Share

Part 28

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ayo, La. Kita pulang!” potong Virgo seraya beranjak dari kursi. “Kamu jalan lagi kaya tadi apa mau aku gendong?” tanyanya kemudian.

“Al, papa kamu...”

“Ayo, La. Aku gendong saja. Biar cepet!” Tanpa aba-aba dia membopong tubuhku masuk ke dalam mobil, menutup pintunya dan kembali ke kursi taman mengambil barang yang tertinggal.

Dari balik kaca bisa kulihat kalau mereka tengah berdebat, bahkan beberapa kali si wanita hendak memeluk tubuh Virgo tapi, lelaki itu menepis kasar tubuh perempuan cantik tersebut.

“Dia siapa, Vir?” tanyaku ketika lelaki beralis tebal itu masuk ke dalam mobil, mengambil posisi di kursi kemudi dengan ekspresi marah yang tidak bisa dia sembunyikan.

Hening. Hanya suara deru mesin kendaraan yang terdengar, karena dia tidak menjawab pertanyaan dariku.

Sebenarnya siapa wanita itu? Mantan pacarnyakah, atau kakak, atau...malah ibunya?

Tapi Virgo sering bercerita kalau ibunya telah tiada.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 29

    “Mau ya, La. Kasian Arya. Dia juga habis kena tipu di salah satu dealer mobil. Uangnya raib sebesar tiga puluh lima juta, mana hasil ngutang pula. Tolong bantu selesaikan masalah kami. Ibu takut rumah Ibu disita lintah darat itu!” “Itu sudah bukan urusan aku, Bu. Antara aku dan Mas Arya sudah tidak ada hubungan lagi. Kami sedang dalam proses perceraian.” “Ya Allah, La. Kamu kenapa berubah jadi kejam begini? Kenapa kamu tega? Di mana nurani kamu? Apa kamu tidak pernah memikirkan nasib kita?” “Apa, Bu? Aku nggak punya nurani dan kejam? Terus, Ibu dan Mas Arya itu apa?” Menatap tajam wajah mertua yang sudah sembab serta kuyu. Merasa sedikit tergelitik dengan kata-kata yang terlontar dari mulutnya. “La, pernikahan Arya sama Siska itu Cuma...” “Cuma apa? Apa pun alasan kalian, menikahkan laki-laki yang sudah beristri itu perbuatan yang salah. Apalagi tanpa sepengetahuan istri sahnya, orang yang sudah mengangkat kalian dari kemiskinan, membuat diri kalian ter

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 30

    Berkali-kali mencoba menggaruknya, akan tetapi rasanya begitu menyiksa. Didiamkan gatal, digaruk terasa nyeri luar biasa.Ada apa? Kenapa tiba-tiba terasa seperti ini?Apa mungkin ibu kurang bersih mencuci celana dalamku?Ah, Ibu. Cuma mengerjakan pekerjaan seperti ini saja tidak bisa. Mana sakit banget lagi.Membuka lemari, mengambil dalaman di dalam laci kemudian menggantinya siapa tahu setelah ini rasa sakitnya akan berkurang. Rasanya sudah sangat tidak nyaman juga menyiksa.Karena sudah tidak mampu menahan rasa gatal yang kian terasa, buru-buru mengambil minyak kayu putih yang ada di laci meja rias, mengoleskannya sedikit di permukaan kulit tapi malah semakin terasa kurang nyaman. Perih luar biasa.Hingga malam menjelma menjadi pagi, rasa itu tidak jua kunjung pergi. Aku yang hendak membasuh tubuh di kamar mandi dikejutkan oleh cairan kental seperti nanah bercampur darah yang keluar dari alat tempurku,

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 31

    Senja merambat menjadi malam. Rangga mengajakku mampir ke sebuah rumah makan, ingin mentraktir karena dia mendapatkan bonus dari Pak Irsyad. Mujur sekali nasibnya. Tidak seperti aku yang sudah pontang-panting, tetapi boro-boro bonus. Kas bon saja tidak di-ACC.Perputaran keempat roda mobil milik Rangga berhenti tepat di halaman restoran. Dengan semangat empat lima kami mengayunkan kaki menaiki undakan, masuk ke dalam rumah makan, namun, langkah ini berderap kaku ketika melihat seorang perempuan berambut cokelat sedang asyik suap-suapan dengan seorang laki-laki.Tanganku terkepal. Kepala mendadak terasa panas karena emosi mulai merajai hati."Siska!" teriakku lantang, membuat perempuan beserta laki-laki yang sedang bermesraan itu segera menghentikan aktivitasnya."Kamu itu apa-apaan, sih. Teriak-teriak di tempat umum?" tegur wanita berpakaian mini itu sambil melipat tangan di depan dada."Kamu yang apa-apaan? Mesra-mesraan di tem

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 32

    Naik ke atas tempat tidur, mengikat tangan Nirmala di headboard lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.Pelan-pelan perempuan berwajah cantik itu membuka mata, mengerjap-ngerjap sebentar lalu terkesiap dan memberontak saat menyadari sudah ada aku di dalam kamarnya."Kamu mau ngapain, Mas?" tanya Nirmala dengan wajah ketakutan."Meminta hakku sebagai suami!" Aku membuka ikat pinggang sambil menatap wajah Nirmala yang sudah ketakutan."Enggak. Aku nggak mau, Mas. Kita sudah mau cerai, dan aku tidak mau lagi melayani kamu.""Kalau begitu aku akan memaksa, karena hingga saat ini kamu itu masih istri sah aku!""Nggak! Aku nggak mau. Kalau kamu sampai melakukan itu, aku akan melaporkan kamu ke polisi, karena sudah memperkosa aku!"Aku tertawa mendengarnya. Mana ada suami yang memperkosa istrinya?"Mas! Kamu jangan nekat, atau aku akan teriak!" ancamnya kemudian."Teriak saja. Aku tidak

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 33

    Mana perut sudah terasa lapar, kepala sakit, apalagi senjata milikku. Samar-samar terlihat dua orang lelaki berpakaian petani berjalan tidak jauh dari tempat mobilku terparkir. Buru-buru keluar dari dalam mobil, memanggil orang-orang tersebut lalu meminta mereka membelikan bensin di stasiun pengisian bahan bakar terdekat. Setelah menunggu hampir satu setengah jam, akhirnya orang yang aku mintai pertolongan datang membawa jerigen berisi bensin, menuangkannya ke dalam tangki lalu mengantarku menuju jalan besar dan menunjukkan jalan pulang ke Jakarta. Karena sudah tidak kuat mengemudi serta nyeri di area selangkangan serta kepala terasa semakin menyiksa, aku memutuskan untuk mampir ke rumah Jojo untuk mengistirahatkan badan sejenak, juga supaya bisa menghemat budget karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli makanan jika mampir ke rumahnya. Semoga saja Jojo tidak sedang ke luar kota. Senyum terkembang merekah begitu indah di bibir, kala melihat sahabatk

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 34

    "Nggak usah ikut campur urusan orang lain. Ayo, ikut saya ke rumah. Soalnya Ibu nggak ada di rumah!""Ibu kan memang pergi sama teman-temannya. Untuk apa dicariin?" "Ibu pergi?""Iya. Katanya dia dapet arisan dan pengen jalan-jalan. Makanya dia langsung ngajak teman-temannya nginep di puncak. Memangnya Mas nggak tau?"Aku nenyentak napas kasar.Ibu. Anaknya sedang terlilit banyak hutang dan punya banyak masalah. Bukannya bantu bayarin, malah punya uang buat jalan-jalan. Benar-benar tidak punya perasaan."Mau ke mana, Mas?" tanya Bang Sanip ketika melihatku melenggang pergi meninggalkan pos.Aku terus saja berjalan tanpa menoleh, malas berbicara dengan dia lama-lama. Bikin tambah pening.Sesampainya di rumah. Lekas merebahkan bobot di atas kasur, menatap langit-langit kamar membayangkan apa yang sudah aku lakukan kepada Nirmala.Menyesal. Itu yang aku rasakan saat ini.

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 35

    Setelah beberapa hari tidak merasakan nyeri di area intim, hari ini tiba-tiba rasa itu kembali datang dan sakitnya terasa lebih dahsyat dari kemarin. Bahkan banyak sekali nanah yang keluar, dan ujung pistolku memerah keunguan serta membengkak.Jangan ditanya rasanya. Hanya tersenggol sedikit saja rasanya nyeri luar biasa, apalagi jika sedang buang air kecil. Aku saja sampai menggigil dan menitikkan air mata karena rasa sakit yang begitu menyiksa.Sepertinya aku harus menemui dokter spesialis kalau terus menerus seperti ini, supaya penyakitku cepat tertangani dan tidak semakin parah. Aku takut jika nanti seperti yang diceritakan Bang Sanip kemarin. Terkena penyakit kelamin dan harus diamputasi hingga habis tidak tersisa.Bergidik ngeri sendiri kalau membayangkan jika semua itu sampai terjadi.Ragu-ragu memesan taksi online untuk mengantarku ke rumah sakit. Menghubungi Pak Irsyad meminta izin tidak bekerja hari ini, sebab kalaupu

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 36

    Lekas kubersihkan cairan kental berwarna kuning kehijauan itu, sambil memejamkan mata menahan nyeri luar biasa.“Ar, kamu kenapa, sih? Kok wajahnya keliatan pucet dan lemes gitu? Sakit?” Ibu kembali bertanya ketika aku keluar dari kamar dan berpapasan dengannya di dekat meja makan.“Badan aku meriang, Bu. Tubuh rasanya sakit semua. Tenggorokan juga sakit!” jawabnya seraya mengenyakkan bokong dengan hati-hati, karena kali ini bagian belakang juga mulai ikut nyeri.Wanita berkulit putih itu menempelkan punggung tangan di dahi, menautkan kedua alis ketika memeriksa suhu tubuh dan ternyata tidak demam.“Nggak panas, Ar?” ucapnya kemudian.“Sakit itu tidak harus demam, Bu. Karena yang sakit itu...” Menggantung kalimat, malu rasanya jika harus mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada diri ini.Takut dikucilkan lalu ditinggalkan. Apalagi yang aku tahu, Ibu itu tipe perempuan yang nggak mau repot. Pasti dia langsung menj

Bab terbaru

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Ending

    Buk!Aku meringis kesakitan ketika sebuah bola sepak tidak sengaja mengenai kepala. Seorang anak laki-laki berusia sekitar tiga belas tahunan berjalan setengah berlari ke arahku, mengambil bola tersebut sambil berkali-kali mengucap kata maaf.“Aku nggak sengaja, Pak. Tadi nendangnya terlalu kenceng!” ucapnya penuh dengan penyesalan.“Iya, gak apa-apa. Ngomong-ngomong, siapa nama kamu?” tanyaku seraya mengusap lembut rambut bocah berseragam SMP itu, merasa kagum dengan sikapnya yang santun juga mau mengakui kesalahan. Pasti dia terlahir dari keluarga paham agama, sebab dari cara dia berbicara juga sikapnya, menunjukkan betapa suksesnya sang orang tua mendidik anak tersebut.“Nama aku Azam, Pak!” Dia mengulas senyum tipis, menunjukkan kedua ceruk di pipinya, menambah kesan tampan di wajah bocah itu.“Azam. Nama yang bagus.”“Terima kasih. Nama Bapak sendiri siapa?”“Arya.”“Sekali lagi aku minta ma

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   POV Siksa 2

    Samar-samar terdengar suara panik beberapa orang, akan tetapi aku tidak bisa meminta bantuan kepada siapa pun, karena suaraku tercekat di kerongkongan. Tidak bisa mengucapakan kata, karena semakin lama semakin terasa kehabisan napas.Membuka mata perlahan, lalu menutupnya kembali mengadaptasi cahaya yang menyilaukan. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, merasa nyeri di perut bagian bawah dan tidak bisa menggerakkan sebagian anggota tubuh. Perut juga sudah terlihat mengempis, tidak sebesar tadi saat sebelum aku jatuh dan terbentur. Apa aku sudah melahirkan?Pintu kamar rawat inapku terbuka perlahan. Seorang perawat datang dengan buku catatan pasien di tangan, mengulas senyum tipis kepadaku lalu mengecek infus yang menggantung di tiang penyangga.“Suster, kenapa saya tidak bisa menggerakkan tubuh bagian bawah saya?” tanyaku penasaran, karena kedua kaki terasa sudah mati rasa.“Mungkin efek anestesi, Bu. Ibu kan habis menjalank

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   POV Siska

    “Perut sialan. Kenapa sakit banget begini sih? Bayi kurang ajar, kenapa kamu nggak mati saja!” umpatku kesal, seraya memukuli perut yang terasa sakit. Sudah mulas dari dua hari yang lalu, tetapi anak ini tidak juga keluar. Bikin semua terasa nyeri dan tidak nyaman saja. Argh! Menjerit histeris, meremas-remas perut yang kian terasa nyeri juga mendorongnya agar si bayi lekas lahir. “Sepertinya harus dirujuk ke rumah sakit dan menjalani operasi caesar, Bu. Soalnya bayinya sungsang!” Ucapan bidan kembali terngiang di telinga, membuat diri ini kian frustrasi dibuatnya. Boro-boro buat operasi caesar. Buat makan saja Senin Kamis. Jual diri juga tidak laku karena wajah terlihat jelek dan perut gendut. Paling banter dapet tamu dari kelas teri, yang bayarannya pake duit recehan, bau apek lagi badannya. Mas Arya juga. Pake dipenjara segala, padahal aku sedang mengandung. Bodoh banget memang itu laki-laki. Hanya menabrak orang sa

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 111

    “Sudah, jangan ribut. Mbak Delima melakukan itu juga karena terpaksa. Karena dia takut kehilangan Ayah. Jadi, sebaiknya masalah ini diselesaikan dengan kepala dingin, jangan pakai emosi,” timpal Lala dengan intonasi sangat lembut.“Dia bukan takut kehilangan Ayah, tapi takut kehilangan harta Ayah!”“Pa, Mama mohon. Jangan usir Mama dari sini. Maafkan Mama. Mama khilaf, dan Mama janji tidak akan melakukannya lagi. Mama juga akan mengembalikan uang Lala yang sudah Mama ambil, tapi dengan cara dicicil. Soalnya sudah buat beli mobil untuk Ibu dan buat beli berlian. Aku minta maaf, Pa. Ampun. Jangan usir Mama.” Mbak Delima mencekal kaki Ayah sambil menangis tersedu.“Oke, Papa mau kasih kamu kesempatan sekali lagi, tapi, jatah bulanan kamu Papa kurangi separo. Anggap saja itu hukuman dari Papa, karena kesalahan yang sudah kamu perbuat. Papa benar-benar nggak nyangka kamu bisa sejahat itu sama Papa dan anak aku. Padahal, selama ini Papa tidak pernah pilih

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 110

    Astagfirullah ... kenapa malah tiba-tiba jadi berprasangka buruk terhadap Mbak Delima? “Ayo, Virgo, Lala, silakan masuk!” Mbak Delima terlihat begitu ramah. Aku merangkul pundak Nirmala, sementara tangan kiriku menggandeng Alexa. Kami duduk di kursi ruang tamu, bergabung dengan yang lainnya akan tetapi tidak terlihat keramahan sama sekali di wajah keluarga ibu tiri istriku. Entahlah. Mungkin hanya perasaanku saja, atau memang mereka tidak suka dengan kedatangan kami bertiga. “Kenapa kalian nggak pernah ngasih kabar? Kalian juga nggak pernah bertandang ke rumah, padahal ayah itu kangen banget sama kalian,” ucap Ayah membuat dahi ini berkerut-kerut, menatap wajah mertua dengan mimik bingung. Kami tidak pernah memberi kabar? Bukannya dia sendiri yang selalu menolak panggilan dari kami, juga tidak pernah membalas pesan yang aku maupun Nirmala kirimkan. “Maaf, Ayah. Bukannya ...” “Pah, bisa minta tolong ambilin

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 109

    Membuka pintu, mengulas senyum tipis lalu mempersilakan Irsyad untuk masuk ke dalam.“Ada apa, Syad? Tumben mampir?” tanyaku tanpa basa-basi, apalagi ketika melihat netra di balik kacamata itu terus saja menyisir ke seluruh penjuru ruangan, seolah sedang mencari sesuatu di dalam rumahku. Pasti dia sedang mencari Nirmala. Tidak akan kubiarkan mantan tunangan istriku bertemu dengan Nirmala, walau hanya sedetik saja.“Saya datang ke sini hanya ingin mengantar undangan.” Dia menyodorkan sebuah surat undangan dengan tinta emas, dan di sampul undangan tersebut terdapat foto dirinya bersama seorang wanita.Alhamdulillah. Akhirnya mantan tunangan Nirmala mendapatkan jodoh, sehingga aku tidak perlu lagi khawatir kalau dia mengganggu kekasih hatiku nanti.“Selamat, ya, Syad. Semoga kalian berbahagia, dan cepet dapet momongan nanti. Kaya saya nih. Ces pleng.” Aku terkekeh, tetapi entah mengapa ekspresi lawan bicaraku terlihat tidak senang

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 108

    "Permisi, assalamualaikum!" Tok! Tok! Tok!Terdengar suara Robby mengetuk pintu seraya mengucapkan salam. Segera kupersilakan dia masuk, dan pria berkaus putih tersebut menyerahkan sepuluh lembar pecahan uang seratus ribuan kepadaku."Ini, Bu, uang yang tadi saya janjikan. Saya hanya bisa bantu segitu saja. Tidak bisa memberikan lebih!" Menyodorkan uang tersebut kepada Bu Haryanti, dan lawan bicaraku itu terlihat tidak percaya dengan tanggapan dariku."Jangan begitulah, Nak Virgo. Ibu datang ke sini itu bukan untuk mengemis. Tapi mau pinjam uang," ucapnya lagi, dengan nada kurang enak didengar."Saya tidak pernah menganggap Ibu pengemis. Tetapi saya juga tidak bisa membantu meminjami Ibu uang sebanyak itu. Saya setiap bulan memberikan uang ke kalian karena kasihan. Sebab biar bagaimanapun, Ibu itu tetap mertuanya Nirmala. Ada mantan suami, tetapi tidak ada mantan mertua kalau menurut saya. Sebab mertua sama dengan orang tua juga!"

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 107

    “Ada apa, Mas?” tanya istri sambil mengambil jemariku, menggenggamnya kemudian mengecupnya memberi kehangatan cinta.“Nggak ada apa-apa, Sayang. Sonya ingin membahas masalah harta peninggalan ayah, tapi aku pikir belum saatnya. Kuburan Ayah masih basah dan rasanya tidak etis banget kalau kita yang baru saja ditinggalkan malah membahas hartanya. Karena sebenarnya harta miliknya itu delapan puluh persen hakku dan Alisa. Aku juga sudah nggak lagi ngarepin walaupun hanya seujung kuku. Kalau Sonya ingin menyerahkan kembali harta itu, niatku ingin menghibahkannya ke pesantren, atau orang-orang yang membutuhkan.”“Mas Virgo memang suami yang sangat luar biasa!” Perempuan berhijab putih itu mendaratkan bibirnya di pipi, menyandarkan kepala di bahu sambil merangkul lenganku.“Pak, tadi ada dua orang perempuan datang dan katanya ingin bertemu dengan Bapak. Mereka mengaku sebagai keluarganya Arya,” ucap Melvi ketika aku baru saja sampai di kantor.

  • Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku   Part 106

    Virgo segera menghubungi Alisa serta Robby, meminta mereka untuk segera pergi ke rumah ayah mertua tanpa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.“Kamu ganti pakaian dulu, Sayang. Yang panjang ya. Kalau bisa pake hijab!” titah suami sambil mengusap pipiku.“Iya, Mas.” Aku mengangguk dan segera beranjak dari kursi, mengayunkan kaki perlahan menuju kamar untuk menukar pakaian seperti apa yang diperintahkan oleh suami.Kuambil sebuah gamis putih yang tergantung di dalam lemari, mengenakannya, lalu memanggil Bibi untuk membantu memakaikan kerudung.“Maa syaa Allah … istrinya Mas Virgo cantik banget kaya bidadari,” puji suami membuat pipi ini seketika bersemu merah.“Terima kasih, Mas.” Menerbitkan senyuman termanis yang pernah kupunya, merangkul lengan suami yang sudah mengenakan kemeja hitam serta celana bahan dengan warna senada khas orang berbelasungkawa.Kendaraan roda empat milik Virgo melaju membelah kemacetan jalan

DMCA.com Protection Status