Reina menjelaskan lebih lanjut, "Kalau bukan karena Riki, aku nggak akan mengizinkanmu tidur di sini. Jadi, tahu diri sedikit dan tidur di sofa sana."Maxime tahu, Reina masih marah padanya atas kejadian terakhir kali."Oke, aku tidur di sofa." Maxime langsung patuh.Baru setelah itu Reina kembali ke kamar tidur utama, mandi dan baring di kasurnya.Maxime tidak bisa tidur, jadi dia duduk di sofa di luar dan menatap kamar tidur Reina yang tidak jauh darinya, sekarang lampu kamar itu sudah padam.Malam ini Reina tidak bisa tidur nyenyak, mungkin karena terjadi banyak hal siang tadi.Di tengah malam, Reina mengigau karena mimpi buruk."Pergi ... pergi!"Maxime yang sama sekali tidak tidur pun langsung bangkit berdiri dari sofa saat mendengar Reina mengigau.Untungnya, pintu kamar tidur Reina tidak dikunci. Maxime langsung duduk di sisi kasur dan menggenggam tangan Reina, "Nana, ada apa?"Reina yang masih melindur pun menggenggam tangan Maxime."Tolong ... selamatkan aku ...."Di mimpinya,
Reina duduk dan bertanya, "Terus selanjutnya?"Maxime tidak ingin membohonginya lagi dan menjawab dengan jujur."Terus, aku merasa kamu pasangan yang cocok untukku dan kita sepertinya bisa membangun keluarga yang baik."Dulu sebelum Keluarga Andara menipunya, Maxime pernah memikirkan bagaimana caranya menjadi sosok suami dan ayah yang baik. Sayang, Maxime tidak mau mengaku karena dia malu.Setelah Diego menipunya dan membuatnya ditertawakan oleh kalangan atas, Maxime melampiaskan semua kemarahannya pada Reina.Reina mengangguk, "Baiklah."Maxime takut Reina akan salah paham, jadi dia menambahkan, "Tapi sekarang aku yakin, aku memang menyukaimu."Pengakuan Maxime yang tiba-tiba membuat Reina gelagapan. Dia pun memejamkan mata dan berkata, "Iya aku tahu, ayo tidur.""Kalau kamu? Kamu benar-benar nggak menyukaiku lagi?"Maxime bertanya dengan enggan.Reina tidak bisa menjawab, Maxime pun melanjutkan, "Aku akan membantumu membereskan berita di internet itu, nggak usah khawatir. Kamu bisa t
"Ayo Riki, Mama bantu mandi." Reina menggandeng Riki.Riki berdiri di luar kamar dan mengedipkan mata pada Maxime, "Nggak usah Ma, Mama nemenin Papa aja. Papa kasihan banget, tiap hari tidur sendirian. Dia kedinginan, kelaparan dan nggak punya saudara yang peduli."Reina terdiam.Riki ini ... memangnya Maxime terlihat begitu menderita?Maxime itu orang yang luar biasa kaya, dia tergolong dalam 1% orang super kaya di dunia. Kalau Maxime menderita, bagaimana dengan orang lain?"Kalau gitu kamu aja yang nemenin, Mama mau mandi."Reina tidak akan termakan rayuan Riki dan pergi mandi.Reina keluar kamar setelah selesai mandi dan dia langsung mendengar keributan di ruang tamu. Ketika mendekat, Reina mendapati Riki sedang bergosip dengan Gaby dan yang lainnya."Waktu aku bangun dan nyari mama, ternyata dia lagi tidur sama papa. Terus papa nggak pakai baju.""Hah? Lalu?"Gaby sangat penasaran.Brigitta juga ikut bergosip.Meski Sisil yang belum pernah jatuh cinta, penasaran, sebagian besar waj
Reina berjalan ke pintu dan mendapati Ekki datang sambil membawa beberapa tas besar.Reina bingung, tapi dia tetap menyuruh satpam mengizinkannya masuk.Begitu Ekki tiba, dia menganggap tempat ini sebagai kediaman pribadi Maxime. Setelah meletakkan pakaian Maxime, dia berkata, "Bos, silakan lihat apa baju ini cukup? Kalau kurang, aku ambilkan yang lain.""Pak Ekki, kayaknya kamu salah paham? Maxime bilang dia cuma tidur di sini semalam." Dari ucapan Ekki, Reina menangkap Maxime akan selamanya tinggal di sini.Maxime melirik Ekki.Ekki langsung mengerti, "Tapi aku sudah membawa semua pakaiannya. Kalau nggak, biar bajunya ditaruh di sini saja, siapa tahu suatu saat dibutuhkan?"Sebelum Reina setuju, Maxime sudah menyahut lebih dulu."Apa kamu sudah membawa barang-barang yang kuminta?""Ya."Ekki mengeluarkan isi dari sebuah tas lain yang berisi beberapa dokumen.Dia berkata pada Reina, "Nyonya, ini adalah informasi pengelolaan Grup Rajawali waktu masa kepemimpinan bos."Berkas itu beratn
Reina malas meladeni Riki yang suka menggodanya ini, jadi dia berkata, "Sudah sana cepat makan. Kalau sudah kenyang, berangkat ke sekolah."Kini Reina sangat bersyukur karena anak-anaknya perlu bersekolah. Terkadang anak-anaknya memang patuh, tapi ada kalanya mereka membuat Reina tidak berdaya."Baiklah."Riki pergi sarapan dengan enggan.Tiga wanita lainnya juga ikut sarapan dengan Riki.Hari ini mereka punya hal penting yang harus dilakukan, yaitu pergi ke kantor baru.Kemarin, Gaby mendengar bahwa Brigitta akan bekerja di perusahaan Reina. Jadi, Gaby juga mengundurkan diri dari kantornya sekarang dan menjadi staf administrasi di Perusahaan XS.Semua orang sarapan, lalu bersama-sama pergi ke perusahaan baru.Pastinya banyak hal yang harus diurus di perusahaan yang baru didirikan, Reina pun tidak memperhatikan rumor di internet.Saat ini, di dalam kedai kopi.Syena sudah tahu dari Melisha bahwa Reina mengundurkan diri dan berpikir ini karena tindakannya kemarin."Sudah kuduga dia ngga
"Waktu itu Grup Andara sudah sangat besar. Aku yakin perusahaan kita ini juga bisa sebesar itu nanti." Mandy berkata dengan tulus.Reina mengangguk, "Mulai sekarang, kalian semua adalah pemegang saham perusahaan ini."Setelah berbasa-basi sebentar, Mandy mulai bersiap bekerja.Dia sudah tahu berita fitnah terhadap Reina di internet dan sudah menanganinya sejak awal."Ke depannya perusahaan kita butuh tim pengacara profesionalnya sendiri. Kita nggak boleh sampai diinjak orang lain."Reina mengangguk, "Kami bergantung padamu, Pak Mandy.""Jangan khawatir, aku sudah menyiapkan semuanya."Reina mengangguk berulang kali.Mandy sudah membantunya selama bertahun-tahun dan Reina merasa nyaman bekerja dengannya.Kalau ingin mengelola perusahaan besar dengan baik, kita harus belajar mendelegasikan wewenang.Sekarang Sisil bertanggung jawab atas manajemen, dibantu Brigitta. Sedangkan Gaby bertanggung jawab merekrut karyawan.Perusahaan Reina bergerak di bidang media dan ini diputuskannya berdasar
Reina mengernyit bingung, "Tapi perusahaan kami nggak punya sumber daya, bahkan manajer untuk setiap artis juga belum ...."Sebelum Reina selesai bicara, Ari menunjuk ke pintu."Itu? Ada satu."Manajer Ari adalah salah satu yang terbaik secara skala internasional. Tidak semua orang bisa mempekerjakannya karena dia tidak mau.Dulu manajer ini bersedia menjadi manajer Ari karena melihat potensi Ari.Awalnya, manajer ini menantang diri sendiri untuk membuat Ari terkenal.Namun ternyata Ari memperlakukannya seperti teman sehingga manajer ini tidak punya artis lain untuk dikelola.Manajer yang disebut Ari pun berjalan dengan pasrah menghadap Reina. "Kalau Anda nggak keberatan, aku bisa membantumu membimbing Ari dan artis baru.""Kak Tom memang paling hebat deh!" puji Ari sambil tersenyum."Jangan puji aku. Aku harus katakan dulu situasinya. Sekarang pemutusan kontrak dengan Grup IM agak merepotkan, mungkin Anda perlu turun tangan," kata Tom pada Reina.Ekspresi Ari langsung berubah."Lagi-l
"Sisil, tolong jelaskan padanya ya nanti.""Oke."Sisil langsung menyetujuinya.Ketika Ari keluar, dia menyalahkan Tom karena melibatkan Reina."Kak Tom, kamu ini gimana sih? Masa nyuruh Reina bantu dalam masalah ini? Apa kata orang kalau ketahuan? Bisa-bisa mereka pikir aku mengincar wanita kaya, aku mengejar Reina bahkan mau berurusan sama suaminya karena uang."Tom terdiam dan membatin, "Meski suka Reina secara sepihak, tetap saja termasuk tindakan nggak bermoral mengincar wanita yang sudah menikah.""Aku tahu, nggak akan kuulang." Tom menjawab pasrah.Ari mengangguk, "Oke. Sekarang bantu aku jual semua asetku di luar negeri secepatnya."Ari ingin secepat mungkin mengakhiri kontrak dengan Grup IM sehingga bisa langsung bekerja di perusahaan Reina.Tom tidak punya pilihan selain melakukan perintah Ari, namun dia tetap mengingatkannya, "Kalaupun semua asetmu dijual, uang yang terkumpul paling cuma ada dua triliun. Kamu tetap harus cari cara lain."Selama ini Ari tidak pernah meminta b
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba