Segera setelah Marshanda mendapatkan hasil tes DNA, Liane mengirimnya ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan perawatan.Liane baru sadar tubuh Marshanda penuh luka dan dia kurus kering, hanya tersisa tulang."Kenapa bisa begini?" Liane terlihat sangat sedih.Marshanda pun menjawab, "Nggak apa-apa, nggak sakit kok. Ini salahku karena aku cuek dan menyinggung banyak orang."Sifat Marshanda dan Raisa bagaikan langit dan bumi.Liane merasa lebih bersalah saat mendengarnya."Maaf, ini semua salahku karena nggak menemukanmu lebih awal."Entah mengapa, meski Liane sangat tersentuh melihat Marshanda yang begitu bijaksana, dia tidak begitu bersemangat seperti saat dulu dia menemukan Raisa.Mungkin karena dia pernah tertipu, kejadian Raisa kemarin mempengaruhi psikisnya."Bu, jangan bilang begitu. Bukan salahmu kok aku dibuang ke panti asuhan. Aku sangat tersentuh saat kakak bilang selama ini kamu selalu mencariku dan nggak pernah menyerah."Ketika Liane mendengar Marshanda memanggilnya 'ibu', dia
Jovan juga sudah melihat beritanya."Hah? Apa-apaan ini?"Mana mungkin pembohong seperti Marshanda bisa menjadi putri Liane?Alana juga menganggap berita ini sungguh luar biasa, "Ya. Dia sangat jahat, bisa jadi dia cuma bohong."Jovan mencubit alisnya.Kalau sampai berita ini benar, maka dia berada dalam posisi sulit.Dia mungkin tidak bisa melawan Keluarga Hinandar sendirian."Om Jovan, kakek buyut memintamu datang." Riko keluar dari kamar Jacob dan memanggil Jovan.Jovan bisa melihat ekspresi serius Riko, dia tahu dirinya sekarang tertimpa masalah."Coba bocorkan, ada apa?"Riko mengingatkannya, "Tentang Marshanda."Wajah Jovan menjadi semakin jelek, namun dia dengan berani pergi ke kamar kakeknya.Awalnya Jovan pikir Tuan Besar Jacob akan menyalahkannya karena sudah menyinggung Keluarga Hinandar, dia tidak menyangka kakeknya ini malah berkata, "Sudah lihat? Dari awal sudah kukasih tahu kalau Marshanda itu bukan orang baik!"Jovan agak terkejut melihat kakeknya malah membelanya."Har
Perawat Marshanda menjelaskan, "Nona, ini cuma rumah sementara Keluarga Hinandar. Rumah utama di ibu kota sangat mewah."Marshanda mengangguk, "Ya, aku nggak sabar mau melihatnya.""Kalau Nona sudah baikkan, pasti diizinkan ke sana."Marshanda tinggal di kamar tempat Raisa tinggal sebelumnya.Dia tidak pernah berani membayangkan tempat seperti ini sebelumnya.Dia berbaring di tempat tidur mewah, mengambil ponselnya, membukanya dan menelusuri daftar riwayat kontaknya. Nama pertama yang muncul adalah Jocelyn."Jocelyn ... Jocelyn. Kamu nggak nyangka roda kehidupan akan berputar, 'kan?"Ketika Jocelyn tahu Marshanda sudah mengkhianatinya dan berselingkuh dengan Fendy, tunangannya, dia langsung membuang Marshanda ke klub orang kaya, Klub Beautide.Belakangan, Marshanda ditemukan oleh Jovan.Setelah itu, dia menghadapi segala macam perlakuan tidak manusiawi.Marshanda tahu sekarang dirinya belum bisa melawan Jovan, Reina dan yang lainnya. Jadi, dia akan menyerang mereka yang lemah dulu....
"Nggak kusangka jadi putri keluarga kaya itu bahaya banget." Gaby terdiam.Reina merasa sedikit tidak nyaman saat melihat berita itu.Dia juga merasa gelisah, "Jocelyn dulu adalah teman sekelasku. Menurutku, ini bukan kasus pembunuhan biasa."Reina meletakkan tangannya di perutnya.Jawaban Reina membuat Gaby dan yang lain merasa sedih. Mereka tidak menyangka bahwa orang yang mengalami kecelakaan itu adalah seseorang yang mereka kenal.Maxime juga sudah tahu berita itu dan meminta pengawal mengawasi Reina dengan ketat.Bulan depan, Reina akan melahirkan dan setelah itu Riki akan menjalani operasi.Malamnya, Reina tidak bisa tidur.Tiba-tiba ponselnya berdering. Reina membuka ponselnya dan mendapat pesan masuk dari nomor tidak dikenal."Nana, sudah lama kita nggak ketemu, apa kita bisa ngobrol? Aku Marshanda."Maxime menoleh dan sedikit mengernyit, "Tidur."Saat Reina hendak mematikan ponselnya, Marshanda kembali mengiriminya pesan teks."Aku tahu perbuatanku dulu salah, semua karena aku
Marshanda menggeleng, "Maaf, Reina masih nggak merasa dia melakukan kesalahan. Dia bahkan bilang dia sudah membantumu memenuhi mimpimu untuk menemukan putrimu."Liane spontan mencibir."Reina ini benar-benar nggak sederhana. Pantas saja dia membuatmu begitu menderita. Tidurlah dulu, sekarang sudah malam.""Oke." Marshanda pergi dengan sopan.Begitu dia pergi, senyum Liane pun menghilang.Tidak seperti sebelumnya, sekarang dia sangat tenang dan tidak akan memercayai putri yang baru ditemukannya ini begitu saja.Sekretaris Liane juga sadar, dia pun bertanya, "Bos, kenapa Anda begitu dingin terhadap Nona Marshanda?""Tidakkah menurutmu kemunculannya terlalu kebetulan?" Liane bertanya.Setelah itu, dia mengeluarkan setumpuk informasi lainnya, "Lihat pengalamannya dulu, dia sudah makan banyak asam garam kehidupan."Liane menekankan kalimat ini."Bisa saja sikapnya sekarang hanya akting."Saat Liane bisa berpikir jernih, dia masih bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.Sekretar
Entah mengapa, setelah disiksa Maxime seperti ini, Reina tidak terlalu panik dan jauh lebih tenang.Jadi begitu sampai di kantor dan melihat kekacauan di dalamnya, Reina tetap tenang.Tidak lama kemudian, Sisil dan Gaby pun menyusul.Sisil langsung menyelidikinya dengan Brigitta. Tidak lama kemudian, dia datang dengan marah, "Pelakunya adalah karyawan kita, katanya dia membeli dokumen rahasia itu demi uang.""Kalau cuma demi uang, buat apa menghancurkan komputer perusahaan?" tanya Reina.Sebenarnya di jalan tadi Reina sudah bisa menebak ini ulah karyawan internalnya, kalau tidak, tidak mungkin orang luar bisa masuk menerobos pengawasan bawahan Deron yang ketat."Dia bilang itu murni untuk melampiaskan amarahnya. Dia juga bilang terlalu melelahkan bekerja jadi karyawan biasa."Sisil tidak memercayai satu kata pun tentang ini, "Perusahaan kita bisa dibilang punya fasilitas karyawan terbaik di Kota Simaliki, masa dia benar-benar melampiaskan amarahnya karena terlalu lelah? Menurutku dia s
"Kuharap kamu benar-benar berpikir seperti itu."Setelah itu, Maxime langsung keluar dari kantor.Begitu membuka pintu, dia langsung melihat Ari berdiri di depan pintu.Awalnya Ari mau melihat kedua rival cinta itu saling menyakiti, namun tak disangka mereka malah rujuk?Maxime tidak menatap Ari dan langsung mengurus masalah lain.Setelah Maxime pergi, Revin pun muncul di depan pintu dan begitu melihat Ari, matanya penuh dengan rasa jijik, "Jangan pikir aku nggak tahu kamulah yang sudah ngasih tahu Maxime kalau aku ada di sini.""Aku paling benci pria licik sepertimu!"Ari tidak mau kalah, "Setiap orang punya caranya masing-masing untuk mengejar pujaan hati mereka. Apanya yang licik?"Revin pun mencibir, "Kamu benar-benar menyukai Nana?"Ari tersedak."Ya.""Saat kita menyukai seseorang dengan tulus, kita harus membuatnya bahagia, jangan menyulitkannya." Revin menepuk pundak Ari dan berjalan kembali ke kantornya.Ari mematung di tempat, merenungkan ucapan Revin.Tentu saja dia juga mau
"Semua bisnis Perusahaan XS sudah terganggu, tetapi para mitra masih memberi Reina kesempatan untuk menyelesaikannya dalam waktu seminggu," jawab sekretaris Liane.Liane tidak menganggapnya serius, "Seminggu?"Dia mencibir, "Kalau dia bisa menyelesaikannya dalam seminggu, aku akan angkat topi padanya."Liane hendak beristirahat ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Liane mengambil ponselnya dan mendapati Reina-lah yang meneleponnya.Liane tidak percaya. Wanita ini berani meneleponnya?Liane pun mengangkatnya, "Ada apa ya Nona Reina meneleponku?""Bu Liane, aku nggak menyangka Anda bisa begitu bermain nggak etis dalam berbisnis. Untuk apa Anda mengambil dokumen rahasia dan menghancurkan perusahaanku?" Reina bisa mengetahui hal ini dari karyawan yang merupakan pelakunya.Liane tidak menyangka Reina akan mengetahuinya secepat ini.Namun, Liane tetap terlihat tenang, "Hah. Dulu waktu kamu, Raisa dan Elly bekerja sama untuk menipuku, kamu mikir nggak perbuatan kalian itu etis nggak etis?""
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re