"Waktu itu Grup Andara sudah sangat besar. Aku yakin perusahaan kita ini juga bisa sebesar itu nanti." Mandy berkata dengan tulus.Reina mengangguk, "Mulai sekarang, kalian semua adalah pemegang saham perusahaan ini."Setelah berbasa-basi sebentar, Mandy mulai bersiap bekerja.Dia sudah tahu berita fitnah terhadap Reina di internet dan sudah menanganinya sejak awal."Ke depannya perusahaan kita butuh tim pengacara profesionalnya sendiri. Kita nggak boleh sampai diinjak orang lain."Reina mengangguk, "Kami bergantung padamu, Pak Mandy.""Jangan khawatir, aku sudah menyiapkan semuanya."Reina mengangguk berulang kali.Mandy sudah membantunya selama bertahun-tahun dan Reina merasa nyaman bekerja dengannya.Kalau ingin mengelola perusahaan besar dengan baik, kita harus belajar mendelegasikan wewenang.Sekarang Sisil bertanggung jawab atas manajemen, dibantu Brigitta. Sedangkan Gaby bertanggung jawab merekrut karyawan.Perusahaan Reina bergerak di bidang media dan ini diputuskannya berdasar
Reina mengernyit bingung, "Tapi perusahaan kami nggak punya sumber daya, bahkan manajer untuk setiap artis juga belum ...."Sebelum Reina selesai bicara, Ari menunjuk ke pintu."Itu? Ada satu."Manajer Ari adalah salah satu yang terbaik secara skala internasional. Tidak semua orang bisa mempekerjakannya karena dia tidak mau.Dulu manajer ini bersedia menjadi manajer Ari karena melihat potensi Ari.Awalnya, manajer ini menantang diri sendiri untuk membuat Ari terkenal.Namun ternyata Ari memperlakukannya seperti teman sehingga manajer ini tidak punya artis lain untuk dikelola.Manajer yang disebut Ari pun berjalan dengan pasrah menghadap Reina. "Kalau Anda nggak keberatan, aku bisa membantumu membimbing Ari dan artis baru.""Kak Tom memang paling hebat deh!" puji Ari sambil tersenyum."Jangan puji aku. Aku harus katakan dulu situasinya. Sekarang pemutusan kontrak dengan Grup IM agak merepotkan, mungkin Anda perlu turun tangan," kata Tom pada Reina.Ekspresi Ari langsung berubah."Lagi-l
"Sisil, tolong jelaskan padanya ya nanti.""Oke."Sisil langsung menyetujuinya.Ketika Ari keluar, dia menyalahkan Tom karena melibatkan Reina."Kak Tom, kamu ini gimana sih? Masa nyuruh Reina bantu dalam masalah ini? Apa kata orang kalau ketahuan? Bisa-bisa mereka pikir aku mengincar wanita kaya, aku mengejar Reina bahkan mau berurusan sama suaminya karena uang."Tom terdiam dan membatin, "Meski suka Reina secara sepihak, tetap saja termasuk tindakan nggak bermoral mengincar wanita yang sudah menikah.""Aku tahu, nggak akan kuulang." Tom menjawab pasrah.Ari mengangguk, "Oke. Sekarang bantu aku jual semua asetku di luar negeri secepatnya."Ari ingin secepat mungkin mengakhiri kontrak dengan Grup IM sehingga bisa langsung bekerja di perusahaan Reina.Tom tidak punya pilihan selain melakukan perintah Ari, namun dia tetap mengingatkannya, "Kalaupun semua asetmu dijual, uang yang terkumpul paling cuma ada dua triliun. Kamu tetap harus cari cara lain."Selama ini Ari tidak pernah meminta b
"Kalau kamu punya kontak adik Liane, kasih tahu aku. Biar aku ngomong sendiri padanya," ucap Maxime.Yansen pun mencari nomor telepon itu dan memberitahunya pada Maxime....Beberapa jam kemudian.Opini publik mulai berubah dan beberapa media swasta yang tadinya memfitnah Reina satu per satu mulai minta maaf.Saat ini Syena sedang memeriksa kehamilan di rumah sakit. Setelah melihat berita tersebut, dia pun menggila dan langsung menelepon bibinya."Bibi, kok berita di internet malah begitu?""Syena, kamu sudah memprovokasi seseorang yang nggak boleh kamu sentuh sedikit pun. Kali ini aku rugi besar."Meski bibi Syena menyayanginya, dia tahu harus bersikap bijak."Maksudnya? Siapa?" Syena bertanya.Bibinya tidak menjawab dan hanya berkata, "Kamu 'kan sudah melampiaskan amarahmu, Reina juga sudah mendapat pelajaran. Jadi kita akhiri sampai di sini saja.""Tapi ....""Sudah, nggak usah diperpanjang."Bibi Syena yang sangat marah langsung menutup telepon.Raisa yang menemani Syena ke rumah s
Syena sangat tidak terima dimarahi Liane seperti ini.Benar saja, dengan adanya putri kandung, putri angkat tidak penting lagi.Sebelum ada Raisa, Liane pasti akan membantunya menangani Reina, tapi sekarang? Dia benar-benar berhenti berurusan dengan Reina!"Ibu pilih kasih banget deh. Ibu terlalu memihak sama Raisa, Ibu tahu nggak dia itu sebenarnya ..." Syena tiba-tiba berhenti bicara.Kalau dia memberi tahu Liane bahwa Raisa bukan putrinya, maka Liane pasti akan menyelidiki lagi dan bisa-bisa mencurigai Reina. Syena pasti akan berada dalam situasi yang lebih gawat daripada sekarang."Sebenarnya apa?" tanya Liane bingung."Ah nggak. Aku cuma merasa selama ini 'kan selalu aku yang menemanimu Bu. Sekarang begitu ada Raisa, kayaknya Ibu nggak menyukaiku. Hari ini aku datang buat memeriksa kehamilanku dan berita di internet sudah membuatku sangat kesal. Tapi Ibu malah memarahiku."Setelah Syena selesai bicara, dia keluar dari kamar rawat.Liane menoleh menatap punggung Syena yang berjalan
Ethan pun mengangkat telepon.Entah sudah berapa banyak telepon yang dia angkat selama ini, baik telepon iseng atau penipuan. Dia mengangkat semua telepon itu karena takut kalau sampai Brigitta yang meneleponnya.Kali ini, akhirnya dia mendengar suara familiar di ujung telepon."Ethan."Saat ini Brigitta sudah pulang ke rumah Keluarga Andara dan mengumpulkan keberanian untuk menelepon Ethan.Hari ini dia mendapat gaji pertamanya dan langsung membeli ponsel baru.Ethan sangat bersemangat sampai tidak bisa berkata-kata.Brigitta pikir panggilan itu belum tersambung, jadi dia kembali berkata, "Ethan? Bisa dengar aku nggak? Aku Brigitta.""Iya ... Dengar kok. Akhirnya kamu nelepon aku?" Ethan menjawab dengan gemetar.Brigitta benar-benar berhati dingin, masa sudah selama ini dia baru meneleponnya?Awalnya Ethan pikir Brigitta meneleponnya untuk meminta bantuannya karena tidak tahan dengan dunia kerja. Tidak disangka, ternyata Brigitta malah berkata, "Gimana aku bisa menceraikanmu kalau ngg
Reina langsung panik, "Ayo kita ke rumah sakit."Riki meraih tangan Reina."Aku nggak mau ke rumah sakit, aku mau ketemu papa. Papa ada di mana?"Reina pun tahu kalau Riki hanya pura-pura sakit, jadi dia langsung menarik tangannya."Riki, sekarang kamu nakal ya?"Melihat Reina marah, Riki pun langsung berjongkok dan wajahnya terlihat pucat, "Mama ....""Kalau mau ketemu papa, Mama bisa minta Om Deron nganterin kamu ke sana," ucap Reina.Reina tidak menyangka Riki begitu menyukai Maxime sampai pura-pura sakit untuk mendapatkan simpati Reina.Ketika Riki melihat Reina marah, dia berhenti berpura-pura sakit. Dia berdiri dan memeluk Reina. "Maaf Ma, aku salah. Aku nggak berani ulangin lagi. Aku nggak mau ketemu papa."Riki tentu lebih menyayangi Reina dibanding Maxime."Mama ...."Reina masih marah.Kondisi fisik Riki tidak bisa dijadikan bahan lelucon."Maaf Ma, aku salah."Ketika Brigitta melihat Riki begitu memelas, dia pun membantunya, "Nana, sudahlah. Dia masih kecil.""Brigitta, jang
"Oke." Riki memeluk Reina erat-erat dan berhenti bicara.Maxime langsung mengangkat telepon dari Reina, "Ada apa? Kamu kangen aku?"Maxime tidak tahu apa yang terjadi.Reina terlalu malas menanggapi godaan Maxime, dia pun menjawab dengan nada cemas dan isak tangis."Riki sakit. Cepat ke rumah sakit."Setelah mendengar ini, Maxime menjadi serius, "Jangan khawatir, aku akan langsung ke sana."Setelah menutup telepon, dia langsung menelepon Jovan dan memintanya mencari dokter anak terbaik di Kota Simaliki yang ahli penyakit genetik dan leukemia.Kemudian, Maxime langsung pergi ke rumah sakit tanpa memanggil supirnya.Saat ini Reina sedang duduk di kursi koridor rumah sakit sambil menatap darah di tangannya dengan mata sayu.Meski sudah mengalami hal seperti ini berkali-kali, dia selalu ketakutan setengah mati.Kalau sampai terjadi sesuatu pada Riki, Reina pasti tidak bisa hidup.Sisil menghiburnya, "Bos, semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir."Gaby juga berkata, "Ya, pasti akan ba
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba