"Aku bahkan mutusin hubungan sama ibu kandungku sendiri demi dia, lihat apa yang dia lakukan ke aku! Setelah menemukan putri kandungnya, dia membuangku! Menurutmu ini masuk akal?" Syena bertanya.Liane tidak takut sama sekali. Sebaliknya, dia bertanya sambil mencibir, "Kamu yakin, aku yang membuangmu?""Sudah kujelaskan dengan sangat jelas. Setelah ketemu Nana, kalian masing-masing dapat setengah dari hartaku. Kamu yang serakah dan mau membunuhku juga putri kandungku!""Lagian, kamu mutusin hubungan sama ibu kandungmu 'kan karena mengincar hartaku? Kalau aku nggak punya uang, mana mungkin kamu mutusin hubungan dengannya? Kalau kamu nggak mau pun, memangnya aku bisa maksa kamu?"Syena tidak tahu harus menjawab apa.Dia menjadi benar-benar gila, "Kamu ... kamu ... Diam! Ini salahmu, kenapa harus cari putri kandungmu? Sudah ada aku saja kamu masih nggak puas. Kamu pantas kehilangan anakmu!"Liane terlalu malas bicara dengan Syena, jadi dia berkata pada Rizki, "Rizki, jangan takut. Lagian
Tangan Syena mulai gemetar karena marah, kepalanya berdengung, "Kamu ... kamu cari mati!"Syena tidak bisa lagi mengendalikan dirinya dan mulai mengangkat pisau di tangannya.Reina yang sigap dan cekatan langsung menghampiri Syena dan meraih pergelangan tangannya.Barulah Syena menyadari bahwa dia telah ditipu. Dia meronta hendak kembali menyerang Liane.Tapi sudah terlambat, Rizki sudah pasang badan di depan Liane sehingga Syena tidak bisa mendekati Liane sama sekali.Namun saat ini, dia masih bisa berhadapan dengan seseorang, Reina.Syena menatap Reina yang berusaha mengambil pisau dari tangannya. Syena pun Pisau diarahkan ke arah Reina!Reina mau merebutnya, tapi gagal. Mata Reina menyaksikan bagaimana pisau itu hendak menusuk tenggorokannya.Tiba-tiba, seseorang melompat tepat di depan Reina dan memblokir pisau Syena.Reina tertegun lama sebelum sadar. Dia menatap Liane yang mengernyit kesakitan, kepala Reina berdengung.Rizki langsung mengendalikan Syena."Cepat! Panggil dokter ke
Setelah diobati, Liane langsung mengizinkan Reina menjenguknya.Reina menghampiri Liane, duduk di kasur dan memanggilnya dengan canggung, "Bu."Liane tersenyum lembut."Ya." Liane perlahan mengangkat tangannya, mau menyentuh Reina, tapi dia khawatir Reina akan menolak, jadi tangan Liane berhenti bergerak.Melihat ini, Reina pun membungkuk tanpa ragu-ragu.Kali ini, Liane akhirnya berani menyentuh Reina, dengan hati-hati menyentuh kepalanya, lalu memeluknya dengan lembut."Nana, Nana ..." Liane memanggilnya berulang kali, Reina dalam dekapannya adalah harta berharga hidupnya.Reina tidak berani mendambakan momen ini. Dia tidak terpikir akan mendapatkan kasih sayang keluarga dan menerima cinta keibuan seperti ini."Iya, Bu," jawabnya lembut.Maxime langsung bergegas begitu tahu kejadian tadi. Sesampainya di rumah sakit, dia melihat momen ini. Maxime pun berdiri di depan pintu.Kini, Reina dan Liane sudah berdamai dan mengakui hubungan mereka.Rizki terkekeh, "Bagus, Nana dan Bu Liane akh
Ketika Sisil melihat Liane terluka, dia langsung mendatangi Liane dan menggodanya, "Bibi Liane, kalau di situasi bahaya gitu harusnya kamu meneleponku. Eh, nggak, nggak. Mulai sekarang, nggak ada bahaya lagi.""Haha. Oke, kuharap begitu."Sisil mengobrol dengan Liane.Reina keluar kamar dan Deron datang menghampirinya, "Kamu baik-baik saja?"Deron agak menyesal, harusnya dia tidak melalaikan tugas demi kepentingan pribadi."Iya, nggak apa-apa.""Aku sudah memecat pengawal yang menjagamu hari itu. Nanti aku akan memperkuat pelatihan mereka," kata Deron."Ini bukan salah dia, soalnya dia ada di luar restoran waktu itu. Lagian, penculiknya banyak orang," jawab Reina.Tidak semua orang bisa bertarung seperti Deron.Deron sadar sesuatu dari gerak gerik Reina, "Ingatanmu sudah balik ya?"Reina tidak menyangka dan mengangguk sungguh-sungguh, "Ya, aku ingat semuanya.""Aku butuh bantuanmu. Tolong awasi Marshanda," kata Reina.Sekarang Reina harus menyelesaikan dengan orang-orang yang menyakiti
Reina membungkuk dan bertanya, "Ada sesuatu yang penting?"Reina begitu dekat sehingga Maxime samar-samar bisa mencium wangi tubuh Reina.Maxime melihat Reina yang polos, dia pun mengangguk, "Ya, ada."Reina jadi serius dan duduk tegak.Namun beberapa jam kemudian, Reina baru sadar ternyata urusan penting yang dimaksud Maxime adalah ....Mereka sedang berpelukan di ranjang, Reina merasa tubuhnya remuk tidak bertulang.Maxime masih mencium kening Reina, masih mau ronde berikutnya."Nggak, nggak, aku nggak kuat." Reina buru-buru melambaikan tangannya dan menolak.Maxime melihat Reina sangat lelah, dia pun menahan diri. "Oke nggak usah buru-buru, kita lanjutin nanti malam.""Hah?"Reina benar-benar tidak mau."Nggak, nanti malam aku mau pergi ke kediaman utama untuk jenguk anak-anak."Selama ini Reina telah melupakan keempat putranya.Reina yakin Riko dan Riki pasti sangat sedih.Si kembar yang langsung dia tinggalkan tepat setelah mereka lahir juga kasihan."Kalau gitu nanti malam kita n
Riki mengangguk berulang kali, "Mama memang yang terbaik."Reina menatap Riki dan tersenyum, lalu memeluknya lama sekali.Sesampainya di kediaman utama, Reina mengajak Riki keluar dari mobil.Ketika para pelayan di kediaman utama melihat Reina dan Maxime datang, mereka semua langsung menyambut, "Nyonya, Tuan. Apa kalian datang menemui Tuan Leo dan Tuan Liam?""Ya." Reina mengangguk."Kami akan langsung memberi tahu Nyonya Joanna." Seorang pelayan langsung menghadap Joanna.Joanna sangat senang saat mendengar bahwa Reina dan Maxime datang berkunjung."Nana datang? Sini masuk, kebetulan pas jam makan."Reina mengangguk.Reina masuk dan melihat si kembar yang berusia satu tahun lebih.Dengan perasaan bersalah Reina berjalan menghampiri kedua anak itu selangkah demi selangkah, hatinya terasa sangat berat.Si kembar yang menyadari Reina datang juga tidak merasa asing sama sekali. Mereka langsung berlari menghampiri Reina dan minta dipeluk.Riki merasa cemburu dan berkata, "Aku nggak berdeba
Reina berpikir sejenak, "Gimana kalau untuk sementara si kembar tetap di sana, terus kita sering-sering samperin mereka. Nanti kalau sudah lebih akrab sama mereka, baru deh kita bawa pulang."Tentu ini adalah jawaban terbaik.Maxime mengangguk, "Oke.""Tapi ibu kerepotan nggak ya? Kalau dia merasa repot, aku bisa urus sendiri kok." Reina khawatir Joanna kelelahan mengurus si kembar.Maxime tersenyum, "Nggak, ibu malah mau banget mengasuh mereka. Dia bilang kalau kita bawa mereka pulang, kita harus ngizinin dia ketemu anak-anak kapan pun.""Oke, beres!" Reina mengangguk.Dia melirik jam dan melihat hari sudah larut."Sudah malam, ayo tidur."Maxime menatap Reina, "Kamu lupa? Kita masih punya urusan.""Apa lagi?"Reina bingung. Namun saat sadar, wajahnya memerah.Maxime mematikan lampu kamar....Keesokan harinya, Reina baru bangun jam 10 pagi karena kelelahan.Setelah mandi, Reina baru sadar kalau Riki sudah berangkat sekolah.Pelayan datang membawakan sarapannya."Max mana?" tanya Rein
"Marshanda, lama nggak ketemu."Reina menatapnya sambil tersenyum.Punggung Marshanda terasa dingin saat melihat cara Reina menatapnya."Nana ...""Mendingan panggil aku Reina. Kita nggak akrab, ah salah. Kita itu musuh."Marshanda perlahan mengepalkan tinjunya, "Nana, kejadian kemarin bukan keputusanku sendiri. Morgan yang memaksaku. Jangan salahkan aku aja.""Terus? Kamu nurut aja gitu sama dia?" Reina bertanya balik, "Ini pembelaanmu? Kamu sudah memisahkan aku dan anak-anakku, membuat hidupku sangat menderita!"Marshanda menggigil ketakutan. Meski cuacanya sangat dingin, dahinya dipenuhi bulir keringat."Nana, aku salah. Aku nggak akan berani melakukannya lagi. Tolong lepaskan aku.""Aku sudah melepaskanmu sekali. Kali ini, kalau aku melepaskanmu berarti aku yang bodoh!" kata Reina.Marshanda balik badan dan berlari kembali ke lokasi syuting.Reina hanya menatap Marshanda dan tidak menyuruh siapa pun mengejarnya.Namun, sesampainya di sana, Marshanda langsung diusir paksa dari lokas
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba