Home / Romansa / Relokasi Rasa / 39 Personal Assistant Wedding Organizer

Share

39 Personal Assistant Wedding Organizer

Author: Ans18
last update Last Updated: 2022-08-16 12:24:09

“Nanti aku edit lagi, aku tambahin dari yang kemarin kamu kasih. Ok? Jangan ngambek lah.”

Aileen menatap Gama dengan kesal. Bukan hanya karena mendengar Gama menggodanya dengan tidak akan menambahkan bukti terbaru tentang perbuatan curang Bara ke dalam video, tetapi juga karena lehernya dipenuhi kiss mark dan membuatnya harus mengenakan turtle neck di cuaca panas Jakarta.

Gama meraih tangan Aileen, mengusapinya dengan ibu jari. Kali ini ia benar-benar khawatir Aileen marah padanya. Kalau sampai ia tidak diperbolehkan lagi untuk menyentuh istrinya itu, ia mungkin bisa gila.

“Lain kali bisa nggak, jangan bikinnya di leher?”

“Ooh.” Gama akhirnya sadar apa yang membuat Aileen kesal. “Ok. Lain kali nggak di leher. Masih banyak tempat lain …, Aw!” Ia mengaduh karena Aileen mencubit tangannya dengan cukup keras. “Tapi bisa juga nggak, Leen, ini dipotong aja? Badanku luka-luka gara-gara bekas cakaranmu.”

“Kamu pikir aku nggak luka? Robek malah.”

Dan seperti biasa, Gama selalu kehabisan kata k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Neee I
Ini pasti yang ada hubungannya Gama mau digugat cerai sama Aileen nih
goodnovel comment avatar
Eka Rahmi
wahh aku lupa nih, ada apa dengan wo...
goodnovel comment avatar
Herni
hmmhh gimana ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Relokasi Rasa   40 Pertunjukan Utama dalam RUPS

    “Kak, gimana yang masalah rekanan hotel?” Naren mengangsurkan segelas teh hangat ke anak sulungnya yang pagi itu ia panggil demi persiapan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ia sengaja bicara berdua dengan Aileen karena belakangan ini ada beberapa masalah hukum yang harus Aileen selesaikan.Tendensi para pemegang saham adalah mencecar Aileen karena Aileen bukan laki-laki dan sering berhasil mengintimidasi mereka. Karena itu, Naren selalu mendampingi Aileen agar siap dalam RUPS, agar anaknya tidak diremehkan dan agar Aileen suatu hari nanti bisa menggantikannya.“Secara operasional, Adam udah beresin semua. Secara legal, aku, timku, sama tim legal Acasa Candra juga udah beresin semua. Ada beberapa pihak yang akan kita ajukan ke pengadilan niaga karena mereka nggak mau kerja sama untuk bayar pinalti wanprestasi ke kita, Pa.”“Harus sampe pengadilan? Cost-nya untuk maju ke pengadilan sama pinalti yang harus mereka bayar mungkin juga nggak beda jauh, Kak.”Aileen mengangguk paham. “Tapi in

    Last Updated : 2022-08-19
  • Relokasi Rasa   41 Kenapa Kamu Melakukannya?

    “Pak Naren.” Fathan—asisten Naren yang sudah beberapat tahun ini mengabdi—masih memegangi kedua tangan Bara setelah menyeretnya keluar ruangan RUPS. Tentu saja kejadian itu menarik perhatian orang-orang yang melintasi lobby.“Bawa ke ruangannya. Tunggu sampe saya datang. Nggak ada yang boleh keluar masuk ruangannya!” perintah Naren seakan tahu apa yang ingin ditanyakan asistennya.“Baik, Pak.”“Pak Naren, saya bisa jelasin. Pasti ada orang yang dendam sama saya. Kenyataannya tidak seperti yang ada di video—”Naren melangkah hingga ujung sepatunya hampir menyentuh ujung sepatu Bara. “Tutup mulutmu atau saya suruh Fathan buat pasang lakban di mulutmu!” Sekali lagi Naren memberi kode kepada Fathan untuk menyeret Bara menjauh darinya. Saat ini, ia benar-benar muak melihat wajah Bara.“Ervin sama Yara balik ke kantor aja, Papa mesti beresin masalah ini dulu. Aileen ikut Papa.” Naren memang tidak mengarahkan, apakah istrinya perlu pergi atau tetap bersamanya, tetapi tangannya yang menggande

    Last Updated : 2022-08-19
  • Relokasi Rasa   42 Yang Terjadi Setelah RUPS

    "Pa, Ma!” teriak Aileen yang tergesa turun dari mobil dan berlari kecil masuk ke dalam rumah keluarganya.Gama mengekor di belakang setelah memarkirkan mobilnya dengan asal di dekat garasi.“Pa, Ma!” Sekali lagi Aileen berteriak, tetapi langkahnya kali ini langsung menuju ke kamar orang tuanya. Di ruangan lain memang sudah sepi, jadi kemungkinan besar orang tuanya sudah beristirahat di dalam kamar.Rhea tergesa membuka pintu kamar karena kaget mendengar suara Aileen. “Kakak, kok ke sini malem-malem?” tanya Rhea bingung.“Mama kenapa? Mana yang kena cakar?” Aileen dengan paniknya menarik tangan mamanya, memeriksa keadaan sang mama dengan teliti.Alih-alih menanggapi Aileen yang sibuk meneliti tangannya, Rhea malah menyapa menantunya. “Gama, ini kenapa pada ke sini? Aileen ah. Kalo ke sini jangan malem-malem. Kasian kan Gama capek.”“Apaan, orang dia di rumah aja seharian.”“Iya, nggak apa-apa, Ma. Aku hari ini di rumah kok seharian,” sahut Gama. “Mama nggak apa-apa?”“Ini yang kata Erv

    Last Updated : 2022-08-24
  • Relokasi Rasa   43 Move On Jalur Tercepat

    “Lagi ngerjain apa sih pagi-pagi?” tanya Gama. Ia baru keluar dari kamar mandi dan melihat Aileen yang sudah sibuk menekuri laptop-nya.Hari masih terlalu pagi dan Aileen malah memusatkan perhatiannya kepada laptop, bukan dirinya, tentu saja Gama tidak terima.Tidak bisa dibiarkan kan?“Gam!” tegur Aileen saat Gama mulai menciumi lehernya.“Hm …,” jawab Gama asal sebelum meraih jemari Aileen dan memainkannya. “Sayang banget jarinya dipake ngutak-ngatik keypad laptop pagi-pagi. Ada aku yang nganggur loh ini.”“Tapi ini persiapanku buat meeting nanti—”Gama tahu apa yang dikerjakan Aileen penting, sangat penting malah, jika dilihat dari Aileen yang pagi-pagi buta sampai harus berkutat dengan pekerjaan itu. Namun, Gama sedang bertaruh dengan diri sendiri.Aileen yang ia tahu workaholic, Aileen yang tidak bisa diganggu jika fokus pada sesuatu, Aileen yang kadang masih mencoba memasang pagar pembatas dengannya, apa ia bisa menaklukkan Aileen lagi?Aileen menyembunyikan geramannya saat Gama

    Last Updated : 2022-08-30
  • Relokasi Rasa   44 Ulah Beta

    "Kok kamu di sini?”Ervin hanya bisa menutup mulut saat sang kakak menatapnya dengan tajam.“Ngapain kamu di hotel? Ada meeting atau …?” Jelas Aileen curiga karena tingkah adiknya selama ini yang sering berganti pacar. Hotel di bawah jaringan Candra Group adalah tempat yang terlarang untuk Ervin.“Hmm … makan siang doang kok.”“Sama siapa?”Ervin menelan ludahnya. Sang Mama juga intimidatif seperti kakaknya, tapi setidaknya ia bisa bergelayut manja dengan sang Mama untuk meluluhkan hati mamanya, tetapi tidak untuk kakaknya ini. “Kakak mau ke toilet? Sana, masuk aja dulu. Aku tunggu di depan sini.”“Kamu pikir Kakak sebodoh itu? Kamu pasti mau kabur kan?”“Nggak, Kak. Beneran, aku tungguin.”“Nggak, nggak. Kakak nggak percaya sama kamu. Ngaku! Kamu ke sini sama siapa?”Ervin menghela napas pasrah. “Ya udah, ayo. Ikut makan sekalian ajalah,” ujar Ervin sembari menggiring kakaknya menuju restoran di lantai yang sama.Gama sedang sibuk mengunyah sirloin steak yang tadi dipesannya, saat ti

    Last Updated : 2022-09-04
  • Relokasi Rasa   45 Jangan Terlalu Percaya

    “Btw, Mal. Pura-pura nggak tau kalo artis itu mantannya Gama ya. Soalnya si artis juga lagi akting di depan gue, seakan-akan nggak terlalu deket sama Gama.”“Hah?”“Aktingnya bagus?”“Ya … mayan lah. Kecuali pas dia ikutan nyaut waktu Gama manggil ‘Sayang’. Atau mungkin memang waktu itu Gama manggil dia, nggak taulah.” Aileen mengedikkan bahu, tetapi kemudian bahunya diusap seseorang.“Apa sih maunya Kak Beta?” Gama menahan geraman kesalnya dan berniat mengamuk di depan kedua perempuan yang baru datang itu, tidak peduli kalau salah satunya adalah kakak kandungnya.“Gam.” Aileen menggeleng pelan. “Banyak orang.”Gama mengatur napasnya, berusaha menekan emosinya yang tadi sempat terpantik. Pada akhirnya Gama benar-benar berjalan ke arah dua perempuan itu, tapi tangannya hanya terulur ke kakaknya dan menariknya ke samping garasi. “Maumu apa sih, Kak?”“Nothing. Abis ini aku ada jadwal nyalon bareng sama dia. Biar simpel, dia kuajak ke sini, jadi nanti dari sini tinggal berangkat bareng.”

    Last Updated : 2022-09-07
  • Relokasi Rasa   46 Saya Tidak Mau Harga Diri Anak Saya Diinjak-injak

    “Dia ngomong apa sama kamu?” tanya Gama yang akhirnya menemukan keberadaan sang istri.Sudah beberapa menit setelah Arabella pergi, yang kemudian diikuti dengan kepergian Beta, Gama akhirnya sadar kalau istrinya tidak ada di area mereka berkumpul. Setelah mencari ke beberapa ruangan, barulah Gama menemukan Aileen yang tengah terdiam di balkon lantai dua rumah mereka, sambil menatap ke arah jalan raya.“Hm?” Aileen menoleh kaget ke asal suara.“Ngapain di sini? Kan orang-orang di taman.” Gama memeluk Aileen dari belakang sembari menghidu aroma istrinya yang kini ia hapal—dengan atau tanpa parfum.“Cari angin.”“Ntar deh kita beli kipas angin biar kamu nggak perlu cari angin ke luar.”Aileen mendengkus pelan, satu siku tangannya menyodok perut liat Gama, membuat Gama terkekeh, bukannya kesakitan.“Maaf ya, aku nggak tau kalo kakakku bisa segila itu dengan ngajak mantanku ke sini. Meskipun aku nggak terlalu deket sama Kak Beta, tapi aku tau ada yang nggak beres sama dia. Nanti aku cari t

    Last Updated : 2022-09-13
  • Relokasi Rasa   47 Daftar Pemesanan Ballroom Hotel

    “Van, yang aku minta waktu itu gimana?”Vania mengernyit bingung dengan pertanyaan Aileen. Ia tidak pernah menunda-nunda pekerjaan dari atasannya tersebut, jadi hampir mustahil ada pekerjaannya yang belum selesai sampai harus ditagih Aileen seperti itu. “Yang … mana ya?”“Yang tentang WO pernikahanku.”“Aaah!” Vania menepuk keningnya, refleks. “Sorry, Leen. Hampir selesai waktu itu. Tapi karena RUPS dan segala tetek bengeknya, aku lupa ngelanjutin. Sorry banget.”Aileen hanya mengerucutkan bibir. Ia tidak menyalahkan Vania dengan keteledorannya itu. Acara RUPS yang kacau—atau lebih tepatnya sengaja mereka kacaukan—ditambah dengan penjadwalan ulang RUPS luar biasa, lalu bocornya data perusahaan, wajar kalau Vania terdistraksi dari pekerjaan yang sebenarnya memang bukan tugasnya sebagai sekretaris direktur legal.“Kamu mau aku kirim data seadanya yang udah kudapat? Atau nunggu aku ngelengkapin semuanya?”“Kapan kamu bisa ngelengkapin datanya?”Vania tampak berpikir sejenak. Ia merasa be

    Last Updated : 2022-09-18

Latest chapter

  • Relokasi Rasa   75 Epilog

    "Kamu serius?" Gama mengernyitkan kening setelah mendengar permintaan Aileen sore itu. Aileen mengangguk dengan wajah penuh harapnya. "Kenapa tiba-tiba?" Gama masih belum bisa menghilangkan rasa herannya. Meski memang sejak ada seorang putri menggemaskan di tengah-tengah mereka, Aileen jadi lebih lembut dan … hopeless romantic—kalau bisa Gama simpulkan dengan sebuah frasa. Dan Gama tidak pernah keberatan menghujani Aileen dengan keromantisan seperti yang diinginkan Aileen. "Pengen aja, Gam. Nggak mau ya?" Aileen tidak sadar kalau ia memperlihatkan rasa kecewanya karena Gama seakan menolak ajakannya. "Bukan nggak mau. Tapi semuanya pasti udah beda. Nggak bakal sama kayak dulu. Udah puluhan tahun kan." "Ya nggak apa-apa. Sekalian olahraga. Ya?" rengek Aileen. "Jarak segitu mana bisa disebut olahraga, Cinta. Kalau dulu aja kita kuat apalagi sekarang." "Tapi kan—” Aileen langsung terdiam saat Gama berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri. Ia akhirnya bisa terseny

  • Relokasi Rasa   74 Pernikahan Impian Aileen

    “Kakek juga punya villa di Bandung, ngapain kita nginep di hotel?” Aileen mengerucutkan bibir kala mobil yang dikendarai sopir berhenti di depan sebuah hotel. Ya meskipun ia juga salah satu bisnis di bawah jaringan Candra Group, tetap saja ia lebih nyaman jika menginap di villa kakeknya. “Villanya Kakek lagi direnov kata Mama.” “Hah? Renov? Apanya?” “Cuma dirapi-rapiin aja dikit. Nanti kita ke sana kok, Mama minta tolong aku buat sekalian ngelihat hasilnya. Tapi sekarang kamu mesti istirahat dulu. Villa Kakek masih ke atas lagi kan, sekitar satu jam dari sini. Kita udah empat jam di perjalanan. Aku nggak mau kamu kecapekan, jadi kita mesti istirahat dulu.” “Iya kita lama di perjalanan itu karena kamu berkali-kali nyuruh sopir buat pelan-pelan.” “Kan biar Kakak nggak keguncang-guncang.” Aileen mengernyitkan kening. Kadang ia masih bingung dengan panggilan ‘Kakak’ yang disebut Gama. Pasalnya dari kecil pun ia dipanggil ‘Kakak’ oleh semua anggota keluarganya, termasuk mama dan papan

  • Relokasi Rasa   73 Belajar tentang Kamu

    “Aku mau nikahin Aileen lagi.”Tiga orang di hadapan Gama—Ervin, Yara, dan Kemala—menatap Gama dengan bingung.“Maksudku, aku mau … semacam ngulang acara pernikahanku sama Aileen. Akad nikahnya sih nggak. Cuma perayaannya aja,” terang Aileen saat melihat ketiga orang di hadapannya benar-benar terlihat kebingungan. “Bisa bantu aku? Karena aku maunya ini jadi kejutan buat Aileen, aku nggak bisa nanya langsung dia maunya gimana. Kalian sebagai orang terdekat Aileen, pasti pernah dong denger gimana pernikahan impian Aileen.”“Emangnya itu bakal ngobatin sakit hatinya Kak Aileen?” sindir Ervin terang-terangan.“Mungkin nggak. Tapi aku mau mewujudkan pernikahan impian Aileen.”Gama sudah memikirkannya jauh-jauh hari. Mungkin ia tidak bisa mengobati sakit hati Aileen karena kelakuannya dulu yang menjadikan acara pernikahan mereka sebagai ajang balas dendam kepada mantan kekasihnya. Tapi setidaknya, ia ingin Aileen memiliki kenangan tentang acara pernikahan yang pernah Aileen impikan.“Jadi,

  • Relokasi Rasa   72 Moody

    “Kak Beta, ini adeknya bisa dibawa pergi nggak? Apaan sih? Ngomong aneh-aneh,” gerutu Aileen. “Kamu pikir aku sejahat apa sampe bisa gugurin anakku …, kalau bener aku hamil. Aku bukan dia.”Gama menutup mulutnya, begitu juga dengan Beta yang entah mengapa merasa tersindir, padahal Aileen tidak berniat menyindir siapa pun. Ia hanya mengungkap fakta.“Kayaknya kalian perlu ngobrol. Aku tinggal ya, Gam. Kopermu nanti biar dianter orang ke rumahmu.” Beta lantas beralih ke Aileen. “Selamat ya, Leen. Jangan lupa cek lagi ke dokter.”Aileen hanya bisa mengangguk sambil menatap kepergian kakak iparnya itu. Ia masih malas melihat Gama yang ada di hadapannya, padahal berminggu-minggu sebelumnya ia benar-benar ingin bertemu dengan Gama.“Mau ke dokter sekarang? Kak Beta ada jadwal praktek jam dua. Tapi kalo kamu mau ke dokter lain, coba … biar aku tanya ke stafku di kantor, ada yang udah punya anak kok. Siapa tau dokter kandungannya bagus. Atau … tanya Mama—”“Gam.” Aileen menggeleng. “Jangan bi

  • Relokasi Rasa   71 Memangnya Bisa?

    "Gama!""Hm?"Kemala semakin menggeram kesal mendengar gumaman Gama. Jelas kalau Gama baru saja bangun tidur atau bahkan sekarang pun masih memejamkan mata setengah tidur."Lo tau kan kalo Aileen nggak enak badan? Lo tau kan kalo Aileen muntah-muntah?" sentak Kemala."Hm?""Bangun, Gam! Gue perlu ngomong serius sama lo."Aileen menatap kosong kepada Kemala. Ia sedang mengabaikan kenyataan bahwa Kemala sedang menghubungi suaminya karena ada kemyataan lain yang harus ia hadapi.Gama terkesiap. Ia kini benar-benar dalam mode siaga. "Aileen kenapa, Mal? Lo masih sama dia kan?""Udah gila ya lo? Denger istri lagi begitu bukannya pulang? Nggak mampu beli tiket lo? Apa urusan di sana lebih penting daripada istri lo?""Mal, Aileen kenapa?"Kemala masih berusaha menenangkan diri sambil mengatur napasnya. Di otaknya hanya ada sumpah serapah untuk Gama. Karena itu, ia tidak menjawab apa pun yang ditanyakan Gama. Fokusnya adalah mengeluarkan semua uneg-uneg yang ada di kepalanya."Pulang lo pagi

  • Relokasi Rasa   70 Rindu yang Tak Terucap

    “Kamu mau balik, Kak? Ngapain? Di rumah juga nggak ada orang kan.”“Kangen rumah, Pa,” jawab Aileen sembari ikut duduk di samping papanya dan bergelayut manja di lengan sang Papa.“Kangen rumah apa kangen suami? Belum pulang juga tuh si Gama? Emangnya nggak bisa nyempetin waktunya? Weekend gitu, pulang ke Jakarta sebentar. Cuma Kalimantan loh, bukannya Amerika.”“Masalah di tambang belum selesai, Pa. Kalo dia pulang, malah makin lama di sananya nanti,” jawab Aileen menenangkan sang Papa yang sepertinya mulai kesal.Apa itu artinya Aileen tidak kesal dengan suaminya?Jangan salah! Aileen juga kesal setengah mati karena Gama tidak kunjung pulang setelah satu bulan pergi ke Kalimantan. Kadang ia bahkan curiga kalau Gama memiliki perempuan lain di sana. Namun, sleep call yang mereka lakukan setiap malam tidak menunjukkan hal-hal yang mencurigakan."Ajak Bibi, atau Mbak, atau siapa pun dari sini, Kak. Mama sama Papa nggak tenang kalo kamu sendirian di rumah." Rhea menepuk punggung tangan A

  • Relokasi Rasa   69 Kekecewaan Gama

    “Dari mana lo yakin dia nggak akan balik lagi?” “Yakinlah, at least untuk sementara.” Kemala mengangguk pasti. “Kontraknya lima tahun. Lama ya tanda tangan kontraknya kalo diitung-itung, hampir satu tahun kan ya, setelah kalian depak dia dulu. Tapi sekarang lo bisa lega kan?” Aileen terkekeh. Memang lebih lama dari yang diperkirakannya. Ia dan Gama juga tidak terlalu mengurus kepindahan Arabella atau apa pun yang berkenaan dengan perempuan itu. Namun, pada akhirnya ada kepastian bahwa Arabella akan berkarir di luar untuk sementara waktu. Meski tidak ada yang namanya kontrak untuk selamanya. Suatu hari nanti, kemungkinan besar Arabella akan kembali lagi. Entah apa yang akan terjadi pada hubungannya dengan Gama ketika hal itu terjadi. Lima tahun lagi, mungkin saja hubungannya dengan Gama jadi lebih erat dengan hadirnya seorang anak. Atau … mungkin juga hubungannya jalan di tempat seperti sekarang karena ia yang masih merasa ragu dengan hubungan rumah tangganya. Ini bukan hanya tenta

  • Relokasi Rasa   68 You Will be A Great Mom

    “Beneran nggak ada kerjaan urgent?”Aileen mengangguk begitu mendengar pertanyaan Gama yang dilemparkannya berkali-kali sejak suaminya itu memintanya untuk ikut bertemu dengan Adit—suami Beta.“Mas Adit ngebolehin nggak ya kalo aku ngajak Risa ke rumah Ibu?” Gama menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Perceraian Beta dan Adit memang masih dalam proses. Tapi karena Adit juga masih harus bekerja dan Adit tidak ingin Risa terkontaminasi dengan kelakuan buruk Beta, maka Adit membawa Risa ke Semarang untuk diasuh oleh orang tuanya. Itu juga yang sedang diperjuangkan Adit—hak asuh Risa.“Nanti kita coba yakinin, kalau niat kita cuma ngobatin kangennya Ibu, bukan mau ngambil Risa dan bikin Risa jauh dari Mas Adit.”Jam makan siang sudah hampir berakhir ketika Gama memarkirkan mobilnya di area parkir sebuah hotel.“Ayo, Mas Adit udah nunggu di lobby.”Benar seperti yang dikatakan Gama, Adit tengah duduk di sofa yang berada di lobby hotel sembari memangku Risa yang masih berumur dua tahun.“Hai

  • Relokasi Rasa   67 Bukan Aileen

    “Iklan yang itu cancel juga, Ra.”Arabella menatap manajernya dengan tatapan nyalang. “Gimana sih kamu? Gitu aja nggak becus! Udah berapa iklan yang cancel? Berapa acara yang juga cancel? Kamu bisa bayangin nggak seberapa besar kerugianku?”Jemmi menggaruk pelipisnya. Ia juga tidak bisa apa-apa ketika klien artisnya itu satu per satu memutuskan untuk mundur. Bukan ia tidak becus, tapi ia sudah mencoba negosiasi ulang, berkali-kali, tetapi tetap saja klien mereka memutuskan untuk membatalkan kontrak, baik yang sudah ditandatangani, atau bahkan yang masih tawar-menawar.“Turunin rate-ku deh,” ketus Arabella. Ia yakin banyak juga artis di luar sana yang menurunkan rate-nya di masa paceklik seperti dirinya sekarang. Ini bukan lagi perkara ‘yang penting dapur ngebul’. Kalau hanya untuk urusan hidup sehari-hari, tabungannya jauh lebih daripada cukup. Tetapi ini masalah eksistensi di dunia hiburan. Jangan sampai orang-orang lantas lupa ada seorang artis yang bernama Arabella.“Sudah, Ra. Kam

DMCA.com Protection Status