Joanna memandangi punggung Alana dan Riko dengan kecewa.Tiba-tiba saat ini, sekretaris di sampingnya menerima kabar dari orang suruhan Joanna yang diminta memata-matai Maxime..Dia melapor, "Orang-orang di sekitar Ekki bilang Maxime membawa pulang seorang anak ke Kota Simaliki dan dia sudah merawatnya kurang lebih setengah bulan."....Sesampainya di rumah, Riko sedang mengingatkan diri sendiri untuk berhati-hati di mana pun dia berada.Riki sudah tertangkap Maxime, jadi dia tidak boleh ikut tertangkap.Di kamar, Riko segera menghubungi Riki menggunakan komputer.Kemarin dia berhasil menerobos sistem jaringan Vila Mata Air dan bisa menghubungi Riki.Maxime hanya merampas jam tangan elektronik Riki, dia tidak tahu kalau Riki punya perangkat komunikasi mini.Malamnya.Riki sedang berbaring di ranjang saat melihat perangkat komunikasi seukuran kancing memancarkan cahaya yang redup, dia buru-buru menempelkan alat itu ke telinganya."Kak.""Gimana kabarmu?" Riko bertanya."Baik, Om Maxime
Di Vila Magenta.Waktu Maxime pulang, semua bunga yang memiliki banyak serbuk sari di taman sudah lenyap.Reina kira hari ini Maxime akan mengajak Marshanda pulang untuk memperlihatkan taman seindah surga yang sudah Maxime buat dalam waktu semalam.Ternyata Maxime pulang sendirian."Sudah makan belum?" Maxime melihat Reina duduk sendirian di ruang tamu sambil menulis sesuatu.Reina mengangguk, "Ya, sudah."Maxime melirik meja makan yang sangat bersih."Kupikir kamu nggak pulang hari ini, jadi aku nggak pesan makanan buat kamu," jawab Reina.Dulu, tidak peduli Maxime pulang atau tidak, Reina akan selalu menyiapkan makanan kesukaannya.Sebenarnya selama ini Reina juga sudah jarang masak.Setelah pergi ke luar negeri dan hamil, Reina lebih fokus bekerja untuk menyusun masa depan dan kehidupan.Tugas memasak dia serahkan pada Bu Lyann.Sekarang, Reina tidak ingin kembali ke masa lalu dengan sibuk memasak.Maxime tidak menunjukkan ekspresi yang berbeda."Aku juga sudah makan." Maxime berboh
Joanna kira Maxime menyembunyikan anaknya karena wanita yang mengandungnya tidak sesuai standar mereka.Maxime tidak berdaya.Kalau anak itu bukan anak Maxime, apa ibunya tetap akan mengakuinya?"Ibu nggak perlu pikirin hal ini."Begitu selesai bicara, Maxime langsung menutup telepon.Maxime jadi tidak bisa tenang dan membuka galeri foto di ponselnya.Di sana, Maxime menyembunyikan tiga buah foto.Yang pertama adalah laporan pemeriksaan kehamilan Reina, yang kedua adalah foto Riki dan yang ketiga adalah tampak belakang seorang gadis ....Maxime membuka foto Riki dan melihatnya dengan cermat.Apa anak ini benar-benar anak Revin?Maxime tidak yakin, tapi dia juga tidak berani melakukan tes DNA.Karena kalau laporan yang keluar membuktikan anak itu bukan anaknya, maka semua harapan Maxime pupus sudah.Jadi daripada kecewa, lebih baik Maxime tidak memeriksanya.Maxime mematikan teleponnya tanpa tahu di sisi lain Joanna sangat bahagia."Apa pun yang terjadi, aku harus tahu di mana anak itu
Reina hanya terdiam saat dipeluk olehnya.Setelah sekian lama, Reina menggeleng, "Nggak."Reina mengatakan yang sebenarnya.Mendengar ini, Maxime pun memeluknya lebih erat, meletakkan telapak tangannya yang besar di wajah Reina dan mengelusnya dengan lembut.Sekarang inilah Maxime baru benar-benar merasakan bahwa Reina masih menjadi miliknya.Reina tahu ini saat yang tepat. Dia menatap Maxime, berjinjit dan mendaratkan bibir merahnya di jakun pria itu, lalu mulai bergerak ke atas perlahan dan mulai mencium Maxime.Semua titik yang dicium Reina terasa seperti terbakar.Dirangsang beberapa kali seperti ini membuat sekuat apa pun Maxime mencoba menahan diri, pertahanannya pun runtuh.Maxime menopang tengkuk Reina dengan satu tangan dan membalas ciumannya.Maxime tidak lagi peduli apa tujuan Reina kembali, yang jelas malam ini Maxime menginginkan Reina seutuhnya!Reina bisa merasa Maxime menyambut ajakannya, saat mereka mengambil napas di tengah ciuman, Reina pun berkata, "Aku agak takut,
Semua baru selesai saat larut malam.Meski Maxime belum bangun, dia memeluk Reina erat-erat.Reina senang melihat sperma Maxime yang ada di dalam botol, ini adalah benda yang susah payah didapatkannya. Reina pun sadar, sekarang sudah waktunya untuk pergi.Dia ingin melepaskan diri dari pelukan Maxime, tapi pria itu memeluknya lebih erat.Karena tidak punya pilihan lain, Reina pun diam-diam menyembunyikannya di kolong kasur dan berencana membawanya pergi setelah Maxime pergi kerja.Menatap Maxime yang sedang tidur nyenyak, Reina merasa bersalah dan berkata dalam hati."Permintaan maafku tadi itu tulus. Aku benar-benar minta maaf ke kamu, tapi bukan karena pura-pura mati dan pergi.""Permintaan maafku tadi untuk apa yang terjadi kali ini ...."Reina bisa hamil karena paksaan Maxime.Jadi, dalam hal ini Reina tidak merasa berutang pada Maxime. Namun kali ini, Reina tahu dia salah karena sudah menyembunyikan alasan yang sebenarnya dari Maxime.Namun, Reina tidak punya jalan lain. Hanya den
Reina menatap Maxime dengan tidak percaya.Maxime tidak marah, dia menatap Reina dan berkata, "Sekarang katakan, sebenarnya kamu mau apa?"Jarak keduanya sangat dekat, Reina pun berbohong di bawah tatapan Maxime yang penuh emosi, "Aku nggak terima, aku mau benar-benar memilikimu sekali aja."Lagi-lagi bohong.Maxime menarik kepala Reina dan membenamkannya dalam pelukannya. Maxime tertawa pelan dan kembali bertanya, "Sekarang sudah, lalu?""Apa kamu akan pergi ninggalin aku lagi?"Reina dipegang erat oleh telapak tangan Maxime yang besar, kekuatan pria itu membuat bahunya terasa mau patah."Aku ...."Sebelum Reina menyelesaikan kata-katanya, Maxime menyela, "Percaya atau nggak, kamu nggak mungkin bisa pergi dari Kota Simaliki tanpa seizinku!"Tubuh Reina sedikit gemetar, dia menjawab, "Aku 'kan sudah janji akan pergi kalau sudah membayar utang. Lagian, Riki 'kan ada ditanganmu.""Dari mana kamu bisa dapat uang sebanyak itu?" tanya Maxime.Meski Maxime sudah tahu Reina adalah seorang kom
Sejak memilih untuk bercerai, Reina tidak pernah berpikir ingin menjadi pasangan suami-istri sungguhan dengan Maxime.Maxime membelai rambut di pelipis Reina, "Panggil aku."Reina membuka bibir merahnya dan berujar dengan lirih, "Max."Awalnya Maxime masih ingin mencium Reina, sayangnya bel pintu rumah mereka berbunyi dan merusak momen indah itu.Orang yang mengantarkan makanan untuk mereka sudah datang.Satu jam kemudian.Setelah selesai mandi, mereka pun makan bersama."Hari ini nggak ada urusan yang perlu kamu urus di kantor?" tanya Reina ragu-ragu.Maxime menyadari sepertinya Reina ingin dia pergi."Ya, aku sudah menyerahkan sebagian besar pekerjaanku pada orang lain."Harusnya memang dari awal begini. Sebagai pimpinan perusahaan tentu banyak urusan yang harus dia kerjakan sehingga harusnya dia bagi-bagi dengan orang lain.Reina pun khawatir, kalau Maxime tidak pergi gimana caranya dia bisa kembali ke kamar dan mengambil botol sperma itu?Maxime menatap gelagat Reina dan berkata, "
Dalam perjalanan menuju Kabupaten Sariang, hujan turun deras.Reina duduk di kursi penumpang dan tidak sengaja menatap wajah tampan Maxime. Reina menarik napas lalu melihat ke luar jendela.Sejujurnya sebelum bisa mendapatkan Maxime, Reina selalu merasa sulit untuk dekat dengan pria ini.Tapi sekarang, dia sudah menyentuh setiap inci tubuh Maxime.Benar juga kata pepatah. Sedingin dan sesulit apa pun seorang pria dijangkau, begitu berhasil menyentuh sedikit saja, hubungan yang terjalin pasti akan berbeda jauh.Maxime sadar Reina menatapnya, jadi Maxime menggandeng tangan Reina."Aku nggak terbiasa kamu diam begini."Reina menatap Maxime dan mendengarnya berkata, "Dulu kamu suka cerita panjang banget."Reina tersenyum pahit."Kamu lupa ya, dulu kamu yang bilang nggak suka dengar aku berisik."Maxime terkejut.Suasana di dalam mobil tiba-tiba menjadi dingin.Reina sadar sepertinya dia sudah merusak suasana dengan jawaban itu, jadi dia sengaja mencari topik untuk membangkitkan suasana."S
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba