Ketika Yansen mendengar ini, dia pun mengepalkan tangannya dan memaksa diri untuk tenang, "Kenapa kamu cerita sama dia?"Tiara menunduk dan tidak menjawab, tapi berkata,"Ayo kita urus perceraiannya besok."Lagi-lagi minta cerai.Yansen menelan ludahnya dan berkata, "Tiara, aku sudah bilang kita hanya akan pisah saat kamu meninggal, bukan bercerai."Yansen tahu Tiara sedang gelisah, jadi dia menghiburnya."Jangan khawatir, aku benar-benar nggak punya niat buat balikan sama Alana. Kita bisa menjalani hidup bersama dan aku akan menjagamu dengan baik."Setelah itu, Yansen memeluk Tiara.Ada beberapa hal dan beberapa orang yang memang jika sudah terlewat, tidak akan kembali.Tiara bersandar di bahu Yansen dan merenung.Tiara merasa harusnya Yansen punya sedikit saja perasaan untuknya. Kalau tidak, mana mungkin pria ini rela menjaga dirinya sendiri sepanjang waktu?...Alana berjalan dengan tatapan kosong dan kepalanya terasa sangat pusing.Dia mengambil ponselnya dan menelepon ayahnya."Ay
"Alana, kenapa diam saja? Jangan menakuti Ayah. Ayah benar-benar melakukannya demi kebaikanmu. Sekarang Ayah nggak menuntutmu menikah dengan keluarga kaya. Ayah cuma mau kamu berpikir matang-matang untuk masa depan sebelum mengambil keputusan, Ayah nggak mau kamu khawatir terutama tentang uang.""Kamu tahu 'kan keluarga kita itu orang kaya baru. Sebelum kita punya uang, banyak orang meremehkan keluarga kita. Aku nggak mau kamu berjalan di jalan yang sama seperti ayah dan ibumu dulu."Ayah Alana sangat tulus.Harus diingat, salah satu penyebab istrinya meninggal adalah karena dia tidak punya uang untuk berobat.Oleh karena itu, ayah Alana begitu ketakutan kalau dia tidak punya uang dan putrinya akan menderita seperti orang miskin.Meski mungkin Yansen akan menjadi seorang pria yang punya pencapaian, ayah Alana tidak berani bertaruh.Alana bisa memahami alasan ayahnya melakukan hal ini, tapi dia tidak bisa terima."Aku mengerti, jangan khawatir, aku nggak akan gegabah. Sekarang aku mau m
Alana menatap Jovan dengan tatapan kosong, "Kamu ..."Tanpa menunggu Alana melanjutkan, Jovan sudah bicara lebih dulu, "Kamu masih punya waktu sehari buat mikir. Kalau kamu nggak mau menikah pas lusa dan membuatku malu, aku nggak akan melepaskanmu."Jovan mengatakan yang sebenarnya.Dirinya, sebagai Tuan Muda Keluarga Tambolo bisa mendapatkan semua wanita yang diinginkannya di Kota Simaliki, setidaknya ada 90% dari mereka bersedia menikah dengannya.Pernikahan mereka akan disiarkan di TV, kalau Alana berani menolak menikah di hari H, Jovan pasti akan membuat Alana menyesal!Alana pun terdiam.Bagaimanapun, Yansen memang sudah menikah sekarang dan menurutnya Tiara juga wanita yang sangat baik."Aku perlu memikirkannya."Jovan mempererat cengkeramannya pada kemudi.Awalnya dia pikir karena Alana sudah setuju mau menikah, sekarang Alana pasti tidak punya pemikiran kedua.Jovan tidak menyangka ternyata Alana masih mau menimbang-nimbang?Alana ini sungguh tidak menganggap Jovan serius ya?I
Alana linglung sepanjang hari, dia hanya tinggal di hotel dan tidak berniat mempersiapkan pernikahan.Sore hari berikutnya, ketika dia hendak memberi tahu Jovan tentang keputusannya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.Alana pun meletakkan kembali ponselnya dan pergi membuka pintu dengan memakai sandal.Namun begitu dia membuka pintu, beberapa pria berbaju hitam menutup mulut dan hidungnya.Alana langsung pingsan di tempat.Saat ini di Keluarga Tambolo.Jovan juga sangat linglung hari ini karena menunggu keputusan Alana. Sekarang sudah jam 6 sore dan Alana masih belum mengabarinya, hal ini membuat Jovan kesal.Akhirnya, Jovan duluan yang mengirim pesan, "Sudah selesai mikirnya?"Satu menit berlalu, sepuluh menit berlalu ... tidak kunjung ada balasan.Jovan tidak bisa duduk diam dan mengeluh dalam hati. Wanita ini! Kalau nggak mau menikah ya sudah, kenapa tidak membalas pesannya?Rasanya sekarang ingin sekali dirinya berteleportasi ke Alana dan bertanya dengan jelas.Riko menatapnya berja
Marshanda tidak menyangka ternyata wanita pilihan Tuan Besar Jacob hanya gadis biasa yang tidak sebaik dirinya!Dan yang lebih penting lagi adalah, Jovan mau saja!Marshanda pun menatap Alana dengan cemburu.Tiba-tiba, Alana perlahan sadar.Alana membuka matanya sedikit, kepalanya terasa sakit. Dia melihat ke sekeliling, tempat yang tidak di kenalnya dan merasa bingung."Di mana ini?"Saat Marshanda melihat Alana sudah bangun, dia pun langsung meninggalkan kamar.Marshanda mau bermain aman. Dia tidak mau Alana tahu bahwa dia yang menculiknya. Kalau nanti Alana memberi tahu Jovan, Jovan pasti tidak akan melepaskan Marshanda."Malam ini, mereka milikmu. Kalian nikmati baik-baik niat baik dariku ini, jangan kecewakan aku." Marshanda memperingatkan beberapa pria berotot besar dan gemuk.Para pria itu tersenyum cabul, "Ya, terima kasih, Nona Tanuyahya.""Mulai sekarang jangan panggil aku Nona Tanuyahya, panggil aku Nona Hinandar.""Ya, Nona Hinandar."Marshanda meninggalkan tempat itu sambi
Yansen terkejut."Dia nggak nyari aku? Sekarang aku ada di rumah, apa terjadi sesuatu?"Jovan menghela napas lega, "Ah, nggak ada apa-apa."Setelah itu, Jovan menutup telepon.Yansen menatap ponselnya dan tenggelam dalam pikirannya sampai tidak sadar kalau Tiara berjalan menghampirinya dari belakang.Wajah Tiara sangat pucat, "Yansen, sekarang masih sempat. Aku bisa melihat Nona Alana masih menyukaimu kok. Asal kamu menjelaskan padanya, dia pasti mau balikan sama kamu."Ketika Yansen mendengar kata-kata Tiara, dia tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arahnya."Kamu kenapa sih ngomong kayak gini lagi? Aku 'kan sudah bilang, kita sudah menikah dan aku nggak akan berhubungan sama wanita lain."Entah mengapa saat Tiara mendengar hal ini, harusnya dia merasa bahagia tapi sekarang dia merasa sangat sesak.Dia menghela napas."Oke, tapi kalau kamu berubah pikiran, kamu harus kasih tahu aku dulu ya."Tiara tidak mau Yansen terpaksa bersamanya.Semua wanita berharap bisa dinikahi karena cint
Ayah Alana tersedak, "Terus kamu ngapain ke sini?""Aku mau ketemu Alana, apa dia ada? Aku mau bicara dengannya," jawab Yansen.Begitu mendengar Yansen datang mencari Alana, Kael pun marah besar, "Berani sekali kamu nanyain di mana putriku? Tunggu, jangan-jangan kamu yang nyulik putriku? Sekarang dia belum datang! Kamu tahu nggak konsekuensinya kalau menyinggung Keluarga Tambolo?"Dari ucapan Kael, Yansen pun sadar kalau Alana tidak ada di rumah.Bukankah hari ini Alana akan menikah? Dia ada di mana sekarang?Yansen mengabaikan ayah Alana dan langsung pergi.Tapi ayah Alana menangkapnya, "Berhenti. Serahkan Alana sebelum terlambat!""Kalau Alana ada bersamaku, ngapain aku ke sini nyari dia?" Yansen berkata dengan nada dingin.Ayah Alana baru sadar, dia pun melepaskan lengan Yansen dan membiarkannya pergi.Punggung Yansen terlihat tegas dan auranya terlihat seperti pria dewasa. Sangat berbeda dengan bocah yang dulu sangat kekanak-kanakan.Entah mengapa, ayah Alana merasa agak menyesal.
Kamar itu sangat sunyi. Jovan buru-buru masuk dan melihat Alana terbaring di kasur dan tidak sadarkan diri.Hatinya menegang, dia buru-buru menghampiri Alana."Alana!"Alana terbangun oleh teriakan itu. Dia perlahan membuka matanya dan melihat wajah Jovan yang membesar.Kepalanya terasa sangat sakit, dia tidak bisa mengingat apa yang terjadi dan menggumam pelan."Kenapa aku ada di sini?"Setelah itu tiba-tiba beberapa memori perlahan muncul di benaknya, pupil mata Alana langsung menyusut, dia memeluk seluruh tubuhnya dan meringkuk di sudut."Keluar! Keluar! Jangan ke sini! Pergi!"Jovan sudah bisa menduga apa yang terjadi. Tapi, dia tidak berani memercayainya."Alana, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Jovan dengan lembut.Alana tidak mau menjawab dan berteriak, "Keluar! Keluar!"Reina juga kaget dengan pemandangan di depannya.Ayah Alana melangkah maju lebih dulu, "Alana, ini Ayah. Apa yang terjadi? Apa ini perbuatan Yansen?"Hal pertama yang terbersit di pikiran Kael adalah Yansen men
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re