Saat ini Leon tengah berada di taman belakang sekolah bersama dengan Syaqila, pacarnya. Setelah berhasil lepas dari Alea, Leon pergi ke kelas pacarnya, mengajak pacarnya itu pergi ke taman belakang sekolah, menghabiskan waktu bersama mumpung tadi Alea dipanggil oleh pak Hendro untuk mengajari adik kelasnya yang akan melakukan olimpiade fisika.
“Sayang, tau enggak tadi kata temen aku Alea dipanggil ke ruang TU,” ucap perempuan yang bernama Syaqila Bagaskara atau yang lebih akrab disapa Qila itu.
Leon diam mendengarkan semua perkataan pacarnya seraya mengelus lembut rambut panjang Qila yang digerai bebas. Dalam hati Leon berkata, “Oh”. Jadi itu alasan tadi ia bertemu Alea di depan ruang TU.
“Kata temen aku, Alea nunggak bayar SPP selama tiga bulan,” lanjut Qila seraya memainkan squisy miliknya yang berbentuk buah apel. Squisy itu pemberian Leon saat mereka pergi ke pasar malam.
“Kok bisa sampai nunggak?” tanya Leon penasaran, karena setahunya Alea dan Qila memiliki ayah yang sama, yaitu om Fian. Om Fian punya perusahaan percetakan yang lumayan cukup terkenal. Jadi, tidak masuk akal ‘kan jika Alea sampai menunggak uang SPP-nya?
“Enggak tau, padahal papa sering kasih uang bulanan ke Alea dan uang bulanannya juga lebih besar dari aku!” Qila kesal karena Alea selalu menjadi anak nomor satu papa. Segala hal menyangkut mereka pasti papa akan lebih mengunggulkan Alea.
“Atau jangan-jangan uangnya dipakai Alea buat yang enggak bener,” tebak Qila yang selalu berpikiran negatif tentang Alea.
Leon mengangguk, membenarkan ucapan pacarnya. “Bisa jadi, Alea ‘kan anaknya enggak jelas.”
Dalam hati Qila tersenyum penuh kemenangan. Qila senang pacar gantengnya itu selalu mempercayai ucapan negatifnya tentang Alea. Mungkin Alea memiliki semuanya, tapi ada tiga hal yang tidak dimiliki oleh Alea. Pertama papa. Selama ini papa hanya mengunggulkan materi saja kepada Alea, tidak dengan kasih sayangnya. Yang kedua adalah mama. Alea tidak punya mama, sementara ia punya mama. Dan yang ketiga adalah Leon, pacarnya. Leon lebih memilihnya, menyayanginya, dan mencintainya.
Selain itu, Qila senang karena semua teman-teman seangkatannya kebanyakan lebih mendukungnya dibandingkan mendukung Alea. Lagi pula di sini Qila ‘kan korbannya?
Alea sering bersikap egois dan tidak tahu diri. Sejak kecil Alea sering memonopoli papanya, gara-gara Alea kakek dan neneknya membencinya dan tidak menganggapnya cucu, padahal mereka sama-sama anak papa. Gara-gara Alea juga papa dan mama diusir dan tidak mendapatkan harta warisan kakek, dan sekarang Alea ingin merebut Leon-nya. Oh, itu tidak akan terjadi! Qila akan membuat papa dan Leon selalu berpihak kepadanya.
Jadi mulai sekarang bukan ia yang menderita, tapi Alea yang harus menderita. Alea harus membayar semuanya sekarang. Sungguh, Qila sangat membenci Alea yang selalu berlagak menjadi korban.
“Kamu jangan kayak Alea ya, Sayang.”
Qila menoleh ke arah Leon yang tengah tersenyum sangat manis hingga kedua lesung pipinya terlihat sangat jelas.
“Kamu jangan kayak dia, urakan, enggak tau malu. Kamu harus anggun kayak princess,” lanjut Leon.
Qila terkekeh geli mendengar perkataan Leon.
“Tenang aja, aku enggak bakal kayak Alea kok. Nanti kalau aku kayak dia kasihan dong papa. Lagi pula Alea kayak gitu karena enggak ada yang perhatian sama dia. Aku ngerasa miris aja sama hidup Alea, padahal waktu itu mama sama papa nawarin buat tinggal bersama, tapi dia enggak mau dan malah maki-maki mama,” ucap Alea dibumbui kebohongannya agar Leon percaya jika Alea itu benar-benar anak tidak tahu diri.
Leon mengangguk samar. Ia juga merasa miris dengan hidup Alea. Padahal Alea cantik dan pintar, tapi gara-gara kurang kasih sayang dia jadi urakan seperti itu.
Leon membawa tubuh Qila ke dalam dekapannya. Mengecupi kening Qila dengan sayang.
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada yang mendengar pembicaraan mereka. Orang itu terlihat mengepalkan tangannya. Orang itu tidak terima Leon dan Qila menjelek-jelekkan Alea. Apakah mereka tidak sadar sikap mereka juga tidak tahu diri, terlebih Qila.
****
Pukul lima sore Alea baru saja sampai di rumahnya. Biasanya sepulang sekolah Alea selalu pergi ke makam mama dan adiknya. Mendoakan mereka dan juga menceritakan segala hal yang telah Alea lewati pada hari itu. Namun khusus hari ini Alea lelah.
Sepi!
Ya, seperti itulah keadaan rumah Alea. Hanya ada Alea seorang di rumah itu. Papanya jarang pulang ke rumah. Alasannya sibuk pekerjaan, tapi Alea tahu jika papanya tidak pulang ke rumahnya karena pulang ke rumah istri keduanya.
Ya, istri kedua karena istri pertamanya adalah mamanya.
Alea tahu karena setiap papanya pulang ke rumah istri keduanya, pasti Qila akan membagikan potret kebersamaan keluarganya ke akun media sosial miliknya. Qila melakukan itu seolah sengaja ingin memamerkan kepadanya jika papanya lebih memilih bersamanya.
Lantas Alea, apakah cemburu atau sebagainya? Jawabannya adalah Tidak! Alea tidak cemburu atau sebagainya. Alea sudah kebal, lebih tepatnya Alea sudah merasa lelah dibohongi oleh papanya dan berujung menjadi masa bodo.
Dari pada memikirkan itu, lebih baik Alea memikirkan bagaimana ia mengumpulkan uang untuk membayar uang SPP-nya yang menunggak selama tiga bulan. Dipikir-pikir Alea menyesal saat itu tidak menerima beasiswa dari sekolah.
Alea mengganti seragamnya dengan kaos biasa dan juga celana pendeknya. Alea mulai mengerjakan pekerjaan rumah yang belum sempat ia selesaikan tadi pagi.
Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Alea pergi ke kamarnya kembali. Ia membuka lemarinya dan membongkar sebuah kotak berwarna merah. Di dalam kotak tersebut ada satu buah kartu debit biasa dan dua buah black card pemberian kakek dan neneknya. Alea tidak pernah memakai ketiganya.
Lalu Alea mengambil sebuah dompet berwarna ungu, di dalamnya terdapat uang berwarna merah dan biru. Setelah Alea hitung, uang tabungannya memang cukup untuk membayar uang SPP-nya selama tiga bulan, namun ia tidak mungkin menghabiskan semua uang tabungannya. Ada beberapa keperluan lainnya yang harus segera ia bayar dan jumlahnya tidak sedikit.
Uang hasil ia bekerja di laundry milik tetangganya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Ya, Alea bekerja paruh waktu di laundry milik tetangganya.
Mungkin kalian pikir Alea bodoh karena menyusahkan dirinya sendiri di saat papa dan kakek-neneknya mentransfer uang setiap bulannya dalam jumlah yang sangat besar. Namun Alea ingin mandiri, ia tidak mau bergantung kepada mereka. Biarlah uang pemberian mereka Alea simpan untuk biaya kuliahnya nanti. Pasti nanti biaya kuliahnya memerlukan uang dalam jumlah besar apalagi cita-citanya ingin masuk ke fakultas kedokteran yang pasti biayanya sangat mahal.
“Pinjam uang ke siapa, ya?”
Shella? Tidak, tidak mungkin ia meminjam uang kepada sahabat baiknya itu. Walaupun ia yakin Shella akan meminjamkannya uang, tapi ia sudah cukup merepotkan Shella dan keluarganya.
Yuki, Nana, Windy, Siska? Tidak, mereka juga sudah sering direpotkan oleh Alea.
Tiba-tiba sebuah nama terlintas dalam benaknya.
“Juna!”
Ya, laki-laki yang namanya mirip seperti tokoh dalam cerita Mahabarata itu kaya dan pasti akan meminjamkan uang padanya.
Alea pun mengambil ponselnya yang ia simpan di atas kasur.
Me
Jun, Lo lagi sibuk enggak?
Tak butuh waktu lama Juna membalas pesannya.
Juna
Kagak, emangnya kenapa?
Me
Bisa ketemu enggak? Gue butuh bantuan Lo
Alea meletakkan kembali ponselnya di atas kasur, ia menunggu balasan pesan Juna. Alea harap Juna bisa membantunya.
Alea mendatangi Chandra di kantin dan membawa laki-laki itu keluar dari sana menjauh dari teman-temannya. Padahal di sana juga ada Leon, namun untuk sementara ini Leon tidak menarik di mata Alea, urusannya kali ini jauh lebih penting daripada mendekati Leon.“Ada apa, Al? Tumben lo nyariin gue?” tanya Chandra, ia merasa heran karena tiba-tiba Alea mencarinya dan menariknya ke sebuah lorong yang sepi.“Gue mau nanya Chan, Lo bilang kakak Lo punya kafe ‘kan?” Alea langsung to the point dengan maksud dan tujuannya mencari Chandra.“Ah itu, iya, kakak gue baru buka kafe sebulan yang lalu. Emangnya kenapa, Al?”“Gini, Lo tahu kan kalau gue punya hutang banyak banget sama Juna. Sekarang gue butuh kerjaan, Lo bisa enggak bantuin gue biar kerja di tempat kakak Lo. Gue butuh banget kerjaan buat nyicil utang gue sama Juna, tempat laundry tetangga gue dijual,” pinta Alea. Wajahnya terlihat memelas sekali.
Leon berdecak kesal saat Alea menghalangi jalannya.“Lo bisa enggak sih jauh-jauh dari gue!” bentak Leon, bahkan ia tak segan-segan mendorong tubuh Alea agar menjauh darinya.Hampir saja Alea jatuh tersungkur, namun Alea sangat baik dalam menjaga keseimbangan tubuhnya hingga ia tidak jadi jatuh.“Leon kdrt mulu sama Lea! Baru juga pacaran gimana nanti kalo kita udah nikah coba?” ucap Alea tanpa dosa, padahal di samping Leon ada Qila, namun Alea tidak peduli. Alea menganggap Qila seperti sosok yang tak kasat mata.“Apaan, sih! Dasar cewek gila!” maki Leon tepat di depan wajah Alea.Bukannya marah Alea justru tertawa. “Iya, Leon. Alea juga sayang kok sama Leon,” balasnya sambil terkikik geli.Alea sama sekali tidak sakit hati dengan ucapan Leon. Sudah biasa Alea mendengar Leon mengatainya dengan kata-kata kasar lainnya. Alea tidak peduli, sangat tidak peduli. Lagi pula ada yang lebih sakit diband
Ini adalah hari pertama Alea bekerja di kafe milik kak Alya. Kakak perempuan Chandra. Kemarin Chandra membawanya ke kafe kakaknya dan mengenalkannya kepada kak Alya.Sesuai janjinya kepada Alea, Chandra meminta bantuan kepada kakaknya untuk memperkerjakan Alea di kafe milik kakaknya itu.Awalnya Alya tidak setuju karena ia tidak tega memperkerjakan anak sekolah, namun setelah mendengar cerita adiknya, akhirnya Alya pun luluh dan mengizinkan Alea bekerja di kafenya, dengan catatan Alea hanya bekerja paruh waktu.“Al, udah waktunya kamu pulang sayang. Udah, itu simpan aja. Biar nanti karyawan lain yang anter.” Suara Alya menginterupsi kegiatan Alea yang sibuk melayani para pengunjung.Alea menoleh, ia mendapati kak Alya yang tengah tersenyum ke arahnya. Ya ampun, senyuman kak Alya mengingatkannya dengan senyuman Chandra. Mentang-mentang keduanya adik-kakak.“Besok kamu 'kan harus sekolah, pulang aja, enggak apa-apa kok,” titah
Oh mengapa kau tinggalkan aku..Sean memetik gitar sedangkan Alea bernyanyi. Mereka sekarang berada di kontrakan Sean sesuai permintaan Alea tadi perempuan itu ingin main sebentar di sana.Kebetulan kontrakan Sean tidak ada batasan tamu mau bertamu jam berapa dan apa pun jenis kelaminnya.Sean mengontrak sebuah rumah di salah satu komplek. Kontrakan Sean juga memiliki pagar cukup tinggi hingga orang-orang tidak bisa melihat dengan jelas siapa saja tamu yang berkunjung.Papa....Oh...Papa.....Memperhatikan raut wajah gadisnya yang begitu menghayati lirik lagu yang dinyanyikannya. Hati Sean berdenyut nyeri melihat Alea yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya.Alea selalu tersenyum untuk menutupi luka yang dibuat oleh papanya. Sean tahu Alea menderita karena papanya yang selalu tega membohonginya demi bersama keluarga barunya.Oh mengapa kau tinggalkan pergi...Papa....Oh...
Hari minggu pagi, Fian dan keluarga kecilnya baru saja selesai sarapan, sekarang laki-laki itu tengah menonton TV di ruang keluarga dengan secangkir kopi buatan Mila.Qila kebetulan juga ada di sana, duduk di sofa menunggu Leon yang katanya hari ini akan main ke rumahnya.“Pa, hari ini kita jalan-jalan yuk. Aku kangen, udah lama kita enggak jalan-jalan,” ajak Qila pada papanya. Bertepatan dengan Mila yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan yang berisi kue buatannya.“Iya Pa, udah lama kita enggak pergi sama-sama.” Mila setuju dengan ajakan putrinya, kini perempuan itu duduk di samping suaminya.“Leon juga mau kesini, sekalian aja kita jalan-jalan berempat,” ucap Qila lagi.Fian mengambil cangkir yang berisi kopi kemudian meneguknya.“Iya, Papa setuju. Kalau gitu Papa telepon Alea dulu, kita ajak dia, ya,” ujar Fian sesaat setelah kembali menaruh cangkirnya pada piring tatak.Qi
“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lima puluh, wah! Lea dapet tujuh ratus lima puluh!” Alea girang, ia baru saja menghitung upah hasil dari cuci baju dan setrika baju milik tetangganya.“Kalau tiap hari aku dapet segini terus, aku bisa cepet lunasin hutang aku sama Juna!” ucap Alea. Ia senang bukan main. Ini adalah penghasilan terbesarnya selama ia bekerja sebagai buruh cuci baju dan setrika baju tetangganya. Bahkan saat ia masih bekerja di tempat laundry milik Bu Sari, Alea hanya mendapatkan upah sebesar delapan puluh ribu tiap harinya.“Minggu depan aku gajian dari kafe! Uang aku jadi banyak nih, Kak!” Alea heboh sendiri. Ia memamerkan penghasilannya kepada Sean.Sean terkekeh melihat kehebohan Alea. Pacarnya itu heboh sendiri ketika menghitung penghasilannya hari ini. Mungkin Alea senang karena dapat uang dari hasil keringatnya sendiri. Selain itu upahnya kali ini lebih besar dari upah sebelumnya.Mereka saa
Pagi ini Alea ceria sekali. Alea berjalan sambil bersenandung, wajahnya tak henti-henti menampilkan senyum manisnya.Penasaran apa yang membuat gadis itu bahagia? Sederhana saja, tadi pagi ia sarapan bersama sang papa, lalu berangkat ke sekolah juga diantar oleh papa, tak lupa sebelum tadi Alea turun dari mobil papanya itu memberikan kecupan hangat di keningnya.Uh! Alea bahagia sekali pokoknya. Kebahagiaannya tidak bisa di deskripsikan.Belum lagi sewaktu ia bangun tadi, pertama kali ia mengecek ponsel, Alea mendapat pesan manis dari sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Sean, ditambah lima hari lagi ia akan gajian di kafe kak Alya! Lengkap sudah kebahagiaan Alea.Alea mudah sekali memaafkan papanya, walaupun papanya itu sering kali berbohong padanya, tapi Alea tetap tidak bisa membenci laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.Sering kali Alea bilang jika nanti papanya pulang, ia tidak akan mau peduli lagi. Alea akan masa bodoh dengan sang
Alea dan Leon berjalan berdampingan. Kali ini tidak ada keributan yang terjadi. Leon tampak tenang dan tidak ada tanda-tanda Leon akan mengamuk atau marah-marah seperti biasanya jika ia berdekatan dengan Alea.Orang-orang yang melihatnya pun merasa heran. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang iseng nyeletuk ke Leon.“Yon, kok kagak marah-marah kayak biasanya? Sekarang akur ya, sama si Neneng geulis,” celetuk salah satu murid laki-laki yang mempunyai mulut lemes kayak perempuan.Leon dan Alea tampak tidak mempedulikan ocehan murid laki-laki itu. Mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.Alea heran, kenapa Leon tidak marah-marah atau sebagainya saat berdekatan dengannya?Sementara itu, Leon masih merasa bersalah kepada Alea. Dimaafkan semudah itu oleh Alea, membuatnya semakin merasa bersalah dan menjadi laki-laki pengecut yang tega main fisik sama perempuan. Jika mamanya tahu, pasti ia akan kena hukuman dan ceceran lain-lain dari m
Berita pertengkaran Alea dan Qilla pun menjadi trending topik di SMA Cendikia Bakti. Banyaksekali siswa dan siswi yang menyayangkan sikap dan tindakan yang dilakukan Alea dan Qilla, terlebih Alea. Padahal Alea adalah siswi kebanggaan sekolah, banyak menorehkan prestasi untuk sekolah, bisa-bisanya dia terlibat skandal seperti itu.Selain gara-gara pertengkaran itu, seluruh murid Cendikia Bakti juga terkejut mendengar pengakuan Juna yang mengatakan jika Alea dan Leon akan bertunangan dalam waktu dekat ini. Semua orang tampak bertanya-tanya, jadi siapa yang menjadi orang ketiga dalam hubungan itu? Alea atau Qilla?Bahkan sebagian murid yang tadinya membela Qilla, kini lebih memilih mendukung Alea. Mereka berbalik arah mendukung Alea, karena mereka menjadi tidak respect dengan Qilla. Dan banyak juga yang menuduh jika Qilla 'lah orang ketiga dalam hubungan itu.“Lea, Lo beneran enggak apa-apa?” tanya Windy untuk kesekian kalinya.
Bu Lia menatap satu persatu tersangka biang kerusuhan di kelas IPA-1. Sementara itu Alea, Juna, dan Qilla menundukkan wajahnya ke bawah. Mereka tidak berani melihat wajah sang guru killer yang tengah menatap mereka dengan tatapan mautnya. “Saya ada di depan, bukan di bawah! Kenapa kalian malah melihat ke bawah?!” Alea, Juna, dan Qilla pun kompak mengangkat wajah mereka, dan menatap wajah Bu Lia dengan raut wajah memelas. Sebenarnya di ruangan itu bukan hanya mereka berempat saja yang ada di dalam ruang BK itu. Di sana ada juga Didit yang dihadirkan sebagai saksi. Selain dari Alea, Juna, dan Qilla, Bu Lia juga ingin mendengar kesaksian dari Didit yang tidak terlibat apa pun dalam pertengkaran itu. “Syaqilla, kenapa kamu ada di kelas IPA-1, bukannya kamu berasal dari kelas IPS-3?” Bu Lia mengawali interogasi dari Qilla. “Emm ... a-anu sa-saya ....” Qilla meneguk air liurnya dengan sulit. Lidahnya kelu, ia tidak tahu harus berkata apa pad
Alea tak habis pikir dengan Qilla, bagaimana bisa ia melabrak dirinya di depan umum apalagi ini adalah kelasnya, bukan kelas Qilla. Apa perempuan itu tidak punya urat malu sebelum bertindak, tapi mengingat siapa ibu Qilla, Alea tidak heran. Syaqilla adalah titisan perempuan medusa dan tidak tahu malu.Alea berdecih. “Lo masih waras 'kan, Qil?” tanyanya dengan nada ejekkan dan membuat api yang ada dalam diri Qilla semakin membuncah.“Bukan gue yang enggak waras, tapi Lo?!”Alea menaikkan sebelah alisnya. “Tunggu, siapa yang bilang Lo enggak waras? Gue 'kan cuman tanya masih waras 'kan?”Tangan Qilla mengepal, ia tidak terima Alea bermain-main dengannya. Karena kesabarannya sudah diambang batas, Qilla pun menarik rambut panjang Alea yang hari ini digerai. Qilla menarik rambut Alea sangat keras hingga Alea memekik kesakitan.Para sahabat, dan teman sekelas Alea yang sejak tadi diam memperhatikan adu mulut mere
Setelah Leon menyelesaikan sarapannya, Leon dan Alea pun pergi ke kelasnya masing-masing. Dan gosip mengenai Alea dan Leon sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Banyak di antara mereka menduga-duga jika Leon putus dari Qilla dan menjalin sebuah hubungan baru dengan Alea.“Lo jadian sama si singa, Al?”Jennie mengerutkan keningnya. Ia tidak paham siapa yang dimaksud oleh Shella yang barusan bertanya kepada Alea. “Singa?”“Itu loh, si Leon. Bahasa Indonesianya Leon 'kan singa,” jawab Shella.Jennie mendengus mendengar jawaban sahabatnya, pandangannya pun ia alihkan ke Alea yang tengah fokus membaca rangkuman biologinya, karena ada desas-desus jika hari ini guru biologi mereka akan mengadakan ulangan dadakan, soalnya minggu kemarin kelas mereka sudah menyelesaikan materi bab 5.“Enggak,” jawab Alea singkat dan padat. Jujur s
Alea berjalan ke arah kelasnya seraya bersenandung ria. Lorong yang dilewatinya tampak sepi karena hari masih terlalu pagi.Yups, Alea datang ke sekolah pagi-pagi sekali, bahkan kedatangannya tidak berselang lama dengan kedatangan pak satpam sekolah.GreppAlea terkesiap, barusan ada yang menarik tangannya tanpa permisi terlebih dahulu.“Eh!”Hampir saja Alea terhuyung jika saja seseorang yang barusan menarik tangannya menahan keseimbangannya.“Apaan sih, main tarik-tarik aj— eh, Leon!” Tadinya Alea ingin marah kepada si pelaku yang sudah lancang menarik tangannya hingga hampir saja tubuhnya mencium lantai sekolah, tapi saat tahu si pelaku itu adalah Leon, dengan cepat Alea mengubah raut wajahnya. Raut wajah kekesalan yang sebelumnya mendominasinya kini berubah menjadi sebuah senyuman bodoh. Leon seratus persen yakin jika saat ini Alea mati-matian menahan kekesalannya dan menunjukkan sebuah fake smil
Entah ada angin apa, tiba-tiba Leon pergi ke rumah Alea. Ia melupakan niatnya membeli mie goreng dan martabak keju pesanan kakaknya. Namun saat Leon tiba di tikungan komplek perumahan Alea, netra Leon tak sengaja menangkap sosok Alea dan sang sahabat—Chandra.Leon mengerutkan keningnya, ia heran kenapa malam-malam Chandra ada di depan rumah Alea?“Atau jangan-jangan selama ini mereka punya hubungan, ya? Waktu itu 'kan si Chandra pernah curhat sama gue kalau dia lagi suka sama cewek,” batin Leon bertanya-tanya.Entah kenapa ada perasaan asing yang hinggap di dadanya saat melihat kedekatan Alea dan Chandra. Ia merasa panas dan tidak suka melihat Alea yang tertawa lepas karena ulah Chandra. Tawa yang jarang Alea perlihatkan padanya.Dengan cepat Alea pun menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengusir pemikirannya itu dari dalam benaknya.“Enggak-enggak, ngapain gue mikirin mereka. Mau Alea punya hubungan sama Chandra ju
Sejak tadi Qila terus mengkode kepada mamanya agar mamanya cepat mengatakan kepada papanya mengenai masalah perjodohan itu. Qila ingin papanya berpihak kepadanya, dan mencoba membatalkan perjodohan yang diusulkan oleh opanya.“Pa—““Tadi aku ketemu sama Ilham di depan kompleks.”Mila pun kembali mengatupkan bibirnya.Mila jelas terkejut mendengar suaminya bertemu dengan Ilham di depan kompleks. Sedang apa mantan suaminya di depan kompleks perumahannya? Atau jangan-jangan mantan suaminya itu berencana membalas dendam kepadanya?Seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya, Alvian pun kembali memperjelas pertemuan singkatnya dengan Ilham. “Tadi Ilham lagi beli martabak, itu loh yang sebelah tukang es campur yang tadi Papa beli.”“Oh.”Kenapa sangat kebetulan sekali. Tadi siang ia yang bertemu dengan Ilham di mall, lalu barusan suaminya
Saat masuk ke ruang istirahat karyawan, Alea terkejut mendapati Chandra tengah duduk lesehan di lantai sembari memainkan ponselnya. Tetapi bukan itu yang membuat Alea terkejut, melainkan Chandra yang tengah memakai seragam kafe kak Yuna.“Chan, ngapain Lo di sini?” tanya Alea yang masih mempertahankan raut terkejutnya.Chandra terkekeh geli melihat ekspresi Alea yang menurutnya sangat menggemaskan itu.“Mulai hari ini gue magang di sini,” jawab Chandra.“What?!”Chandra mengerutkan keningnya melihat respons Alea. “Emangnya kenapa? Kok Lo kayak yang kaget, emangnya salah ya gue kerja di sini?”Alea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bukan seperti itu maksudnya, Alea justru senang sekali Chandra ikut bekerja di kafe kak Yuna, jadi ia ada teman sefrekuensi. Namun yang membuat Alea heran adalah kenapa Chandra mendadak ingin bekerja di kafe kakaknya?“Ya enggak salah, itu &lsq
Alea membolakan matanya melihat sosok laki-laki yang sedang duduk di motornya sembari memainkan ponsel. Alea jelas sangat tahu siapa sosok laki-laki itu.Tak jauh berbeda dengan Alea, Yuki yang berdiri di sebelah Alea ikut terkejut mendapati pacar sahabatnya itu.Yuki pun menyenggol lengan Alea. “Lea, itu kak Sean.”Alea mengerjap, sebelum menghampiri pacarnya Alea lebih dulu mengamati sekitar.“Udah cepet sana, mumpung udah lumayan sepi.” Yuki sedikit mendorong tubuh Alea agar cepat-cepat menghampiri Sean sebelum ada yang menyadari, dan membuat gosip baru.Alea pun berlari menghampiri pacarnya.“Kak!”Sean yang tengah asyik bermain game online pun mendongakkan wajahnya saat mendengar suara yang sangat ia kenali betul itu.Senyum Sean terbit melihat Alea.“Ayo Kak, aku udah telat nih!” Alea buru-buru naik ke motor pacarnya.Sean pun mengangguk, ia memberikan he