurang, apa bedanya menikah denganku atau menikah dengan orang lain?""Apa tujuanmu bercerai? Kamu mau anak atau mau uang? Atau mau mengancamku supaya aku nggak melakukan apa pun pada Keluarga Andara?" Maxime bertanya dengan dingin."Jangan lupa, aku sama sekali nggak mencintaimu, ancamanmu nggak berguna untukku!"Sosok Maxime di mata Reina tiba-tiba menjadi kabur. Reina merasa tenggorokannya tercekat dan telinganya sakit. Bahkan de
Alat bantu dengarnya terselimuti darah ....Pupil mata Reina bergetar, dia buru-buru menyeka telinganya dengan tisu, melepas seprai dan mencucinya.Reina takut akan ketahuan karena Lyann pasti mengkhawatirkan kondisinya. Jadi, dia diam-diam mengemasi semua barangnya lalu membuat alasan asal dan berpamitan pada Lyann.Sebelum pergi, diam-diam Reina meninggalkan sebagian uang tabungannya di meja di samping tempat tidur.Lyann mengantar Reina ke stasiun sambil melambaikan tangan dengan enggan.Lyann sangat mengkhawatirkan Reina yang sangat kurus, jadi dia menghubungi orang dalam Grup Sunandar.Sekretaris Maxime langsung melapor begitu tahu pengasuh Reina yang menelepon.Hari ini adalah hari ketiga sejak kepergian Reina.Ini juga pertama kalinya Maxime menerima telepon yang berhubungan dengan Reina.Maxime sedang duduk di kantornya dan begitu mendapat kabar ini, dia sangat senang. Benar 'kan perkiraannya, wanita itu tidak akan bertahan lebih dari tiga hari.Suara Lyann pun terdengar dari u
Reina membuka berita dan melihat konferensi yang diadakan Grup Sunandar, beritanya Maxime telah berhasil mengakuisisi Grup Andara.Mulai sekarang, Grup Andara sudah punah dari dunia ini .......Kehidupan Maxime akhir-akhir ini sangat menyenangkan.Setelah berhasil mengakuisisi Grup Andara, balas dendam yang sudah ditunggu-tunggu Maxime pun terbalaskan.Jovan tersenyum seraya berkata, "Akhirnya Keluarga Andara kena karma karena sudah menipumu tiga tahun yang lalu."Jovan mengganti topik pembicaraan dan bertanya pada Maxime yang sedang bekerja, "Kak Max, apa si tuli itu datang memohon padamu?"Tangan Maxime yang sedang menandatangani dokumen berhenti bergerak.Entah mengapa belakangan ini selalu saja ada orang yang menyebut nama Reina."Nggak."Maxime menjawab dengan dingin.Jovan tercengang, setelah masalah sebesar ini terjadi di Keluarga Andara, Reina tetap diam?Dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia sudah sadar akan semua perbuatannya?""Katanya ibu dan adiknya sedang mencarinya ke man
Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.Di luar, langit sudah mulai terang.Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya."Plak!"Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"Maxime pun pergi.Adegan semalam terus berputar di benaknya.Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."Ekki bingung.Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?...Di motel, setelah Maxime pergi.Reina mandi dan menggosok
Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime
Joanna orang yang mudah panik."Katakan, apa yang sebenarnya terjadi?"Dia tidak tahan dengan sikap bertele-tele Daniel.Daniel berkata, "Kesehatan Morgan memburuk lagi. Sekarang, dia nggak mau melanjutkan pengobatan, padahal aku sudah membujuknya dengan segala cara."Mendengar itu, seberkas kekhawatiran muncul di mata Joanna."Apa kondisinya belum stabil? Bagaimana bisa kambuh lagi? Kapan itu terjadi?""Tadi malam, kalau rumah sakit nggak ngabarin, aku pasti nggak akan tahu," jawab Daniel.Selama lebih dari satu tahun ini, kesehatan Morgan memang tidak kunjung membaik. Dia sering bolak-balik ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.Namun, setiap kali dia diperiksa, Joanna-lah yang memaksanya.Jika Joanna tidak memaksanya, Morgan tidak akan mau pergi ke rumah sakit. Dia benar-benar tidak peduli dengan kesehatannya sendiri."Nana, kamu di rumah saja dan jaga anak-anak. Aku mau maksa Morgan ke dokter," kata Joanna kepada Reina.Reina mengangguk mengiakan. "Ya."Joanna bahkan tidak sem
Sudah lewat jam empat sore ketika Reina turut bermain kartu. Melihat sudah hampir jam lima, para istri kaya itu berniat untuk pulang.Mereka tidak perlu mencuci tangan dan memasak, tetapi mereka masih harus melayani suami mereka."Besok cari waktu lagi, ya?"Beberapa orang berpisah dengan enggan.Reina mengantar mereka pergi, tiba-tiba berpikir bahwa kehidupan mereka yang santai dan nyaman seperti ini cukup baik, tanpa tekanan.Melakukan perawatan kulit dan bermain kartu setiap hari, hari-hari berlalu begitu saja.Ketika mereka kembali, ibu Hanna belum pergi dan mengeluh kepada Joanna."Tahu nggak, Hanna sekarang kerja di perusahaan kelas tiga. Sepetinya gajinya cuma empat puluh juta satu bulan. Aku nggak tahu bagaimana dia bisa bertahan hidup."Ibu Hanna mengatakan bahwa dia sudah memutuskan hubungan dengan Hanna, tetapi dia selalu bertanya kepada orang-orang tentang Hanna, karena takut akan melewatkan sesuatu."Setiap anak punya keberuntungan mereka sendiri, kamu nggak perlu khawatir
Hanna tidak punya pilihan lain selain mengirimkan resumenya ke perusahaan-perusahaan kecil.Perusahaan kecil biasanya dimiliki oleh perseorangan, yang sebagian besar tidak tahu apa-apa tentang menjalankan perusahaan. Mereka mencemooh gaji di atas dua ratus juga satu bulan yang diminta Hanna.Hanna menyadari bahwa rata-rata perusahaan kecil tempat dia melamar pekerjaan hanya memberikan gaji paling banyak sekitar empat puluh hingga enam puluh juta.Jumlah itu adalah yang tertinggi karena dia menguasai beberapa bahasa dan dapat bertindak sebagai penerjemah luar negeri.Hanna enggan untuk melakukannya, tetapi karena dia tidak punya uang, dia harus menjadi sekretaris di sebuah perusahaan kecil.Ketika Hanna menceritakan ini kepada Adrian, sorot mata Adrian berubah. "Hanna, kamu nggak perlu kerja, aku masih bisa menghidupi mu."Dia tahu bahwa jenis pekerjaan yang didapatkan Hanna adalah pekerjaan yang sangat biasa.Sebagai orang biasa, dia mengerti seberapa banyak kejengkelan dan ketidakadil
Mungkin seperti inilah rasanya jatuh cinta.Hanna menutup telepon setelah berbicara dengan Reina cukup lama, kemudian kembali ke toko untuk membeli pakaian itu.Pegawai toko agak terkejut.Awalnya, ketika pegawai toko melihatnya pergi, dia mengira bahwa harga pakaian itu terlalu mahal, jadi Hanna tidak rela jika harus membelinya.Namun, tidak disangka Hanna kembali dengan cepat dan membeli pakaian itu tanpa ragu.Hanna tidak meminta pegawai toko mengemas pakaian itu, dia hanya memintanya untuk menyetrikanya.Pegawai toko melakukan apa yang dia katakan meskipun dia pikir keinginan Hanna cukup aneh."Hati-hati saat menyetrika pakaian ini." Pegawai toko berkata sambil memberikan pakaian itu.Hanna memperhatikan dengan penuh perhatian, lalu mengangguk mengerti. "Baik, aku mengerti, terima kasih."Setelah semuanya selesai, dia bahkan tidak meminta tas, dengan tidak sabar kembali dengan pakaian di tangan.Di dalam kamar sewaan.Adrian sedang duduk di sofa menunggu Hanna kembali sambil menyib
"Maaf, apa baju ini masih ada?" tanya Hanna sambil mengeluarkan ponselnya, menunjukkan salah satu foto pakaian yang sudah rusak di dalamnya.Pelayan toko memeriksanya dengan cermat untuk waktu yang lama, lalu mengangguk. "Ya, masih ada. Tapi, pakaian ini nggak boleh dicuci, kenapa Nona malah mencucinya?"Mendengar itu, Hanna merasa sedikit bersalah."Aku nggak tahu.""Ini tertulis di dalam pakaiannya, kenapa nggak dibaca dulu?" Pegawai itu menghela napas. "Harga satu pakaian ini lebih dari dua ratus juta.""Lebih dari dua ratus juta?" Hanna menunjukkan ekspresi terkejut.Jika sebelumnya, jumlah ini hanya akan menjadi uang jajan sehari baginya. Namun, sekarang dia hanya memiliki sisa puluhan juta saja.Sebelumnya, Adrian memang memberinya uang, tetapi dia tidak menghabiskan semuanya. Dia meminta Adrian mengambil sebagian besar uang itu untuk memulai sebuah perusahaan.Pelayan toko mengangguk. "Hmm, aku pun sangat menyayangkan. Apa Nona masih ingin membeli satu lagi yang persis seperti i
Adrian tidak marah ketika mendengar ini, hanya berjalan menghampirinya."Hanna, kamu nggak perlu melakukan ini untukku. Kamu hanya perlu tinggal di rumah dan aku masih bisa menghidupi mu."Dia membungkuk dan mengambil kain lap di tangan Hanna. "Sudah, kamu keluar saja, biar aku yang bereskan."Hanna terdiam di tempat, hatinya sangat sedih."Adrian, apa kamu mau mengajariku?"Sejak dulu, Hanna selalu merasa bahwa dia adalah putri idaman, menguasai empat bahasa, mampu berbicara dengan fasih dengan banyak eksekutif, mengetahui banyak pengetahuan di bidang keuangan dan sebagainya. Dia bahkan bisa menari, bermain piano dan beberapa keahlian lain.Namun, kini dia menyadari bahwa dia bahkan tidak bisa melakukan hal-hal yang paling mendasar dalam hidup.Namun, Adrian menggelengkan kepalanya. "Aku nggak bisa mengajarimu pekerjaan semacam ini.""Kenapa?" Hanna tidak mengerti. Dia menggenggam tangan Adrian. "Adrian, kamu nggak perlu merasa bersalah padaku, aku juga ingin mempelajari hal-hal ini.
Hanna baru bereaksi setelah dia selesai berbicara.Dia sedikit tidak enak hati. "Itu, maafkan aku. Aku nggak bisa masak."Ketika berada di luar negeri, dia juga selalu memesan makanan.Ketika tidak ada yang bisa dimakan, dia makan makanan instan.Adrian tersenyum lembut. "Nggak apa-apa. Aku juga nggak minta kamu buat masak. Aku senang karena kamu ingat buat menyiapkan makanan untukku. Tapi, lain kali kamu pesan buat kamu sendiri saja, aku bisa makan di tempat kerja."Dia tidak tega mengatakan pada Hanna bahwa makanan yang dipesannya agak mahal.Bagi Hanna, pesan makanan seharga dua juta itu murah, tetapi bagi kebanyakan orang, itu sudah termasuk mahal.Adrian tidak bisa membiarkan Hanna menderita, tetapi dia sedikit sayang jika harus menghabiskan terlalu banyak uang. Namun, dia tidak keberatan jika harus kelelahan dan tidak bisa makan enak."Mana bisa begitu. Aku makan sendirian juga nggak nafsu makan," kata Hanna.Mendengarnya mengatakan itu, Adrian mengangguk, "Baiklah kalau begitu.
Sisil akan menikah, Reina pun mulai sibuk, dari membantunya memilih gaun pengantin, memilih semua jenis perhiasan, serta mempersiapkan hadiah pernikahannya.Di tempat kerja, dia tidak berani bersantai terlalu lama. Lagi pula, belum lama ini dia baru mengambil alih Grup Yinandar.Satu-satunya alasan dia bisa mempertahankan karyawan veteran dan pemegang saham perusahaan adalah karena genggaman tangan para pemegang saham utama perusahaan yang ditinggalkan ibunya di masa lalu.Dengan itu, para pemegang saham utama perusahaan tidak akan berani melakukan apa pun.Namun, Reina tahu bahwa dia harus memiliki keterampilan yang nyata atau dia tidak akan bisa mengendalikan orang-orang tua itu terlalu lama.Sisil akan menikah dan Hanna menjadi yang paling bersemangat."Sisil, kamu juga mau nikah, selamat. Sayangnya, sekarang cuma aku yang masih lajang."Sisil hanya bisa geleng-geleng kepala. "Hanna, kamu bicara apa, sih? Bukannya kamu sudah sama Adrian?"Hanna sedang bersantai di sofa rumah yang di
Hening sejenak di ujung telepon.Jantung Sisil berdegup kencang dan dia sedikit gugup.Dia takut dengan jawaban Deron nantinya. Apa yang harus dia lakukan jika Deron tidak menginginkan anak ini?Setelah beberapa saat, akhirnya orang di ujung telepon berbicara, "Kenapa tiba-tiba begini?"Jantung Sisil tergagap.Bagian bawah matanya berkaca-kaca, tetapi di detik berikutnya, dia mendengar Deron berkata, "Aku belum menyiapkan apa pun. Kita saja belum nikah, jadi sepertinya rencana pernikahan harus dimajukan."Suasana hati Sisil seperti rollercoaster, tiba-tiba jatuh ke bawah dan tiba-tiba naik ke udara.Hatinya masih tidak percaya."Apa maksudmu?""Ayo kita menikah, lebih cepat lebih baik. Kalau kita nikah saat perutmu sudah besar, pasti kamu nggak nyaman pakai baju pengantin. Kamu juga akan jadi bahan omongan keluargamu," kata Deron.Deron pernah mendengar Sisil mengatakan bahwa keluarga mereka lebih konservatif dan kolot.Mata Sisil sedikit memerah saat mendengarnya berkata seperti itu.