"Bos, Bu Jess barusan ke sini. Dia minta Anda langsung ke kantor CEO." Salah satu bawahan Reina datang melapor.Saat Reina hendak pergi ke sana, bawahannya berkata, "Katanya Bu Liane datang dan sepertinya mau cari masalah denganmu."Liane?Reina mengangguk, "Oke, terima kasih."Pertama-tama Reina pergi ke toilet, menelepon seseorang, lalu naik lift ke kantor CEO.Di luar kantor, beberapa sekretaris menatap Reina seolah-olah sedang menonton sinetron.Jess menghampiri dan mengingatkannya, "Sekarang Bu Liane sangat marah, kayaknya perkara putri bungsunya."Reina tidak menyangka Jess akan mengingatkannya, Reina memberi lirikan terima kasih, lalu mengetuk pintu kantor CEO."Masuk."Morgan menjawab dari dalam.Reina membuka pintu ruangan Morgan dan melihat Morgan sedang duduk di kursinya, sedangkan Liane dan kedua putrinya duduk di sofa.Mungkin karena merasa bersalah, Raisa tidak berani menatap Reina.Namun Liane mengira Raisa tidak berani menatap Reina karena takut padanya karena kemarin s
Reina mengepalkan tangannya, "Kalau aku nggak mau minta maaf?"Liane menoleh dan menatap Morgan."Morgan, apa karyawan seperti ini harus dipertahankan?"Morgan menatap Reina dengan tajam dan berkata padanya, "Nana, minta maaf."Jangankan Reina, Morgan saja tidak berani melawan Liane.Grup Rajawali memang sangat membutuhkan Grup Hinandar.Apalagi Liane itu pemain veteran yang ahli dalam strategi. Morgan tahu betul bahwa dengan kekuatannya saat ini, dia tidak bisa melindungi Reina agar tidak disakiti oleh Liane.Reina juga tahu hal itu. Dia menggertakkan gigi dan berjalan menuju Syena dan Raisa."Maaf."Syena merasa bangga saat melihat Reina dengan enggan meminta maaf padanya.Namun, tentu dia tidak akan melepaskan Reina pergi begitu saja."Katanya kemarin kamu menyuruh adikku melakukan banyak hal? Apa cukup hanya dengan meminta maaf?""Terus kamu mau aku ngapain?"Syena menunjuk ke lantai."Ucapan minta maafmu nggak tulus. Cepat berlutut sambil minta maaf."Raisa yang di samping Syena t
"Anak muda suka ceroboh. Bu Liane, aku minta maaf padamu dan anak-anak ya untuk kesalahan menantuku ini. Menurutku nggak usah berlutut, kita semua 'kan keluarga. Lagian, menantuku ini juga lagi hamil." Ini adalah pertama kalinya Joanna bersikap baik pada wanita yang lebih muda darinya.Meski dari tadi Liane keras hati, setelah melihat Joanna bicara mewakili Reina dan meminta maaf untuk Reina, wajahnya pun terlihat bahagia.Joanna kembali berkata pada Reina, "Cepat, minta maaf sama Nona Raisa. Bu Liane sudah tahu lah kelakuan kalian, dia nggak akan perhitungan buat soal kayak gini."Dibanding Reina yang keras kepala, Joanna lebih bijaksana.Reina pun mengalah dan berujar dengan lembut, "Nona Raisa, aku minta maaf. Ini semua salah paham, aku minta maaf."Kalau sudah begini, Liane dan Raisa tidak bisa mempersulit Reina lebih jauh, karena kalau ya, mereka yang sudah keterlaluan.Dari hal ini Liane juga melihat beberapa petunjuk. Mungkin Reina memang tidak mempersulit putrinya, karena kalau
Setelah itu, Melisha melangkah maju dan mengambil kontrak proyek di meja Reina.Setelah itu, sebelum Melisha beranjak pergi, dia mengejek semua karyawan departemen penjualan kelima, "Coba lihat atasan kalian kayak gitu. Mendingan cepat angkat kaki deh dari sini."Melisha pergi dengan sombong.Karyawan departemen penjualan kelima sangat marah. Semua kontrak luar negeri ini diperoleh bos mereka dengan susah payah dan sekarang semuanya malah diberikan begitu saja ke Melisha.Bawahan Reina pun mulai mengirim pesan di grup."Bos, ayo kita mengundurkan diri bareng. Nggak kerja di sini juga nggak apa-apa.""Ya, ya, ini sangat nggak adil.""Dulu kukira perusahaan sebesar Grup Rajawali pasti punya standar manajemen, nggak kusangka ternyata di sini juga main orang dalam.""Kayaknya karena ganti bos sih. Dulu waktu zaman Pak Maxime mana ada nepotisme begini.""..."Semua orang mengeluh di grup.Reina tahu persis bagaimana perasaan para bawahannya, dia pun mengetik balasan, "Kalian sabar ya, aku j
Reina akhirnya sadar maksud kedatangan Rendy."Pak Rendy, aku mau tanya sesuatu.""Apa?""Kalau aku setuju jadi selingkuhanmu, gimana caranya kamu melindungiku supaya nggak disakiti Melisha? Terus, kalau sampai dia tahu tentang kita, apa yang harus kulakukan?" Diam-diam, Reina sudah merekam percakapan ini dengan ponselnya.Rendy tentu saja tidak terpikir Reina mampu melakukan hal seperti ini.Karena Rendy punya banyak wanita simpanan, dia sangat percaya diri dan berpikir bahwa Reina juga akan menyukainya.Apalagi Maxime sudah jadi orang idiot, sedangkan Rendy masih seorang pria perkasa."Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal itu. Pokoknya aku nggak akan biarin macan betina itu menyakitimu. Lagian aku nggak mungkin ketahuan kok, kukasih tahu ya, tiap kali aku melakukan perjalanan bisnis, aku itu bersenang-senang sama banyak wanita."Rendy berkata dengan nada bangga, "Melisha nggak tahu apa-apa. Dia itu bodoh dan percaya sama semua kata-kataku.""Kalau sekarang aku setuju, apa kamu bisa b
Maxime tidak berkata apa-apa. Detik berikutnya, dia mencondongkan tubuh ke arah Reina dan mencium Reina.Pipi Reina terasa seperti terbakar. Dia malu sekali, mengingat mereka tidak berduaan saja di mobil itu, masih ada pak sopir.Reina memukul bahu Maxime dengan lembut.Barulah akhirnya Maxime melepaskannya, "Kenapa? Kamu nggak enak badan? Kok wajah kamu merah banget?"Reina sekarang yakin Maxime benar-benar bisa melihat.Tapi ... pertanyaan Maxime ini lucu juga. Kenapa wajahnya merah? Ya jelas karena Maxime menyerangnya tiba-tiba lah."Nggak, aku nggak apa-apa."Reina menoleh dan berkata, "Aku bilang sopirku dulu nggak usah jemput."Maxime menatap Reina yang sedang mengirim pesan.Reina melirik Maxime dengan bingung, "Ngapain ngeliatin aku terus?"Jakun Maxime menegang."Susah payah aku bisa melihat, tentu aku mau lihat kamu terus."Matanya tertuju pada perut Reina yang sudah membesar, Maxime pun memeluk Reina lebih erat, "Maaf sudah merepotkanmu belakangan ini."Bicara tentang belaka
Ekspresi Syena seketika berubah dan dia langsung menjelaskan, "Aku nggak ngerti apa-apa. Kejadian hari ini nggak ada hubungannya sama aku. Semalam Raisa yang mengadu ke ibu kalau Reina sudah menindasnya."Morgan tidak bodoh, mana mungkin dia percaya ucapan Syena?"Syena, kita akan menikah bulan depan. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan Reina lagi. Aku nggak punya perasaan padanya." Morgan memajukan pernikahannya supaya Syena tidak lagi berulah.Syena sangat gembira, namun sedetik kemudian dia merasa masam."Kamu mau nikah sama aku demi Reina ya?""Kalau aku suka sama dia, ngapain aku milih kamu?" tanya Morgan.Syena pun tidak bisa menyahut.Ya, harusnya Morgan memang menyukai Syena bukan? Pria sehebat Morgan saja mau menikahi Syena yang sedang mengandung anak haram entah milik siapa.Harusnya Reina hanya menjadi masa lalu Morgan saja. Wajar bukan kalau dalam hidup pria ada beberapa wanita yang mampir?Syena menghibur dirinya sendiri, lalu meyakinkan Morgan, "Morgan jangan khawatir, nanti
Kaki Raisa seketika terasa lemah dan dia langsung jatuh berlutut tepat di hadapan Syena."Kak, tolong jangan kasih tahu Bu Liane, aku juga sangat terpaksa. Anakku sakit parah, tanpa bantuan Bu Liane, kami nggak mungkin bisa membawanya ke dokter untuk menyembuhkannya, kami juga nggak punya yang."Mata Raisa berkaca-kaca dan seluruh tubuhnya gemetar.Syena yang berdiri menatap wanita yang sedang bersimpuh di kakinya ini, lenyaplah sudah rasa kesalnya tadi."Cih, kakak? Aku nggak sudi jadi kakakmu. Mulai sekarang, kalau kita hanya berduaan, kamu harus memanggilku Nona Syena, paham?"Raisa mengangguk berulang kali, "Iya paham, Nona Syena.""Jangan khawatir, aku nggak akan bongkar identitasmu, tapi kamu juga harus tahu diri. Mulai sekarang, kamu harus melakukan semua yang kuperintahkan, paham?" ucap Syena."Oke baik, selama Anda tidak membongkar kedokku, aku akan melakukan semua perintahmu." Dalam hati, Raisa menghela napas lega.Dia bahkan tidak memikirkan kenapa Syena begitu baik hati unt
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba