Reina yang benar-benar tidak bisa melampiaskan perasaannya pun berjalan ke sebuah bar dan memesan beberapa gelas minuman. Hanya dengan mabuk dia bisa melupakan kekhawatirannya untuk sementara waktu.Di sisi lain, Maxime harus mandi air dingin begitu lama sampai efek obatnya hilang.Saat berjalan keluar mengenakan jubah mandinya, dia mendapati Reina tidak ada di rumah.Setelah bertanya kepada pengawal, dia diberi tahu bahwa Reina keluar ke bar sendirian.Di dalam bar.Reina sedang minum-minum sendirian. Tiba-tiba, sesosok tubuh tinggi menghalangi cahaya di depannya.Dia mendongak dengan pikiran sedikit linglung dan melihat wajah tampan Maxime di hadapannya."Kok kamu di sini?"Saat berbicara, terasa aroma menyengat alkohol dari bibir Reina.Maxime mengerutkan kening. "Kapan kamu belajar minum?"Dia dulu bisa langsung mabuk hanya setelah minum satu gelas. Sekarang, ada beberapa gelas di depannya yang semuanya kosong.Reina tidak menyangka dia akan bertanya tentang seberapa banyak dia bis
"Selama kamu bersedia melepaskan aku dan Riki. Bersedia membiarkan semuanya berlalu."Maxime mengencangkan cengkeramannya sedikit demi sedikit. "Nggak akan mungkin."Yang dia katakan sebelumnya itu benar, mana mungkin dua orang yang pernah menjadi suami istri bisa berteman?Jika Reina ingin pergi, mati dulu baru bisa pergi!Mata Reina kehilangan seluruh sinarnya dan dia tersenyum pahit. "Andaikan aku tahu kamu orang yang sangat pendendam, harusnya aku yang minta putus waktu kita menikah dulu."Lagi-lagi berkata andaikan!Seutas awan kelabu pun datang menutupi wajah Maxime, mengingat saat Reina berkata bahwa dia menyesal telah menikah dengannya.Pria itu tidak menjawab lagi.Mobil melaju melewati malam yang gelap. Suasana hening.Reina sedikit pusing dan wajahnya memerah.Maxime mengira dia tertular flu darinya, jadi dia mengangkat tangan ingin mencoba merasakan suhu tubuhnya. Namun, sebelum sempat mendarat di dahi, wanita itu refleks menjauh.Tangannya membeku di tengah jalan. Kemudian
Di dada Maxime terasa seperti ada batu yang menindih.Dia tidak pernah peduli lagi soal uang dan proyek itu.Dia hanya tidak suka ditipu!Entah di dunia bisnis atau di tempat lain, saat itu adalah kali pertama dan satu-satunya dia ditipu dan dipermainkan di depan semua orang!Melihat dia tidak menjawab, Reina tidak tahu bagaimana cara membantunya melepas dendam di hatinya."Selain yang itu, aku benar-benar nggak tahu bagaimana caranya membuatmu melepaskan masa lalu."Saat dia akhirnya berhenti bicara, Maxime menoleh dan melihat sosok mungilnya di kursi."Delapan tahun paling nggak sudah berlalu sejak perjanjian antara keluarga Andara dan keluarga Sunandar. Dalam delapan tahun ini, baik itu proyek atau uang sudah banyak berubah. Kamu mau mengembalikan pakai cara apa?""Sebut satu harga. Entah bagaimana caranya, aku akan mengembalikannya padamu," jawab Reina.Pandangan mata Maxime yang dalam sama-samar bersinar. "Oke kalau begitu, aku akan melepaskanmu setelah kamu membayarnya."Reina se
Setengah jam kemudian, Reina kembali ke kamarnya untuk beristirahat.Maxime masih di ruang kerja.Ketika Alana menelepon Reina, wanita itu tercengang mendengar dia ingin mengembalikan hadiah pertunangan yang setinggi langit sebanyak 15,8 triliun."Gimana caranya kamu bisa mengembalikan uang sebanyak itu? Lagian, uangnya sudah diserobot adik dan ibumu, kenapa kamu yang harus mengembalikan?"Reina duduk di balkon, mencari angin untuk menjernihkan pikirannya."Aku ngobrol banyak sama dia hari ini. Dia sebelumnya nggak pernah janji mau melupakan semuanya. Tapi kali ini, asalkan aku mengembalikan uang itu, dia janji nggak akan ngungkit soal penipuan pernikahan lagi ...."Alana jadi bertanya-tanya. "Nana, tapi kenapa perasaanku, dia sedang menjebakmu?""Dia CEO Grup Sunandar, apa dia masih kekurangan uang 15,8 triliun? Kamu tahu nggak? Aku sudah cari-cari di internet, total uang yang didapatkan Grup Sunandar dari menyewakan toko-tokonya di seluruh negeri setiap tahunnya nggak kurang dari 120
Reina tidak menyangka dia begitu blak-blakan.Memikirkan beberapa kali sebelum ini, pria itu sendiri yang pada akhirnya membuat mereka berhenti di tengah jalan.Kini Reina tidak seantusias sebelumnya. "Kamu yakin?"Maxime melangkah mendekatinya. "Kita masih suami istri, apa salahnya?"Sambil berbicara, tangannya bergerak melepas jubah mandinya.Reina terpaksa memalingkan wajah dan mengalihkan tatapannya.Melihat sorot matanya yang tersipu, Maxime menelan ludah, membuat jakunnya samar-samar naik turun."Jangan khawatir, aku nggak akan menyentuhmu."Reina terkejut.Lalu dia berpikir, tentu saja, itu yang dimaksud."Kalau kamu suka tidur di sini, biar aku tidur di kamar tamu." Dia berbalik hendak pergi.Kalau memang tidak bisa apa-apa, untuk apa tidur di sini.Namun, Maxime lebih cepat dan meraih pergelangan tangannya terlebih dahulu. Dengan satu tarikan kuat, Reina tertarik ke depan dan jatuh ke dalam pelukannya.Reina ingin melepaskan diri, tetapi Maxime memeluknya sangat erat."Jangan
Sesampainya di luar, dia berdiri di balkon. Sejauh mata memandang, hanya ada pegunungan dan pepohonan.Riki mengerutkan keningnya. "Ini bukan mengurung anak-anak, tapi mengurung penjahat."Setelah berdiri di balkon beberapa saat, tubuhnya terasa sedikit tidak enak.Dia memaksa diri untuk menahannya dan pergi mengamati di lain tempat.Selama dikurung di sini, dia selalu mencari-cari kesempatan untuk melarikan diri.Sayangnya, sistem keamanan di sini terlalu ketat. Bahkan jika dia berhasil menghindar dari pengamanan, tubuhnya yang lemah dan sakit tidak akan mampu berlari lebih dari satu kilometer sebelum dia pingsan atau bahkan mati.Setelah berkeliling beberapa saat, si pengasuh akhirnya menyadari bahwa Riki menghilang. Wanita itu pun mulai panik."Riki, Riki, kamu di mana?"Jika terjadi sesuatu pada anak itu, Bos pasti akan mengulitinya.Tubuhnya gemetar ketakutan dan saat itulah Riki berjalan masuk membawa segelas air."Bibi, kamu capek? Minum dulu."Pengasuh itu menghela napas lega s
Maxime tercekat.Perjanjian ....Memangnya perlu perjanjian apa di antara mereka?Takut Reina tidak mau tetap tinggal bersamanya, dia pun dengan enggan berkata, "Kamu buat dulu kalau begitu."Kalau ada yang tidak menguntungkan baginya, dia tidak akan setuju.Setelah berganti pakaian, Maxime naik ke dalam mobilnya dan menuju ke Vila Mata Air.Begitu sampai, dia melihat Riki terbaring di tempat tidur dengan air mata berlinang."Om, akhirnya kamu datang juga. Sudah beri tahu Papa kamu membawaku pergi?"Bagaimana mungkin dia memberi tahu Revin kalau dia membawa pergi anaknya?Maxime mengangkat alisnya dan berkata, "Sekarang dia pasti sudah tahu."Ujung hidung Riki memerah dan mata lebarnya berkaca-kaca. "Lalu kenapa dia belum jemput aku pulang ke rumah?""Aku kangen rumah, aku kangen Papa ..."Maxime mengambil selembar tisu dan memberikannya."Jangan dipikirkan. Dia sudah nggak mau punya kamu lagi."Riki tercengang dalam hatinya. Omong kosong, mana mungkin Om Revin tidak menginginkan dia l
Wajah Maxime sangat suram dan dia segera melepaskan Riki.Sepenakut itukah anak ini?"Paman, jangan pukul Riki. Riki nggak sengaja ... Riki takut ..."Ketika para pengasuh di luar mendengar tangisan anak dalam kamar, mereka mengira bos mereka telah melakukan sesuatu yang buruk padanya.Pengasuh yang selama ini merawat Riki nekat menanggung risiko dipecat dan langsung membuka pintu."Bos, dia masih anak-anak, jangan pukul dia."Setelah masuk, dia melihat noda kuning di kemeja putih Maxime ....Pengasuh itu tiba-tiba menyadari sesuatu dan membuang muka malu-malu.Riki masih ingin membuat Maxime kesal. "Om, kamu marah ya? Kenapa Om diam saja? Kapan aku boleh ketemu Mama?"Maxime menurunkannya kembali ke tempat tidur dengan wajah muram, lalu segera pergi ke kamar mandi.Di kamar mandi, dia mandi berulang-ulang kali. Memikirkan wajah bocah itu, dia tidak tahan ingin menampar pantatnya.Reina wanita yang sangat lembut, bagaimana ceritanya dia bisa melahirkan anak seperti itu ....Maxime kelu
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba