"Bu Reina?" Liane mengernyit bingung, "Bu Reina yang mana?"Kenapa Grup Rajawali mengutus orang yang tidak dikenalnya untuk mengerjakan kerja sama yang begitu penting?"Kayaknya namanya Reina Andara," kata Raisa.Begitu mendengar nama ini ....Ekspresi Liane langsung berubah menjadi sangat tidak enak dilihat."Lagi-lagi si Reina!"Raisa sampai ketakutan dengan perubahan ekspresi Liane yang tiba-tiba, "Ke ... kenapa?""Reina ini sudah sering menindas kakakmu, sekarang dia malah menindasmu. Dia itu sombong ya, mentang-mentang menjabat gelar nyonya muda Keluarga Sunandar." Liane sangat marah.Syena pun menambahkan, "Bu, hari ini 'kan aku pergi periksa kehamilan. Mungkin Reina bersikap begitu karena melihat aku nggak di kantor dan menganggap Raisa adalah bawahannya, jadi ...""Gimana bisa Raisa jadi bawahannya? Dia itu putriku! Bukannya kamu sudah memberitahunya?" Liane menjadi semakin marah.Syena menjelaskan, "Yah waktu aku memperkenalkan ke Reina sih aku sudah bilang ya Raisa itu adik k
Apalagi Ethan baru mendapat seorang putri yang begitu berharga.Maxime tidak ingin menyeret Ethan dalam kesulitan."Oke."Ethan menurut pada Maxime.Belakangan ini karena menemani istrinya melahirkan, dia jarang menghubungi Maxime dan Jovan.Itu pula sebabnya Morgan juga tidak mewaspadainya.Setelah itu, Ethan menunjukkan putrinya pada Maxime seperti sebuah harta karun, "Kak Max lihat, tuh putriku bisa bikin gelembung."Bayi mungil yang bahkan tidak sampai sepanjang lengan Ethan itu membuat gelembung dari mulut kecilnya, hal sesederhana ini saja membuat hati Ethan meleleh.Sebelumnya dia takut kalau anak yang lahir adalah laki-laki seperti yang Maxime dapatkan. Dia malas mendidik putranya, untung saja dia dikaruniai putri yang lucu.Maxime tidak berdaya dengan kelakuan Ethan, dia bekerja sama dengannya dan berkata, "Ya, lucu banget dia.""Hahh, memang mending punya anak perempuan. Memang anak perempuan itu yang bisa melengkapi kita sebagai ayah. Kak Max, kamu harus mendidik kedua putra
"Bos, Bu Jess barusan ke sini. Dia minta Anda langsung ke kantor CEO." Salah satu bawahan Reina datang melapor.Saat Reina hendak pergi ke sana, bawahannya berkata, "Katanya Bu Liane datang dan sepertinya mau cari masalah denganmu."Liane?Reina mengangguk, "Oke, terima kasih."Pertama-tama Reina pergi ke toilet, menelepon seseorang, lalu naik lift ke kantor CEO.Di luar kantor, beberapa sekretaris menatap Reina seolah-olah sedang menonton sinetron.Jess menghampiri dan mengingatkannya, "Sekarang Bu Liane sangat marah, kayaknya perkara putri bungsunya."Reina tidak menyangka Jess akan mengingatkannya, Reina memberi lirikan terima kasih, lalu mengetuk pintu kantor CEO."Masuk."Morgan menjawab dari dalam.Reina membuka pintu ruangan Morgan dan melihat Morgan sedang duduk di kursinya, sedangkan Liane dan kedua putrinya duduk di sofa.Mungkin karena merasa bersalah, Raisa tidak berani menatap Reina.Namun Liane mengira Raisa tidak berani menatap Reina karena takut padanya karena kemarin s
Reina mengepalkan tangannya, "Kalau aku nggak mau minta maaf?"Liane menoleh dan menatap Morgan."Morgan, apa karyawan seperti ini harus dipertahankan?"Morgan menatap Reina dengan tajam dan berkata padanya, "Nana, minta maaf."Jangankan Reina, Morgan saja tidak berani melawan Liane.Grup Rajawali memang sangat membutuhkan Grup Hinandar.Apalagi Liane itu pemain veteran yang ahli dalam strategi. Morgan tahu betul bahwa dengan kekuatannya saat ini, dia tidak bisa melindungi Reina agar tidak disakiti oleh Liane.Reina juga tahu hal itu. Dia menggertakkan gigi dan berjalan menuju Syena dan Raisa."Maaf."Syena merasa bangga saat melihat Reina dengan enggan meminta maaf padanya.Namun, tentu dia tidak akan melepaskan Reina pergi begitu saja."Katanya kemarin kamu menyuruh adikku melakukan banyak hal? Apa cukup hanya dengan meminta maaf?""Terus kamu mau aku ngapain?"Syena menunjuk ke lantai."Ucapan minta maafmu nggak tulus. Cepat berlutut sambil minta maaf."Raisa yang di samping Syena t
"Anak muda suka ceroboh. Bu Liane, aku minta maaf padamu dan anak-anak ya untuk kesalahan menantuku ini. Menurutku nggak usah berlutut, kita semua 'kan keluarga. Lagian, menantuku ini juga lagi hamil." Ini adalah pertama kalinya Joanna bersikap baik pada wanita yang lebih muda darinya.Meski dari tadi Liane keras hati, setelah melihat Joanna bicara mewakili Reina dan meminta maaf untuk Reina, wajahnya pun terlihat bahagia.Joanna kembali berkata pada Reina, "Cepat, minta maaf sama Nona Raisa. Bu Liane sudah tahu lah kelakuan kalian, dia nggak akan perhitungan buat soal kayak gini."Dibanding Reina yang keras kepala, Joanna lebih bijaksana.Reina pun mengalah dan berujar dengan lembut, "Nona Raisa, aku minta maaf. Ini semua salah paham, aku minta maaf."Kalau sudah begini, Liane dan Raisa tidak bisa mempersulit Reina lebih jauh, karena kalau ya, mereka yang sudah keterlaluan.Dari hal ini Liane juga melihat beberapa petunjuk. Mungkin Reina memang tidak mempersulit putrinya, karena kalau
Setelah itu, Melisha melangkah maju dan mengambil kontrak proyek di meja Reina.Setelah itu, sebelum Melisha beranjak pergi, dia mengejek semua karyawan departemen penjualan kelima, "Coba lihat atasan kalian kayak gitu. Mendingan cepat angkat kaki deh dari sini."Melisha pergi dengan sombong.Karyawan departemen penjualan kelima sangat marah. Semua kontrak luar negeri ini diperoleh bos mereka dengan susah payah dan sekarang semuanya malah diberikan begitu saja ke Melisha.Bawahan Reina pun mulai mengirim pesan di grup."Bos, ayo kita mengundurkan diri bareng. Nggak kerja di sini juga nggak apa-apa.""Ya, ya, ini sangat nggak adil.""Dulu kukira perusahaan sebesar Grup Rajawali pasti punya standar manajemen, nggak kusangka ternyata di sini juga main orang dalam.""Kayaknya karena ganti bos sih. Dulu waktu zaman Pak Maxime mana ada nepotisme begini.""..."Semua orang mengeluh di grup.Reina tahu persis bagaimana perasaan para bawahannya, dia pun mengetik balasan, "Kalian sabar ya, aku j
Reina akhirnya sadar maksud kedatangan Rendy."Pak Rendy, aku mau tanya sesuatu.""Apa?""Kalau aku setuju jadi selingkuhanmu, gimana caranya kamu melindungiku supaya nggak disakiti Melisha? Terus, kalau sampai dia tahu tentang kita, apa yang harus kulakukan?" Diam-diam, Reina sudah merekam percakapan ini dengan ponselnya.Rendy tentu saja tidak terpikir Reina mampu melakukan hal seperti ini.Karena Rendy punya banyak wanita simpanan, dia sangat percaya diri dan berpikir bahwa Reina juga akan menyukainya.Apalagi Maxime sudah jadi orang idiot, sedangkan Rendy masih seorang pria perkasa."Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal itu. Pokoknya aku nggak akan biarin macan betina itu menyakitimu. Lagian aku nggak mungkin ketahuan kok, kukasih tahu ya, tiap kali aku melakukan perjalanan bisnis, aku itu bersenang-senang sama banyak wanita."Rendy berkata dengan nada bangga, "Melisha nggak tahu apa-apa. Dia itu bodoh dan percaya sama semua kata-kataku.""Kalau sekarang aku setuju, apa kamu bisa b
Maxime tidak berkata apa-apa. Detik berikutnya, dia mencondongkan tubuh ke arah Reina dan mencium Reina.Pipi Reina terasa seperti terbakar. Dia malu sekali, mengingat mereka tidak berduaan saja di mobil itu, masih ada pak sopir.Reina memukul bahu Maxime dengan lembut.Barulah akhirnya Maxime melepaskannya, "Kenapa? Kamu nggak enak badan? Kok wajah kamu merah banget?"Reina sekarang yakin Maxime benar-benar bisa melihat.Tapi ... pertanyaan Maxime ini lucu juga. Kenapa wajahnya merah? Ya jelas karena Maxime menyerangnya tiba-tiba lah."Nggak, aku nggak apa-apa."Reina menoleh dan berkata, "Aku bilang sopirku dulu nggak usah jemput."Maxime menatap Reina yang sedang mengirim pesan.Reina melirik Maxime dengan bingung, "Ngapain ngeliatin aku terus?"Jakun Maxime menegang."Susah payah aku bisa melihat, tentu aku mau lihat kamu terus."Matanya tertuju pada perut Reina yang sudah membesar, Maxime pun memeluk Reina lebih erat, "Maaf sudah merepotkanmu belakangan ini."Bicara tentang belaka
Ketika Joanna mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri dan langsung mencibir, "Pak Obin bukannya nggak kenal sama kamu, tapi dia nggak mau menggubrismu."Joanna meregangkan punggungnya."Kamu ingat saat kamu pergi ke luar negeri dan bersenang-senang di sana? Pak Obin butuh bantuan, tapi dia nggak bisa menghubungiku, jadi dia menemuimu. Tapi, kamu bahkan nggak mau dengar apa yang mau dia katakan."Ini sudah lama sekali, Daniel tentu saja melupakannya."Apa ada hal seperti itu?" Daniel sedikit canggung.Joanna memutar matanya ke arahnya. "Ingatanmu itu hebat sekali, selalu melupakan apa pun yang nggak menguntungkanmu."Daniel dipermalukan olehnya, tetapi dia tidak merasa harga dirinya hancur seperti sebelumnya.Dia juga tahu bahwa sekarang dia tengah memohon bantuan."Itu salahku. Kamu bisa minta Pak Obin menemuiku nggak? Sekalian biar aku minta maaf sama dia," kata Daniel.Joanna bingung saat melihat Daniel seperti ini. "Daniel, kamu mau apa sebenarnya? Kenapa hari ini kamu hormat beg
Melisha sangat marah ketika mengetahui bahwa putranya benar-benar diganggu. Dia mengambil tisu dan menghapus noda air mata di wajah Tommy. "Nggak usah nangis, kamu mau jadi apa nangis begitu."Tommy segera menutup mulutnya ketika mendengar ibunya memarahinya."Berani sekali mereka ganggu kamu. Aku akan membuat mereka menerima akibatnya."Melisha diam-diam memutuskan untuk memberi pelajaran kepada anak-anak Reina.Setelah Tuan Besar Latief meninggal, keluarga dari pihak Aarav sering diremehkan. Saudara dan kerabat lebih berpihak ke keluarga Daniel.Itu bukan karena Maxime telah mencuri Grup Sunandar dari mereka!Sekarang, Maxime bahkan menggabungkan Grup Sunandar ke dalam IM Group yang dia dirikan.Siapa yang bisa menjamin kalau Maxime tidak melakukan trik untuk menutup kekurangan IM Grup dengan menggunakan dana dari Grup Sunandar?Melisha makin kesal saat mendengarnya."Hmm." Tommy mengangguk berkali-kali.Sekembalinya ke rumah, Melisha mencari Aarav.Di dalam ruang kerja.Aarav sedang
Tommy menelan ludah, tetapi tidak berani mengatakan yang sebenarnya pada Melisha."Ma, aku memang jatuh sendiri, ini nggak ada hubungannya sama orang lain."Dia tidak bisa diremehkan oleh Riko dan Riki, apalagi ada banyak gadis di sini.Bagaimana mungkin dia mengandalkan ibunya saat menghadapi masalah? Dia tidak ingin dianggap anak mami oleh mereka.Melisha terpaksa harus berhenti saat melihat Tommy tidak bersedia mengatakan apa pun."Kenapa kamu ceroboh sekali. Lain kali hati-hati.""Ya." Tommy mengangguk.Setelah itu. Melisha membawanya pergi.Saat Tommy berjalan pergi, dia tidak lupa untuk menoleh ke arah Riko dan Riki.Saat ini, Reina juga baru sampai dan kebetulan melihat Tommy dan Melisha pergi.Dia bergegas ke depan. "Riko, Riki, kalian baik-baik saja?"Dia khawatir anak-anaknya diganggu oleh Melisha.Kedua anak kecil itu menggelengkan kepala dan berkata serempak, "Kami baik-baik saja."Baru setelah itu Reina menghela napas lega.Wajah Ririn mengembang dengan senyuman saat melih
Sejujurnya, Riki tidak tahu persis apa arti dari perkataan Riko, tetapi dia punya firasat bahwa itu benar.Sudut mulut Tommy bergerak pelan. Dia hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba melihat seseorang yang tidak asing."Mama, hiks ...."Ternyata Melisha datang menjemputnya.Riko dan Riki saling berpandangan dan keduanya mengerutkan kening.Riki berdecak, "Sudah besar, tapi masih mengadu saat diganggu. Ckck, nggak tahu malu."Wajah Tommy membeku, lupa untuk bersikap menyedihkan.Melisha tidak tahu apa yang telah terjadi dengan Tommy. Namun, melihat Tommy berdiri di depan Riki dan Riko dalam keadaan baju penuh debu dan wajah kotor, dia bergegas maju."Nak, kamu kenapa? Kenapa kamu nangis? Siapa yang mengganggumu?"Mata Melisha menatap dingin ke arah Riki dan Riko saat mengatakan ini.Riko tidak takut padanya dan balik menatapnya.Tatapan mata yang dingin dan gelap itu membuat Melisha sedikit takut. Anak ini benar-benar mirip dengan ayahnya, Maxime.Tommy ingin mengomel, tetapi saat dia te
Dalam perjalanan pulang, Reina sekalian menjemput Riko dan Riki.Di dalam sekolah dasar.Sekolah baru saja berakhir dan anak-anak mengemasi tas mereka, bersiap-siap untuk pulang.Ketika Tommy tiba di sekolah barunya, dia mengira semua orang akan melayaninya seperti di taman kanak-kanak. Namun, dia tidak menyangka bahwa semua anak mengelilingi Riko dan Riki.Dia sangat gelisah. Setelah mengemasi tas sekolahnya, dia melihat Alfian sedang menunggu Riko dan Riki. Dia berjalan ke arahnya dan memukul pundaknya dengan keras."Peliharaan yang baik nggak akan ngalangin jalan."Alfian langsung cemberut. "Siapa katamu?""Aku bilang sama yang jawab." Dagu Tommy terangkat tinggi, menunjukkan ekspresi seperti menantang Alfian.Alfian benar-benar tidak berani melakukan apa pun padanya. Bagaimanapun juga, perusahaan dan keluarganya masih berhubungan dengan Tommy.Dia menahan amarahnya dan tidak berani mengatakan apa-apa lagi.Tommy menjadi makin senang dengan situasi ini. Dia bahkan menjulurkan lidahn
Mendengar suara Morgan, kekhawatiran di hati Joanna akhirnya menghilang."Di negara mana kamu sekarang?" tanyanya.Di ujung telepon, Morgan berkata, "Aku ingin bebas, kalian nggak perlu tahu aku ada di mana. Jangan menghubungiku lagi untuk sementara waktu. Ketika aku ingin menghubungi kalian, aku pasti akan melakukannya."Joanna menggenggam ponsel dengan erat, kesedihan terlihat jelas di matanya."Kalau begitu, setidaknya kasih tahu Ibu kamu ada di mana.""Kalau aku bilang, kalian pasti akan datang, jadi lebih baik aku nggak bilang." Morgan melanjutkan, "Sudah, aku tutup dulu teleponnya."Joanna hendak mengatakan sesuatu yang lain, tetapi panggilan sudah dimatikan secara sepihak.Dia menghela napas panjang. "Dia kenapa sebenarnya? Pergi ke luar negeri, tapi nggak mau bilang dia pergi ke mana."Daniel pun menjadi tenang, tidak lupa menghiburnya, "Wajar saja kalau pria suka bepergian. Sudah, nggak usah khawatirkan dia."Joanna menatapnya dengan tatapan kosong. "Dia begini pasti mewarisi
"Ini darah Morgan." Maxime berbicara dengan perlahan.Mata Reina dipenuhi dengan keterkejutan. "Apa?""Aku mengurungnya. Barusan aku menemuinya dan menghajarnya lagi." Maxime menjelaskan.Lagi ....Reina hanya tahu bahwa hilangnya Morgan ada hubungannya dengan Maxime, tetapi dia tidak tahu bahwa Maxime juga memukuli adiknya sendiri."Bukannya dia lagi nggak sehat? Kamu memukulinya, bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu padanya?" Reina sedikit khawatir.Maxime mendengus dingin sebelum berkata, "Dia beruntung kalau sampai terjadi sesuatu dengannya."Reina terdiam, tidak tahu apa yang harus dia katakan."Sudah, aku sudah mengatakan semuanya, jadi jangan marah dan tidurlah. Aku akan memelukmu biar kamu nggak mimpi buruk lagi." Maxime berkata dengan suara hangat.Reina mengikutinya ke tempat tidur, tetapi tetap tidak bisa tidur setelah berganti posisi berkali-kali.Maxime menariknya ke dalam pelukannya. "Kenapa?""Aku nggak bisa tidur," kata Reina.Maxime menunduk dan mencium alisnya. "Ngg
Kediaman Keluarga Andara.Reina mengalami mimpi buruk lagi. Ketika terbangun dari mimpi buruknya, dia secara naluriah memeluk Maxime di sampingnya.Namun, tangannya yang terulur tidak meraih apa pun.Reina menyalakan lampu di samping tempat tidur dan menyadari bahwa Maxime tidak ada di sampingnya."Pergi ke toilet?" Reina sedikit bingung dan melihat ke arah toilet, lampu di sana juga tidak menyala.Dia jadi sulit tidur dan sedikit takut karena Maxime tidak ada. Dia langsung bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke luar.Ketika masuk ke aula, tidak ada lampu yang menyala. Rumah dalam keadaan gelap gulita.Maxime juga tidak ada di sini, kemana dia pergi selarut ini?Reina ingat bahwa mereka berdua tidur bersama, apakah ada sesuatu yang terjadi di kantor?Saat dia bertanya-tanya, pintu depan dibuka dari luar. Bersamaan dengan itu, lampu-lampu juga dinyalakan.Maxime mengenakan jas hitam, berdiri di ambang pintu. Saat mendongak, kebetulan dia melihat Reina berdiri di tangga."Kenapa kamu
Maxime tidak tahan saat melihat sikap Joanna yang seperti ini. Dia akhirnya berbicara, "Ya, aku bakal bantu cari. Ibu pulanglah.""Ya, ya." Baru setelah itu Joanna melepaskan tangannya, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.Mobil melaju menjauh.Maxime hanya berdiri di sana.Reina berjalan ke sisinya. "Lepaskan Morgan."Dia tahu bahwa Morgan pasti sudah sangat menderita akhir-akhir ini, jadi dia tidak akan berani melakukan apa pun padanya.Dia awalnya mengira Maxime akan setuju, tetapi dia menoleh ke arah Reina. "Melepaskannya? Apa kamu bercanda?"Morgan telah melakukan sesuatu yang lebih buruk dari binatang. Dia sudah sangat berbelas kasihan karena tidak merenggut nyawanya.Reina sedikit bingung saat mendengar itu. "Tapi ibumu ....""Kamu nggak perlu khawatir soal Ibu. Kamu harus tahu, nggak peduli siapa pun yang nyakitin kamu, aku bakal selalu ada di pihakmu."Maxime berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Apa yang aku katakan pada Riki sama Riko barusan semuanya benar. Kamu itu orang ya