Setelah bertahun-tahun menelan amarahnya, Sisca benar-benar muak.Kalau bukan karena tidak ada anak laki-laki di Keluarga Santiago dan para senior takut keluarga mereka akan jatuh ke tangan keturunan perempuan, mereka tidak akan memaksa Sisca menikahi Carlos. Sisca juga tidak perlu menyiksa diri selama ini.Sekarang, Sisca ingin hidup untuk dirinya sendiri seperti yang dikatakan Reina.Carlos mematung saat melihat perjanjian cerai yang Sisca serahkan. Dia tercengang tidak percaya untuk waktu yang lama."Kamu mau menceraikanku? Bercanda?"Dari dulu meski Cosco selingkuh dan punya anak di luar pernikahan, Sisca tidak pernah komentar.Apa yang terjadi sekarang?Mata Sisca terlihat dingin, "Aku nggak bercanda. Silakan baca baik-baik kesepakatan perceraiannya, kalau nggak ada masalah, kita cerai saja."Dua tahun lagi Sisca akan genap berusia 28 tahun, dia tidak bisa membuang waktu lagi untuk terus mengalah.Dia juga ingin mencari pria yang menyukainya, atau dia bisa membeli sperma berkualit
Sisca tidak menyangka orangtuanya akan berubah, hal ini membuatnya lebih percaya diri untuk menceraikan Carlos.Lalu, Sisca mengirim pesan kepada Reina, "Nana, terima kasih. Akhirnya aku membuat keputusan yang tepat."Reina bingung saat melihat pesan itu."Keputusan apa?""Aku sudah siap menceraikan Carlos dan menjalani hidupku dengan baik ke depannya," balas Sisca.Saat Reina membaca pesan itu, dia pun sadar Sisca sudah membuat keputusan dan Reina ikut bahagia untuknya."Baiklah, selamat atas hidup barumu."Reina tahu lebih baik dari siapa pun bahwa memang ada beberapa pernikahan yang hancur berantakan.Dulu, Maxime hanya bersikap acuh tak acuh padanya, tapi si Carlos benar-benar tidak tahu malu.Carlos bukan hanya membuat Sisca kehilangan muka di depan publik, Carlos bahkan meminta Sisca membesarkan anaknya dengan selingkuhannya dan membiarkan anak haram itu menindas Sisca.Pria seperti ini tidak pantas mendapatkan istri sebaik Sisca.Setelah Sisca bertekad untuk bercerai, dia tidak
Bukankah dulu waktu Reina menikah dengan Maxime, Ekki sering menindasnya? Nah, sekarang gantian Reina yang balas dendam."Nana, kamu benar juga. Oke! Aku akan buat perjanjian pranikahnya dengan detail."Ekki yang berada jauh di sana pun bersin.Ekki belum tahu bahwa dia sudah tertipu oleh cara main Reina dan ke depannya dia akan tunduk pada Gaby.Sisil hanya diam saat melihat Reina, Gaby dan Brigitta. Yang satu sudah menikah, yang satu sedang mempersiapkan pernikahan, yang satu bersiap untuk bercerai. Namun, hanya Sisil yang masih sendiri, dia juga ingin punya kisah cinta yang manis."Bos, aku mau jalan-jalan.""Oke."Sisil berjalan keluar dan kebetulan melihat Deron yang baru saja kembali bersama Riki.Deron bertubuh tegap dan gagah, memancarkan aura dingin yang membuat orang lain tidak berani mendekat.Sisil pun mencuri pandang beberapa kali.Deron menggandeng Riki menghampiri Sisil, lalu menyerahkan Riki kepadanya, "Aku pulang dulu."Sisil tertegun di tempat untuk waktu yang lama, "
Setelah Riki membujuk Sisil, dia kembali memulai siaran langsung.Akhir-akhir ini Riki terlalu sibuk dan banyak tante-tante online yang menunggunya siaran. Untungnya Riki tidak selurus Sisil, kalau tidak, mana mungkin dia bisa menarik hati banyak tante-tante online?Sisil hanya menatap sosok Riki yang pergi menjauh dan otaknya terasa kosong.Kenapa dia harus belajar dengan wanita nakal?Sisil tidak menganggap serius ucapan Riki....Berita pernikahan Alana dan Jovan langsung menyebar ke segala penjuru. Saat ini semua media massa mengumumkan rencana pernikahan keduanya.Reina langsung melihat berita ini saat bangun pagi harinya.Sekarang setelah keduanya pasti menikah, Reina jadi memikirkan hadiah pernikahan apa yang harus dia siapkan untuk Alana.Saat ini di Grup Rajawali.Semua kejadian di pesta pernikahan Morgan kemarin lusa sedang di bahas dalam rapat internal.Begitu Reina sampai di kantor, dia bisa langsung merasakan ada yang janggal dengan suasana kantor.Sisil datang dan berkata
"Apa hasilnya?" tanya Reina yang penasaran.Sisil yang sudah mencari tahu pun menjawab, "Posisi Morgan nggak berubah, tetapi pemegang saham memberinya waktu satu tahun. Kalau perusahaan kembali mengalami krisis, dia akan dipecat."Reina mengangguk.Setelah Sisil duduk, dia kembali berkata, "Tapi Grup IM itu punya siapa sih? Mereka kuat banget, mereka menekan dan mengendalikan Grup Rajawali.""Aku juga nggak tahu. Aku sudah memeriksanya, tapi cuma ada sedikit informasi." Reina berpikir sejenak, tiba-tiba terpikir sesuatu dan berkata kepada Sisil, "Harusnya Ari tahu! Dia artis di bawah naungan Grup IM.""Serius? Wah Ari memang hebat," ucap Sisil.Sayangnya mereka tidak tahu betapa sulitnya bagi Ari tinggal di luar negeri dan syuting iklan yang merusak citranya setiap hari.Bahkan manajer Ari sering bertanya padanya, "Kamu yakin nggak pernah menyinggung pimpinan Grup IM?"Kalau tidak, kenapa mereka mengirim Ari seorang superstar ke tempat semiskin ini untuk syuting iklan yang tidak bergun
Rendy yang sedang dirawat di rumah sakit saat ini merintih kesakitan.Aarav menunggu di luar kamar rawat sangat sedih. Setelah dokter dan suster pergi, dia dan Melisha masuk ke kamar rawat dan langsung melihat tubuh Rendy yang penuh ditempeli peralatan medis."Rendy, Ayah datang."Begitu Rendy mendengar suara Aarav, dia mengangkat tangannya dengan susah payah, "Ayah ...."Dia langsung menangis tersedu-sedu, dia sudah lama menderita."Ayah ... Ini ulah Maxime ...."Aarav tidak menyangka Maxime akan begitu kejam terhadap Rendy. Dia bertanya pada Melisha, "Di mana kamu menemukannya?""Di tempat pembuangan sampah yang terbengkalai. Kalau aku telat datang, Rendy pasti sudah mati." Melisha juga menutupi wajahnya dan menangis."Benar-benar keterlaluan!"Aarav menggertakkan gigi, "Apa Maxime pikir dia masih menguasai dunia sama kayak dulu?""Ayah harus membalaskan dendam Rendy. Dengan kondisi Rendy seperti ini, bagaimana nasibku dan Tommy?"Sebenarnya Melisha ingin memberi Rendy pelajaran kare
Reina tertegun sesaat dan langsung menjauh dari Maxime. Dia yang malu pun berkata, "Nggak kok, mungkin suhu di mobil terlalu panas."Reina ingin sekali bersembunyi di dalam gua.Dia 'kan sudah lama mengenal Maxime dan bukannya belum pernah saling bersentuhan. Kenapa belakangan ini jantungnya berdegup kencang setiap kali berada dekat dengan Maxime? Bahkan ada hasrat untuk menyentuh Maxime.Maxime tidak mencurigai jawaban Reina, dia langsung meminta sopir menurunkan suhu di dalam mobil."Sudah lebih dingin?""Ya, sudah cukup."Reina duduk dan terus mencuri pandang pada Maxime.Reina berpikir, mungkin dia seperti ini karena memang sudah tertarik pada wajah Maxime sejak masih kecil.Karena takut ketahuan oleh Maxime, Reina pun terus berpaling ke arah jendela.Maxime melihat tingkah aneh Reina, dia pun menggandeng tangan Reina.Saat kedua tangan mereka bersatu, Reina merasa telapak tangannya sangat panas. Sebelum Reina sempat melepaskan gandengan tangan Maxime, pria itu tiba-tiba memasang b
Melihat Reina yang begitu keras kepala, Maxime pun berlari mengejar Reina dan langsung menggendongnya tanpa berkata apa-apa.Tubuh Reina terangkat dan spontan dia langsung meraih lengan Maxime dengan satu tangan dan melindungi perutnya dengan tangan lainnya."Kamu ngapain? Cepat turunkan aku!"Reina kaget setengah mati oleh sikap Maxime."Kamu mau pulang, 'kan? Aku gendong kamu pulang."Reina sampai tidak bisa berkomentar. Pulang jalan kaki? Butuh berapa jam?"Kamu bercanda?""Aku nggak bercanda, ayo kugendong pulang. Kamu 'kan mabuk mobil?" Maxime berjalan cepat sambil menggendong Reina.Awalnya Reina pikir Maxime hanya bercanda, sampai mereka sudah keluar area Vila Magenta, barulah Reina sadar betapa seriusnya Maxime. Penghuni vila lain dan para pejalan kaki mulai menatap mereka.Reina ingin sekali mengubur kepalanya ke dalam tanah, dia pun berkata, "Mmm ... mendingan pulang pakai mobil aja deh, aku bisa tahan kok.""Ya nggak bisa. Kamu bisa tahan, tapi anak kita nggak bisa. Nggak ap
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba