Aarav mengangguk, "Oke, kita harus memanfaatkan kesempatan besar ini."Dia membayar orang untuk terus mempublikasikan berita tentang keburukan Reina di internet, sehingga saham Grup Yinandar akan jatuh lebih cepat.Aarav mengambil kesempatan ini untuk mendapat untung.Saat ini, kakek, nenek dan bibi Reina, Naria, juga melihat berita tersebut.Dia langsung menelepon Reina, "Nana, kenapa nggak hubungi aku kalau ada masalah sebesar ini? Aku bakal suruh orang-orang itu buat tutup mulut sekarang!"Reina buru-buru berkata, "Tante jangan khawatir, aku punya rencana lain.""Rencana lain? Rencana apa?" Naria sedikit cemas."Nanti juga Tante tahu, nanti Tante bantu ya supaya beritanya makin meledak," kata Reina."Nggak masalah."Melihat Reina sangat yakin, Naria pun tidak khawatir.Naria juga memberi tahu kakek dan nenek Reina bahwa Reina akan mengurus masalah ini, jadi mereka tidak perlu khawatir.Di sisi lain, Sisil sudah menyuruh orang menghubungi nenek Diego supaya dia menunggu Reina di ruma
Reina memakai peralatan siaran langsung yang kecil, jadi tidak terlihat.Siaran langsung Reina mulai sejak dia masuk rumah ini.Awalnya netizen penasaran, video apa yang disiarkan di akun resmi Grup Yinandar, namun akhirnya mereka paham setelah melihat nenek Diego.Awalnya mereka memaki Reina yang kurang ajar karena tidak tahu balas budi, tapi pandangan mereka berubah setelah melihat kelakuan nenek Diego yang keterlaluan dan sombong."Kenapa rasanya wanita tua ini bukan orang baik?""Iya, aku setuju. Harusnya nenek menyayangi cucunya, 'kan? Tadi si nenek ini bilang bukan perkara uang, sekarang malah nyuruh Reina transfer satu triliun ke para pamannya.""Ini pemerasan nggak sih? Dia punya anak dan cucu kandung lho. Kenapa malah minta diurus sama cucu yang bahkan bukan cucu kandungnya?"Meski sebagian orang sudah melihat dengan jelas wajah asli nenek Diego, masih ada sebagian orang yang merasa keberatan."Memangnya dia nggak boleh nyari Reina kalau punya anak dan cucu kandung? Gimanapun
Reina tersenyum pahit, "Ya, aku memang perhitungan. Aku mengingatnya karena hampir mati."Reina bicara dengan nada mencela diri sendiri sambil menatap nenek Diego."Ngomong-ngomong, harusnya kamu juga tahu apa yang putrimu lakukan padaku, 'kan? Dia ngambil mas kawinku, terus mau menjualku ke pria tua! Waktu itu, aku sudah menjelaskan padanya kalau aku mati, anggap saja aku sudah mengembalikan nyawaku ke dia dan kami putus hubungan.""Sayang, aku diberkati langit dan nggak mati. Tapi aku sudah merekam pembicaraan kami waktu itu. Nyonya mau dengar?" tanya Reina.Nenek Diego sudah tahu tentang Treya yang mau menjual Reina pada seorang lelaki tua.Nenek Diego terlihat kesal, "Itu semua masa lalu, bukannya sekarang kamu hidup dengan baik?"Artinya, nenek Diego mengakui semua kejadian ini.Akhirnya netizen pun akhirnya melihat wajah asli nenek Diego.Semua orang mulai marah dan mencela nenek Diego."Memang sih katanya pahala membesarkan anak tiri itu lebih besar dari pada melahirkan, tapi me
Netizen diliputi kemarahan dan langsung menyelidiki seluk beluk mengenai putra nenek Diego.Yang satu bergerak dalam perdagangan luar negeri dan yang lainnya bergerak di bidang makanan ringan.Hasil investigasi para netizen menunjukkan ternyata kedua perusahaan tersebut terlilit banyak masalah.Bahkan ada yang menemukan bahwa kedua perusahaan tersebut kini tidak punya modal.Begitu informasi ini terungkap, semua orang tiba-tiba sadar."Pantas saja dia tiba-tiba mendatangi Reina. Ternyata putranya nggak punya uang, makanya dia minta Reina, cucunya buat ngasih dia uang.""Hei, bukan cucunya lho, tapi cucu yang diadopsi. Reina itu nggak punya hubungan apa-apa sama dia.""Kita harus memboikot kedua perusahaan itu!"Putra sulung Diego yang bergerak dalam perdagangan luar negeri tidak terlalu terpengaruh, tapi lain dengan putra bungsu nenek Diego. Netizen langsung bertanya pada layanan pelanggan apa berita yang mereka selidiki itu benar.Barang-barang yang dijual di internet pun diberi penil
Nenek Diego menstabilkan tubuhnya, lalu bertanya dengan ragu, "Nak, maksudmu seluruh dunia tahu?""Ya iya lah. Sekarang semua orang tahu kalau kamu menindas dan memeras Reina buat aku dan kakak. Kakak juga akan jadi sasaran netizen, aku sudah. Semua orang balikin produkku yang mereka beli, Ibu tahu nggak berapa kerugianku?" Putra bungsu Nyonya Liz menghela napas, "Aku sudah nggak punya tambahan modal, Ibu malah membuatku bangkrut lebih cepat!"Nenek Diego menyadari keseriusan masalah ini saat mendengar ucapan putranya."Terus sekarang kita harus gimana?""Ya mau gimana lagi? Sana mohon sama Reina buat mengampunimu dan melepaskan kita.""Minta maaf sama dia? Kamu bercanda? Aku itu lebih tua. Meski aku salah pun, dia nggak bisa marah sama aku!"Nenek Diego masih berpikiran kolot. Dalam konsepnya, selama dia lebih tua, dia tidak akan minta maaf pada yang lebih muda."Kalau gitu Ibu tunggu saja kami mati!"Putra bungsu Nyonya Liz benar-benar kehabisan kata-kata dengan sikap ibunya ini.Per
Meski Nyonya Liz nenek Diego diusir oleh kedua putranya, dia masih punya uang di tangan.Sesampainya di hotel, kedua putranya menelepon dan memarahinya.Nyonya Liz paham betul keseriusan masalah ini, dia menyesal."Sekarang Reina nggak mau ketemu aku, aku harus gimana?""Ya pergi dong ke perusahaannya atau hadang dia di satu tempat. Kalau kamu nggak menyelesaikan masalah ini, kami nggak akan mengakuimu sebagai ibu."Durhaka sekali kedua putra Nyonya Liz.Nyonya Liz disalahkan kedua putranya.Menantu perempuannya bahkan berkata, "Orangtua ini selalu saja bikin masalah, biar saja dia mati di luar!"Sebelum panggilan ditutup, nenek Diego mendengar menantu perempuannya menyumpahinya dan kali ini tidak menjawab.Nyonya Liz berjanji pada putranya dan menutup telepon, dia merasa seolah seluruh kekuatannya telah terkuras habis.Nyonya Liz selalu lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan. Dia sangat baik pada kedua putranya, tapi sangat buruk pada Treya.Tapi Treya, putri yang berba
Saat manajer mengetahui bahwa Diego telah pulang, dia bergegas keluar kantor, mengangkat tangannya dan meninju Diego."Masih berani ya kamu pulang! Mana uangnya?" tanya manajer dengan marah.Diego merasakan sakit di wajahnya dan mundur beberapa langkah, tetapi dia tidak melawan atau menghindar.Dia tidak menjawab manajer, tetapi melihat sekeliling, "Sophia mana?""Masih berani nanya? Kamu tahu nggak, kamu sudah membunuh orangtuanya?" kata manajer itu dengan marah."Membunuh?"Diego membelalak tidak percaya."Apa maksud ekspresimu itu? Kamu mengambil semua uang yang akan dia gunakan untuk menyelamatkan orangtuanya! Kamu sadar nggak sih apa konsekuensinya?"Diego limbung, "Nggak ... Aku ... aku cuma mau melipat gandakan uang itu supaya dia nggak perlu bekerja terlalu keras... Aku ... aku nggak sengaja ...."Dia melangkah mundur selangkah demi selangkah.Di mata manajer, Diego adalah penipu, "Sudah jangan banyak alasan, mendingan sekarang kamu serahkan diri ke polisi."Diego menggeleng, "
Diego meringkuk dan memeluk kakinya. Entah setelah berapa lama, terdengar suara langkah kaki.Diego perlahan mengangkat kepalanya dan melihat Sophia berjalan mengenakan jaket, topi dan syal sambil membawa sayuran.Diego agak terkejut.Dia mengusap matanya dan melihat pemandangan di depannya dengan tidak percaya."Sophia! Apa aku sedang bermimpi?"Saat Sophia mendengar pertanyaan Diego, dia tidak menjawab. Sophia langsung mendatanginya dengan tatapan acuh tak acuh."Ngapain kamu di sini? Masih belum cukup bohongin aku?"Sophia tersenyum pahit, "Aku nggak punya uang, sepeser pun nggak punya."Begitu mendengar suara Sophia, Diego yakin dia tidak sedang bermimpi. Dia langsung meraih tangan Sophia."Sophia, maaf ... Maafkan aku ...."Sophia melepaskan tangan Diego, "Apa gunanya minta maaf?"Tangan Diego yang ditepis Sophia membuat hati Diego terasa tidak nyaman seperti ditusuk jarum.Sekarang tidak ada yang bisa dia lakukan selain meminta maaf.Dengan wajah pucat, dia bertanya, "Paman dan b
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba