Setelah Syena mengetahui hal ini, dia menelepon Liane untuk memastikan. Syena seketika jadi panik."Bu, aku ikut ya. Menurutku Reina nggak punya niat baik deh. Ibu lupa terakhir kali dia mengancammu?"Ucapan Syena membuat Liane menjadi waspada, "Aku bahkan lupa. Jangan khawatir, aku bawa pengawal kok. Harusnya dia nggak berani melakukan apa pun.""Bu, aku nggak tenang, aku mau ikut." Syena sudah masuk ke dalam mobil. "Ibu kirimkan aja alamatnya, aku nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu."Liane tidak bisa debat mulut dengan Syena, jadi dia menyetujuinya, "Oke."Setelah mengirimkan alamatnya, Liane merasa senang karena berpikir bahwa Syena masih peduli padanya.Sekretarisnya pun menimpali, "Meski Nona Syena kejam, dia tetap perhatian padamu."Liane pun tersenyum, "Dia sudah biasa aku manjakan. Aku khawatir bagaimana hidupnya kalau aku meninggal nanti.""Bu Liane pasti akan berumur panjang," ucap sekretaris itu.Liane menjawab dengan tidak berdaya, "Aku tahu kondisi tubuhku. Dulu
Awalnya Reina pikir Liane akan sangat senang saat melihat hasil tes DNA itu.Apalagi Liane memang sudah tahu kalau Marshanda itu bukan putri kandungnya.Namun, Reina tidak menyangka hal pertama yang Liane tanya adalah di mana dia memalsukan laporan tes DNA ini?Tenggorokan Reina terasa seperti ditusuk jarum, "Aku nggak merekayasa hasil ini, kalau Anda nggak percaya, silakan periksa sendiri."Syena langsung menyahut dengan sinis, "Karena kamu pembohong seperti inilah hidup ibuku jadi sulit! Kamu pikir ibuku harus melakukan tes DNA dengan wanita di seluruh dunia?"Syena merebut laporan tes DNA itu dari tangan Liane, merobek-robeknya dan langsung membuangnya ke tempat sampah."Bu, ayo pergi. Kita nggak perlu ngomong apa-apa lagi sama penipu ini!"Liane pun berdiri dan menatap Reina, "Sudah kubilang, jangan permainkan putri kandungku. Dia adalah titik lemah hidupku."Reina menggigit bibirnya erat-erat."Aku nggak akan melepaskanmu dan tolong jangan hubungi aku lagi!" ucap Liane sebelum per
Liane tidak tahu kalau Reina akan melahirkan lebih cepat dari jadwal setelah mereka bertemu tadi.Pikirannya kacau dan Syena mencuci otaknya sepanjang waktu, "Bu, menurutku Reina melakukan hal konyol seperti itu karena kasus perusahaannya, dia nggak punya pilihan lain.""Marshanda 'kan sudah terbukti adalah putri kandungmu? Kalau Reina putrimu, masa iya Ibu punya anak kembar?"Liane merasakan telinganya berdengung dan tidak ingin mendengar ucapan Syena. Hatinya terasa sesak.Kalau Reina adalah putrinya, lalu apa yang dia lakukan pada Reina sebelumnya ....Dia bahkan tidak sanggup memikirkannya!"Kenapa Ibu diam saja? Ibu nggak boleh percaya sama dia, kalau Ibu percaya sama dia, Ibu bersalah sama Marshanda," ucap Syena.Liane sudah sangat pusing, dia pun berkata, "Bisa nggak biarkan aku menyendiri sebentar?"Syena tidak punya pilihan selain tutup mulut.Syena sangat takut sehingga dia diam-diam mengirim pesan ke Marshanda, memberitahunya bahwa Reina sudah mengetahui faktanya.Tubuh Mars
Akhirnya pintu ruang bersalin terbuka dan semua orang mendengar tangisan bayi yang baru lahir dari dalam.Suster pun membawa kedua bayi keluar, "Selamat, ibu dan bayinya sehat."Maxime bahkan tidak melirik bayinya yang baru lahir dan bergegas masuk ke ruang bersalin.Reina yang lelah berjuang sedang terbaring lemah di ranjang bersalin."Nana."Reina memaksa mengulas sebuah senyum, "Nggak apa-apa."Maxime merasa lebih tertekan saat melihatnya seperti ini."Sudah cukup, kamu nggak boleh hamil lagi.""Ya, oke." Setelah itu Reina melihat ke sekeliling, "Mana anak kita?""Ada di luar, sehat," jawab Maxime.Reina merasa lega, tapi dia tetap bertanya, "Laki-laki atau perempuan?"Maxime tertegun sejenak."Tunggu sebentar, aku periksa dulu."Dari tadi Maxime hanya fokus pada Reina, jadi dia lupa memeriksa kedua anaknya yang baru lahir.Sesampainya di luar, dia melihat Riki dan Riko terlihat kecewa."Mana bayinya?"Alana dibuat terdiam oleh kelakuan Maxime. "Sekarang baru ingat anakmu? Tuh dibaw
Diego pun tersenyum menyanjung, "Kak Morgan, jangan sungkan begitu padaku. Jangan khawatir, aku pasti akan membantumu."Saat mobil itu mulai melaju, Diego sudah memandang dirinya sebagai tokoh terkemuka di Kota Simaliki di masa depan.Selain mereka, di luar rumah sakit ada Syena dan Marshanda.Keduanya duduk di dalam mobil biasa, masing-masing dengan pikirannya sendiri."Katanya anaknya kembar laki-laki lagi." Syena sangat cemburu.Maxime punya empat putra dan mereka semua akan menjadi pesaing anak Syena dalam memperebutkan harta Keluarga Sunandar.Marshanda juga merasa tidak nyaman saat mendengar kabar ini, "Nona Syena, menurut rencana kita, nggak lama lagi momen kebahagiaan ini akan menjadi momen pemakaman."Syena mengangguk.Dia tidak lupa memberi tahu Melisha tentang berita tersebut.Belakangan ini Melisha tinggal di Grup Rajawali bersama ayah mertuanya, Aarav. Dia mau mengambil alih kekuasaan dari tangan Morgan. Dia pun membelalak kaget saat tiba-tiba menerima berita itu.Melisha
"Sekarang perusahaan nggak dapat beroperasi secara normal dan masih banyak pihak yang mencari masalah. Mereka membawa reporter, kami kesulitan mengusir mereka." Meski dulu di luar negeri Sisil berpengalaman membantu Reina mengelola sebuah perusahaan kecil, dia tidak pernah menghadapi situasi pertempuran seperti ini.Maxime menenangkan diri dan memberi perintah dengan rapi.Revin datang terlambat selangkah, awalnya dia berencana untuk mengambil tindakan, tetapi melihat Maxime sudah turun tangan, dia tidak ikut campur lagi.Brigitta minta maaf pada Revin dengan wajah pucat, "Pak Revin, aku benar-benar minta maaf. Proyek yang Anda percayakan padaku terakhir kali ... gagal lagi."Sekarang Brigitta sangat tidak yakin dengan kemampuannya dan tidak tahu apa yang salah dengan dirinya.Revin tidak menyalahkannya dan mengatakan yang sebenarnya."Brigitta, aku nggak menyalahkanmu. Kalau aku karyawan biasa sepertimu, aku juga pasti akan gagal ada bos besar yang menghalangi pekerjaanku."Brigitta t
Tatapan Maxime tidak terlihat goyah dan wajahnya tidak memancarkan emosi apa pun."Terus ngapain kalian nggak nyari? Ingat, kalau sampai anakku nggak ketemu, kalian akan kuusir dari Kota Simaliki.""Ya, baik."Sekelompok pengawal langsung pergi mencari.Maxime pun menelepon para pengawal, "Gunakan segala cara untuk menemukan anakku dan cari siapa pelakunya."Dulu Maxime terlalu berhati lembut sehingga ada beberapa lawan mengira dia mudah ditindas."Juga, habisi semua musuhku di Kota Simaliki.""Ya."Setelah Maxime mengatur semuanya dia berjalan ke kamar rawat Reina dengan langkah yang terhuyung.Reina baru saja bangun dan tidak tahu kalau bayi kembarnya hilang.Waktu melihat Maxime, Reina langsung bertanya padanya, "Max, mana anak kita? Aku mau bertemu mereka."Maxime melangkah maju dan berbohong, "Si kembar masih di inkubator karena tubuhnya agak kuning.""Oh gitu, ya sudah aku ke sana saja menemui mereka."Sejak melahirkan, Reina belum melihat kedua anaknya."Nggak, sekarang kamu ter
Kedua wanita itu sama-sama kejam.Syena tidak punya pilihan, dia pun setuju mendatangi Reina."Jaga kedua anak ini baik-baik ya.""Jangan khawatir."Kemudian Syena pergi ke rumah sakit.Dia menunggu Maxime keluar dari kamar rawat Reina."Reina, kudengar kamu melahirkan dua putra lagi untuk Kak Maxime? Selamat ya."Begitu Syena masuk kamar, dia langsung mencari tempat duduk.Mata Reina terlihat sangat dingin begitu teringat akan apa yang sudah dilakukan Syena. "Pergilah, kamu nggak diterima di sini.""Kamu nggak menyambutku? Apa karena tes DNA kemarin?" Syena sengaja membuatnya marah, "Reina, sebenarnya, aku sudah lama tahu bahwa kamu adalah putri kandung Liane.""Tapi terus kenapa? Apa Liane mau mengakuimu? Kamu tahu nggak siapa yang nyuruh aku datang ke sini hari ini?"Reina menatapnya dengan bingung.Syena sengaja mengkambinghitamkan Liane. "Ya Liane lah. Dia sengaja nyuruh aku ke sini untuk menjelaskan padamu.""Dia bilang dia nggak mungkin punya anak cacat sepertimu. Meski kamu ter
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re