Riko mengernyit bingung, "Kok kamu bisa bilang gitu?" Memangnya kamu sudah pernah lihat?"Riki merebut laptop Riko dan melihat foto-foto bagian luar kantor Grup IM."Iya, ini kayaknya kantor papa deh."Riko tercengang.Bagaimana bisa?Sekarang Grup IM adalah perusahaan yang paling ditakuti di seluruh Kota Simaliki bahkan sampai secara nasional. Perusahaan sehebat ini ternyata punya Maxime?Bukannya Maxime buta? Gimana dia bisa membuka perusahaan sebesar ini?"Kamu salah ingat deh," kata Riko."Nggak kok. Ingatanku soal angka atau huruf memang nggak sebaik kamu Kak, tapi kalau soal gambar sih oke kok." Riki menunjuk ke sebuah bangunan di foto, "Aku sudah ke sana beberapa kali, kita masuknya lewat sini."Riko melihat ke titik yang Riki tunjuk dan tempat itu bukan milik Grup IM. Jadi Riko pikir kebetulan saja kalau perusahaan Maxime dan Grup IM bersebelahan."Ini nggak termasuk wilayah Grup IM, kayaknya perusahaan dia bukan perusahaan besar," ucap Riko.Setelah mendengar jawaban Riko, Rik
Liane merasa sangat tidak nyaman saat melihat Syena datang terburu-buru dan langsung menanyakan tentang putri kandung Liane."Kamu dengar dari siapa?"Liane belum memberi tahu Syena tentang hal ini.Syena terlihat canggung dan langsung bersikap pura-pura dewasa, "Aku datang buat ngasih tahu Ibu kalau aku punya petunjuk tentang adik.""Apa?" Liane berdiri dengan penuh semangat, "Petunjuk apa?""Sejak terakhir kali Ibu kasih tahu aku tentang adik, aku juga minta seseorang menyelidiki dan ternyata dia adalah putri dari suster yang merawat Treya." Syena mengulangi ucapan sekretaris barusan.Begitu Liane mendengar hal ini, semangat yang membara pun pupus."Aku sudah tahu.""Oh Ibu sudah tahu? Kukira belum, makanya aku sengaja buru-buru datang ke sini buat ngasih tahu Ibu," ucap Syena.Liane jadi merasa dia sudah salah paham pada Syena."Syena, terima kasih ya kamu sudah sangat pengertian. Kamu tenang aja, meski adikmu ketemu, posisimu di hatiku nggak akan berubah."Syena mengangguk, "Aku ta
"Kali ini kalian harus cari cara untuk menemukan gadis itu lebih dulu dari Liane. Setelah ketemu, kalian cari cara untuk tes DNA."Syena berencana melakukan tes DNA duluan. Kalau Raisa terbukti bukan putri Liane, maka semuanya akan baik-baik saja.Kalau ya, maka Syena akan bertindak."Baik." Asistennya langsung menyanggupi.Syena kemudian menutup telepon dan melanjutkan istirahat....Setelah Reina pulang kerja, dia menyetir pulang sendirian.Dia tidak langsung pulang, tapi pergi ke rumah duka yang disebutkan Diego, di mana persiapan pemakaman Treya sudah berlangsung.Reina menatap foto hitam putih Treya dari kejauhan, cukup lama dia menatapnya dan setelah itu dia pulang.Sesampainya di rumah.Alana langsung menghampirinya, "Gimana kerjaan?""Beres. Aku sudah menyelesaikan kerjaan buat beberapa hari, jadi aku nggak perlu ngantor beberapa hari ke depan," jawab Reina."Bagus! Kita bisa masak kue bareng sambil nonton TV," ucap Alana dengan girang.Reina mengangguk.Kedua anaknya pun kelua
Setelah itu, bagaimanapun Reina membujuk, Sisca ngotot ingin kerja sama dengan Reina."Pokoknya nggak peduli kamu kerja di perusahaan apa, intinya kami akan kerja sama denganmu."Sejak Reina membantu Sisca mengusir selingkuhan suaminya, Sisca menganggap Reina sebagai sahabatnya.Reina juga tidak sungkan pada Sisca.Alana yang berbaring di samping Reina pun merasa cemburu. "Bagus banget ya Na, sekarang di belakangku kamu punya banyak teman."Reina langsung memeluk Alana."Kamu itu sahabatku yang terbaik! Lihat, aku sudah minjemin Riko ke kamu lho, kok kamu masih cemburu."Alana berpikir, teman mana yang bisa sebaik Reina yang rela meminjamkan putranya pada orang lain?Namun, Alana kembali bertanya, "Ngomong-ngomong Nana, proyek apa yang kalian bicarakan? Apa bisa kubantu? Kalau kerjaan kamu tentang menjual barang, aku bisa bantu jualin."Sebagai seorang sahabat, Alana juga ingin membantu Reina, sahabatnya dalam karirnya.Reina baru ingat, Alana dan Riko adalah influencer dengan puluhan
"Gimana bisa bocah ini punya fans sebanyak itu? Volume penjualannya juga tinggi banget?" Melisha ingin mencari celah dalam angka penjualan mereka.Dia tidak percaya, bagaimana bisa terjual begitu cepat?Melisha tidak tahu kalau ternyata bukan hanya para ibu yang menonton siaran langsung, Tuan Besar Jacob dan Joanna juga menontonnya.Kedua orang itu adalah penggemar berat Riko.Tuan Besar Jacob sudah sangat mendukung pekerjaan Riko. Dia sering menghabiskan banyak uang untuk membeli barang-barang yang dibawa oleh Riko, kali ini dia juga melakukan hal yang sama.Kepala pelayan sampai kehabisan kata-kata oleh sikapnya."Tuan, produk kosmetik ini nggak bisa Anda pakai." Kepala pelayan menggerutu dalam hati, "Bahkan kalau produk ini diperuntukkan untuk lelaki tua seperti Tuan, pembelian sebanyak ini sih nggak akan habis dipakai sampai mati."Tuan Besar Jacob menjawab acuh tak acuh, "Nggak apa-apa, pakai buat mandi aja.""..." Dipakai mandi juga nggak akan habis dalam waktu sebulan.Di sisi K
Namun setelah menunggu lama, tidak ada balasan.Entah mengapa Reina merasa gelisah, dia pun langsung menelepon Maxime.Panggilan Reina langsung dijawab oleh suara mesin, "Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif ..."Maxime mematikan ponselnya?Reina ingin tahu sebenarnya apa yang sedang dilakukan Maxime, dia pun hendak menelepon Ekki. Namun tepat saat Reina hendak menelepon, Alana masuk ke kamar."Nana."Alana menyibak selimut dan berbaring di samping Reina, "Gimana? Atasanmu sudah tahu hasil kinerjamu?"Kehadiran Alana membuat Reina jadi lupa untuk menelepon Ekki."Iya, kalian memang hebat!" Reina memuji dengan tulus.Alana memegang tangan Reina dan berkata, "Aku senang banget bisa bantu kamu. Jadi merasa ada pencapaian tersendiri."Reina bersandar di bahunya, "Terima kasih, Alana.""Jangan sungkan gitu lah. Ayo tidur, besok kamu harus ke rumah duka, 'kan?" tanya Alana."Ya, ayo tidur."Besok adalah hari terakhir sebelum Treya dimakamkan.Saat itu, kerabat Keluarga Libera juga a
"Ibunya meninggal, tapi dia nggak terlihat berduka. Apa-apaan ini," kata salah satu orang."Ya, pantas saja Treya nggak sayang sama dia. Ya dianya sendiri nggak punya hati."Beberapa orang membicarakan Reina..Takut Reina tidak mendengar ucapan mereka, mereka pun sengaja berjalan menghampiri. Di mulut sih membujuk Reina, namun dalam hati mereka sedang mencaci sikap Reina, "Reina, dari dulu juga kita diajarkan untuk menghormati orangtua, 'kan? Apalagi sekarang ibumu sudah meninggal, kami tahu dulu ibu nggak memperlakukanmu dengan baik, tapi sekarang dia sudah meninggal. Kita tinggalkan semua kesedihan masa lalu ya, biar dia bisa mati dengan tenang,""Kudengar kamu baru ke sini hari ini ya? Lihat Diego, dia sudah berjaga dua malam penuh. Malam ini harusnya gantian kamu yang berjaga di sini."Mereka mencoba menyulitkan Reina dengan aturan tata krama.Padahal saat Treya memperlakukan Reina dengan tidak baik, tidak ada satu pun dari mereka yang menasihati Treya untuk bersikap baik dan mempe
Mereka semua mengenali wajah Maxime dan mengira Morgan adalah Maxime."Ternyata pihak Keluarga Andara sudah datang." Mereka tidak melepaskan Reina dan tetap mengeluh, "Kebetulan banget kamu datang. Tolong ajari Reina nih. Masa ibunya meninggal, dia nggak mau memberi penghormatan dan pakai seragam keluarga."Diego yang melihat kedatangan Morgan langsung berlari menghampiri paman bibinya."Paman, Bibi, kalian salah orang. Ini adik kembar kakak iparku yang sekarang menjadi CEO Grup Rajawali."Diego diam-diam mengedipkan mata pada orang-orang itu.Semua anggota Keluarga Libera takut pada orang yang berkuasa. Begitu tahu pria di hadapan mereka adalah CEO Grup Rajawali, semuanya langsung berlutut."Maaf, kami salah orang."Namun, mereka terus memaksa Reina untuk bersujud, "Nana, tolong berhenti bersikap keras kepala dan bersujudlah!"Morgan pun angkat bicara."Kalian sudah pikir baik-baik? Dia sedang mengandung keturunan Keluarga Sunandar, kalau sampai terjadi sesuatu pada anaknya, apa kalia
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba