"Aku ingin bertanya, apa yang kamu lihat di dalam gedung itu?"
Richard menatap manik dalam mata Keynest, dia sangat berharap besar bahwa Keynest akan memberikannya jawaban.
Keynest menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu, saat aku masuk di dalam gedung, tidak ada siapa-siapa di tempat itu."
"Apa kamu yakin tidak melihat siapa-siapa di tempat itu?" tanya Richard lagi dan mendapat balasan gelengan kepala dari Keynest.
"Tapi sebelum kamu naik ke lantai empat, apa kamu melihat sebuah tulisan? Atau darah?" tanya Richard ingin memastikan lagi dan lagi.
Keynest kebingungan, pria kecil itu menggelengkan kepalanya, dia heran dan bingun dengan apa yang di katakan Richard.
Richard sedikit kecewa, padahal dia benar-benar menantikan jawaban dari Keynest, dia ingin tahu siapa dalang di balik kalimat yang ada di gedung itu.
"Lalu kenapa kamu bisa pingsan di lantai empat?" tanya Arnold ketika berjalan mendekat.
"Di dalam benar-benar gel
Pagi hari yang cerah, jam menunjukan pukul 06:00. Terlihat seorang gadis bangun sepagi mungkin untuk menyiapkan sarapan.Kirana mengikat rambutnya kebelakang, dia mengeluarkan beberapa bumbu dan bahan mentah untuk ia siapkan sebagai sarapan.Gadis kecil itu ingin sekali menyiapkan sesuatu untuk Richard, dia merasa Richard selalu menampung banyak masalahnya sendiri."Aku harus berusaha dengan giat," gumam Kirana, dia langsung mengerjakan semua tugas-tugasnya.Kirana menyibukkan dirinya dengan bahan makanan di depannya, dia memasak berlangsung hingga sampai sekitar jam 7, akhirnya semua masakannya selesai."Sudah bangun?" tanya Kirana ketika melihat Richard turun dari tangga.Richard langsung menatap semua makanan yang ada di atas meja, dia terlihat kagum dengan masakan Kirana yang kelihatannya sangat enak."Apa kamu yang memasaknya?" tanya Richard.Kirana tersenyum manis, dan menganggukkan kepalanya pelan-pelan.TING! TON
BRUMM!! BRUMM!!Richard mengendarai mobil dengan cepat, namun terlihat santai, entah kenapa hari ini dia benar-benar gembira sekali.Pria itu senyam senyum sendiri, dia teringat dengan kenangannya bersama bunda, baru kali ini Richard bisa merasakan masakan hangat bunda, walau pembuatnya berbeda."Apa Kirana akan membuatkanku makanan yah?" gumam Richard salah tingkah.Richard menggelengkan kepalanya tak mau pikir panjang, dia melajukan mobilnya dan tak sampai sejam, akhirnya dia mendaratkan mobilnya di depan kantor.Pria itu keluar dari mobil dengan wajah yang masih tersenyum, dia melangkahkan kakinya berjalan masuk.Terlihat banyak sekali para pekerja dan karyawan yang sangat terkejut, mereka seakan-akan melihat sisi lain dari boss mereka."Sudah lama sekali aku tak melihat boss tersenyum.""Iya, aku sampai kaget, kirain salah orang, atau boss kesurupan gitu."Para pekerja mulai bergosip, mereka benar-benar terkejut seka
TOK! TOK!Richard mengetuk pintu Apotik, dia dan Arnold sedang mencoba menghubungi orang di dalam."Apa mereka sedang keluar?" tanya Richard sembari menolehkan kepalanya kemana-mana.Arnold mengetuk pintu lagi, dan dengan cepat penghuni di dalamnya langsung membukakan pintu apotik.Mata mereka berdua mendapati seorang gadis remaja yang mungkin masih SMA.Gadis itu menatap Richard dan Arnold secara bergantian. "Mau beli apa om?" tanyanya."Ah ... kami datang kesini untuk bertemu ibumu," ucap Arnold ragu-ragu."Ibu? Mau perlu apa sama ibuku?" tanya gadis itu lagi."Kami ada keperluan mendesak," jawab Arnold."Keperluan mendesak? Keperluan apa sampai mendesak? Yang aku ingat, ibuku tak pernah punya kenalan seperti kalian," ucap gadis itu, dia sepertinya curiga dengan tingkah laku Richard dan Arnold."Ah, kam--" Ucapan Richard terhenti saat melihat wanita paruh baya yang tengah memasuki Apotik.Wanita itu terdi
Sebuah mobil hitam pekat melaju dengan cepat di jalan raya, mobil itu tak menghiraukan beberapa pengendara mobil yang mencaci maki mereka."Apa kamu sudah lupa? Bukannya ayahmu sedang keluar kota?" tanya Arnold, dia tak percaya bahwa Richard akan pergi menemui ayahnya.Richard masih sibuk mengendarai mobil. "Aku tahu, tapi aku masih ingin mencari tahu, kenapa dia bisa terlibat dengan rencana pengboman rumah sakit itu."Arnold menghembuskan nafasnya kasar, walau dia sudah berulang-ulang kali berbicara dengan Richard, tapi tetap saja tak di dengar olehnya."Apa kamu sudah tahu lokasi ayahmu?" tanya Arnold.Richard menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, tapi aku akan bertanya kepada Sandra."CKITTT!!Richard berhasil mendaratkan mobilnya di depan kediaman Hernandos, dia keluar dan langsung di sambut oleh beberapa penjaga."Apa Nyonya besar ada di dalam?" tanya Richard.Para pengawal langsung menganggukkan kepala mereka deng
Sunset sore mulai menghilang, gelap malam mulai memunculkan keberadaannya.Bulan pun ikut bersinar, bahkan ada beberapa bintang yang sudah bermunculan di atas langit.Richard menatap keluar jendela, hari ini dia benar-benar sangat lelah, dia kembali memfokuskan dirinya untuk mengendarai mobil.Setelah mengantar Arnold pulang ke rumahnya, Richard kini pulang sendirian, walau Arnold sebenarnya mau mengantar Richard, dia takut jika Richard akan kenapa-kenapa di jalan sana, tapi Richard bahkan tak sedikit pun menghiraukan ucapannya.CKITTT!!Richard mendaratkan mobilnya tepat di depan rumah, dia mengambil jas lalu keluar dari mobil.Langkah kakinya menaiki anak tangga satu persatu dan mulai berjalan masuk ke dalam rumah."Apa Kirana sedang membuat makanan untukku?" batin Richard tersenyum sendiri, dia sangat lelah malam ini, tapi dia tak ingin Kirana melihatnya dalam keadaan menyedihkan.TING TONG!Richard menekan bell, dia
Tok! Tok!Kirana mengetuk pintu kamar Richard dengan perlahan-lahan, dia tidak bisa masuk begitu saja, gadis itu takut jika Richard mungkin saja sedang berganti pakaian.CKLEK!Pintu kamar terbuka dengan lebar, terlihat Richard sudah memakai pakaian santai, serta sedang mengeringkan rambutnya menggunakan hairdyer."Kenapa gak masuk saja?" tanya Richard dan membantu Kirana membawa camilan kedalam.Mereka berdua masuk kedalam, Richard meletakan minuman dan camilan di atas nakas.Kini mereka berdua duduk di atas kasur dan berhadapan satu sama lain, Kirana sedikit merasa canggung.Tanpa pikir panjang, Richard langsung memeluk tubuh Kirana, Kirana yang di peluk hanya bisa tersenyum dan membalas pelukan Richard, dia bahkan bisa mencium aroma tubuh Richard."Apa kamu lelah?" tanya Kirana dan mendapat anggukan kecil dari Richard.Kirana tersenyum sendu, dia tak menyangka Richard akan menunjukan sifatnya yang seperti ini, karena
KRINGG!! Bunyi deringan telepon yang sudah berbunyi hampir sepuluh kali, tapi sang pemilik ponsel tak mengangkat panggilan itu. Richard membuka matanya perlahan-lahan, pendengarannya mendengar sesuatu, walau terdengar samar-samar. Richard menetralkan penglihatannya, dia menoleh dan menatap Kirana yang tengah tertidur pulas di sampingnya, tak lama senyuman mulai muncul di pipinya, dia tak menyangka akan melewatkan malam pertama dengan Kirana. KRINGG!! Panggilan untuk ke sebelas kalinya, Richard pun mengambil ponsel yang dia taruh di atas nakas. "Halo," ucapnya dengan suara agak serak. "Richard, datang ke kantor cepat," ucap Arnold di balik telepon, nada suaranya meninggi. Richard yang tengah berbaring, terpaksa bangun dan menyesuaikan posisi duduknya. "Apa maksudmu? Kenapa harus datang ke kantor sepagi ini?" tanya Richard, suaranya terdengar sangat berat. "Datang saja, sulit untuk di jelaskan di telepon,"
CKITTT!!Mobil hitam pekat berhasil mendarat di sebuah desa, terlihat dua orang pria berjas baru saja turun dari mobil yang mereka kendarai."Ayo," ajak Arnold.Richard menganggukkan kepalanya pelan, tak menunggu waktu lama lagi, mereka berdua pun bergegas menuju tempat tujuan.Beberapa perumahan telah mereka lewati, hingga akhirnya langkah kaki kedua pria itu terhenti di sebuah Apotik, yang artinya mereka sudah sampai.TING! TONG!Richard menekan bell rumah, tak lama itu terlihat seorang anak perempuan membuka pintu."Apa maksud kalian datang ke tempat ini?" tanya gadis itu, dia menatap tajam kedua pria di depannya.Richard mengangkat tangannya supaya gadis kecil di depannya tak merasa terancam."Kami datang kesini atas perintah ibumu," jawab Arnold.Gadis itu menatap Arnold dan Richard secara bergantian, tak lama gadis itu dengan cepat menutup pintunya, tapi karena Richard yang siaga, dia berhasil menahan pintu