Beranda / Romansa / Relokasi Rasa / 45 Jangan Terlalu Percaya

Share

45 Jangan Terlalu Percaya

Penulis: Ans18
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-07 01:37:44

“Btw, Mal. Pura-pura nggak tau kalo artis itu mantannya Gama ya. Soalnya si artis juga lagi akting di depan gue, seakan-akan nggak terlalu deket sama Gama.”

“Hah?”

“Aktingnya bagus?”

“Ya … mayan lah. Kecuali pas dia ikutan nyaut waktu Gama manggil ‘Sayang’. Atau mungkin memang waktu itu Gama manggil dia, nggak taulah.” Aileen mengedikkan bahu, tetapi kemudian bahunya diusap seseorang.

“Apa sih maunya Kak Beta?” Gama menahan geraman kesalnya dan berniat mengamuk di depan kedua perempuan yang baru datang itu, tidak peduli kalau salah satunya adalah kakak kandungnya.

“Gam.” Aileen menggeleng pelan. “Banyak orang.”

Gama mengatur napasnya, berusaha menekan emosinya yang tadi sempat terpantik. Pada akhirnya Gama benar-benar berjalan ke arah dua perempuan itu, tapi tangannya hanya terulur ke kakaknya dan menariknya ke samping garasi. “Maumu apa sih, Kak?”

“Nothing. Abis ini aku ada jadwal nyalon bareng sama dia. Biar simpel, dia kuajak ke sini, jadi nanti dari sini tinggal berangkat bareng.”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Neee I
heeeeemmmm
goodnovel comment avatar
Eka Rahmi
paling sebel part begini emosiku naik ............
goodnovel comment avatar
Mane
aaaaaah ada apa nih sama Gama? apa kira2 ada hubungannya sama manta EO kmr??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Relokasi Rasa   46 Saya Tidak Mau Harga Diri Anak Saya Diinjak-injak

    “Dia ngomong apa sama kamu?” tanya Gama yang akhirnya menemukan keberadaan sang istri.Sudah beberapa menit setelah Arabella pergi, yang kemudian diikuti dengan kepergian Beta, Gama akhirnya sadar kalau istrinya tidak ada di area mereka berkumpul. Setelah mencari ke beberapa ruangan, barulah Gama menemukan Aileen yang tengah terdiam di balkon lantai dua rumah mereka, sambil menatap ke arah jalan raya.“Hm?” Aileen menoleh kaget ke asal suara.“Ngapain di sini? Kan orang-orang di taman.” Gama memeluk Aileen dari belakang sembari menghidu aroma istrinya yang kini ia hapal—dengan atau tanpa parfum.“Cari angin.”“Ntar deh kita beli kipas angin biar kamu nggak perlu cari angin ke luar.”Aileen mendengkus pelan, satu siku tangannya menyodok perut liat Gama, membuat Gama terkekeh, bukannya kesakitan.“Maaf ya, aku nggak tau kalo kakakku bisa segila itu dengan ngajak mantanku ke sini. Meskipun aku nggak terlalu deket sama Kak Beta, tapi aku tau ada yang nggak beres sama dia. Nanti aku cari t

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • Relokasi Rasa   47 Daftar Pemesanan Ballroom Hotel

    “Van, yang aku minta waktu itu gimana?”Vania mengernyit bingung dengan pertanyaan Aileen. Ia tidak pernah menunda-nunda pekerjaan dari atasannya tersebut, jadi hampir mustahil ada pekerjaannya yang belum selesai sampai harus ditagih Aileen seperti itu. “Yang … mana ya?”“Yang tentang WO pernikahanku.”“Aaah!” Vania menepuk keningnya, refleks. “Sorry, Leen. Hampir selesai waktu itu. Tapi karena RUPS dan segala tetek bengeknya, aku lupa ngelanjutin. Sorry banget.”Aileen hanya mengerucutkan bibir. Ia tidak menyalahkan Vania dengan keteledorannya itu. Acara RUPS yang kacau—atau lebih tepatnya sengaja mereka kacaukan—ditambah dengan penjadwalan ulang RUPS luar biasa, lalu bocornya data perusahaan, wajar kalau Vania terdistraksi dari pekerjaan yang sebenarnya memang bukan tugasnya sebagai sekretaris direktur legal.“Kamu mau aku kirim data seadanya yang udah kudapat? Atau nunggu aku ngelengkapin semuanya?”“Kapan kamu bisa ngelengkapin datanya?”Vania tampak berpikir sejenak. Ia merasa be

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Relokasi Rasa   48 Berubahnya Nama Mempelai Wanita

    “Leen.”Aileen mendongak dari layar laptopnya.“Tim pengacara ngirim progress kasus Bara.”“Hm. Nanti aku cek.”Tanpa Aileen cerita pun, Vania sudah tahu kalau mood Aileen sedang tidak baik-baik saja. Itu semua pasti akibat email yang ia kirimkan malam-malam.“Van, aku nggak mau diganggu senggaknya dua jam ke depan. Jangan ada yang boleh masuk ke ruanganku.”“Leen, kalau ini masalah email yang kukirim semalam—”“Kamu bisa istirahat, pasang tanda aja kalau aku nggak mau diganggu.”Vania mengangguk. Sebesar apa pun keinginannya untuk menemani Aileen, tetapi kalau Aileen memerintahkannya untuk pergi, maka dia akan pergi. Lagipula ia yakin Aileen mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.Selepas Vania pergi dari ruangannya dan menutup pintu, Aileen kembali fokus pada layar laptopnya yang menampilkan sebuah file berisikan detail vendor dalam acara pernikahannya dan nomor telepon yang bisa dihubungi.Ia juga sudah memeriksa salinan catatan, screenshot percakapan, sampai foto-foto yang dikirim

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Relokasi Rasa   49 Bukan Karena Aku

    “Jawab! Kamu ngomong apa ke istriku?” Gama mencengkeram siku Arabella sambil menatapnya dengan nyalang.Bukan tanpa alasan Gama melakukan hal itu karena dari rekaman CCTV terlihat Arabella dan Aileen bicara di lorong dekat dapur yang menuju kamar mandi.“Sakit, Gam!” Arabella mengernyit kesakitan. Selama mengenal Gama dan selama menjalin hubungan dengan laki-laki itu, ini pertama kalinya ia diperlakukan sekasar ini.Gama melepaskan tangan Arabella dengan sedikit menyentak. Andai yang dihadapinya adalah seorang laki-laki, mungkin ia bisa menyelesaikannya secara adat.“Gama, tenang, Gam!” Inox menepuk punggung Gama untuk menenangkan.“Gimana gue bisa tenang kalo istri gue tiba-tiba aja pergi? Dan dia!” Gama mengarahkan telunjuknya ke Arabella. “Dia … selalu muncul dan muncul lagi, bikin masalah dan masalah lagi di hidup gue—”“Mungkin dari awal kalian memang nggak pernah saling percaya,” jawab Arabella sembari mengangkat satu sudut bibirnya.“Ya gimana Aileen bisa percaya sama aku kalo

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Relokasi Rasa   50 Pernikahan Palsu

    Aileen berusaha berbaur dengan teman-teman Gama. Tidak terlalu sulit untuknya apalagi jika sosok yang diajaknya bicara adalah perempuan karena pada dasarnya ketertarikan perempuan di mana-mana hampir sama—keindahan, kecantikan, fashion—hanya segelintir perempuan mungkin yang punya minat untuk mengamati pergerakan harga saham, dan Aileen juga tidak pernah kesulitan menyamakan frekuensi dengan pembicaraan para laki-laki.Namun, di tengah kesibukannya meladeni percakapan teman-teman Gama, matanya tetap awas mengamati seseorang. Ketika pada akhirnya orang yang diamatinya tersebut menjauh dan beranjak menuju area belakang rumah, Aileen diam-diam mengikuti.“Tau nggak, biasa jadi pusat perhatian bikin aku jadi lebih peka. Aku tau kalo kamu dari tadi merhatiin aku. Kenapa?” Arabella berhenti si tengah-tengah lorong. Tidak ada apa-apa dan siapa-siapa di lorong sepangjang sekitar dua meter yang mengarah ke kamar mandi.Aileen berhenti melangkah tepat di hadapan Arabella. “Cuma mau bilang, aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Relokasi Rasa   51 Satu Nama yang Selalu Ia Desahkan

    “Aileen, maafin aku.” Gama menyerukkan kepalanya ke bahu Aileen.Aileen memejamkan mata, bukan karena ia meresapi keberadaan Gama yang sedang memeluknya, ia hanya … lelah dan tidak tahu bagaimana melampiaskan kemarahannya. “Lepasin!”Bukannya melepaskan pelukannya, Gama malah memeluk Aileen lebih erat. Kepercayaan dirinya tidak pernah berada di titik terendah seperti ini. “Aku jelasin semuanya ya.”“Terlambat, Gam. Kalo di awal pernikahan ini aku masih punya keinginan untuk mempertahankan, sekarang keinginan itu nggak ada lagi.”“Jangan ngomong gitu, Leen. Please, dengerin aku dulu.”“Apa sih yang mau kamu jelasin?” Aileen masih ingin bicara, tapi terpaksa berhenti karena Gama mengangkatnya dan mendudukkannya di sofa yang berjarak lima langkah dari tempat mereka berdiri semula.Tangan Aileen berusaha berontak. Namun, tetap saja ia kalah kuat dari Gama. Karena itu, ia mulai mengeluarkan semua yang menjejali kepalanya. “Aku udah tau semuanya. Kamu pesen ballroom dari tahun lalu, atas na

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-30
  • Relokasi Rasa   52 Just Give Him Some Punishment, and Then …

    Aileen mengunyah roti bakar di tangannya dengan ogah-ogahan. Itu adalah roti yang ia siapkan sendiri padahal Gama sudah memasak nasi goreng untuknya. Sebenarnya, selera makan Aileen sama sekali tidak ada. Namun, ia ada meeting pagi itu sampai siang dan menunjukkan kalau ada masalah dalam rumah tangganya bukanlah pilihan bagus untuknya.Sementara Gama sedang berada di dekat jendela yang mengarah ke kolam renang, memberi arahan kepada Adnan untuk mengambilkan kunci yang semalam ia lempar ke luar.“Udah gila kali lo ya? Kalo ada kebakaran gimana?” oceh Adnan sambil memunguti beberapa kunci di lantai, bahkan salah satunya hampir masuk ke kolam renang.“Udah deh, gue lagi nggak minat berantem. Bukain buruan. Yang gantungan kuncinya warna coklat buat pintu itu.” Gama menunjukkan pintu yang tida jauh darinya.Sambil bersungut, Adnan memasukkan satu anak kunci ke pintu yang ditunjukkan Gama.“Lagian kenapa sih sampe ngelempar kunci rumah ke luar? Aileen mau kabur?” Adnan terdiam setelah beber

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • Relokasi Rasa   53 Bagaimana Cara Meluluhkan Aileen?

    “Leen, Gama jemput kamu. Nunggu di luar.”Aileen mendongak dari tumpukan pekerjaannya. Helaan napas kasar keluar darinya. Pagi tadi, ketika ia dan Kemala turun dari lantai 14 di mana unit apartemen Kemala berada, sosok Gama telah menunggunya di depan lobby apartemen. Dia tidak bisa menerka bagaimana cara Gama menemukannya. Mungkin Kemala yang membocorkan keberadaannya atau Gama punya sumber lain.Namun, sore ini, ketika Gama muncul lagi di kantornya, Aileen jadi yakin tentang tujuan laki-laki itu. Apalagi kalau bukan berusaha untuk menyeretnya pulang.“Ok, noted,” jawab Aileen sebelum kembali menekuri draft perjanjian di tangannya.“Nggak disuruh masuk ke sini?”“Biarin aja kalo dia mau nunggu aku kelar. Oh iya, Van, draft MoU yang aku minta tadi siang, kirim ke aku sekarang ya.”“Itu masih ada waktu buat di-review sampe besok kok, Leen.”“Nggak apa-apa, kirim sekarang aja.”Vania sempat mengernyit mendengar permintaan Aileen, tapi pada akhirnya ia mengalah dan pamit keluar dari ruang

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-14

Bab terbaru

  • Relokasi Rasa   75 Epilog

    "Kamu serius?" Gama mengernyitkan kening setelah mendengar permintaan Aileen sore itu. Aileen mengangguk dengan wajah penuh harapnya. "Kenapa tiba-tiba?" Gama masih belum bisa menghilangkan rasa herannya. Meski memang sejak ada seorang putri menggemaskan di tengah-tengah mereka, Aileen jadi lebih lembut dan … hopeless romantic—kalau bisa Gama simpulkan dengan sebuah frasa. Dan Gama tidak pernah keberatan menghujani Aileen dengan keromantisan seperti yang diinginkan Aileen. "Pengen aja, Gam. Nggak mau ya?" Aileen tidak sadar kalau ia memperlihatkan rasa kecewanya karena Gama seakan menolak ajakannya. "Bukan nggak mau. Tapi semuanya pasti udah beda. Nggak bakal sama kayak dulu. Udah puluhan tahun kan." "Ya nggak apa-apa. Sekalian olahraga. Ya?" rengek Aileen. "Jarak segitu mana bisa disebut olahraga, Cinta. Kalau dulu aja kita kuat apalagi sekarang." "Tapi kan—” Aileen langsung terdiam saat Gama berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri. Ia akhirnya bisa terseny

  • Relokasi Rasa   74 Pernikahan Impian Aileen

    “Kakek juga punya villa di Bandung, ngapain kita nginep di hotel?” Aileen mengerucutkan bibir kala mobil yang dikendarai sopir berhenti di depan sebuah hotel. Ya meskipun ia juga salah satu bisnis di bawah jaringan Candra Group, tetap saja ia lebih nyaman jika menginap di villa kakeknya. “Villanya Kakek lagi direnov kata Mama.” “Hah? Renov? Apanya?” “Cuma dirapi-rapiin aja dikit. Nanti kita ke sana kok, Mama minta tolong aku buat sekalian ngelihat hasilnya. Tapi sekarang kamu mesti istirahat dulu. Villa Kakek masih ke atas lagi kan, sekitar satu jam dari sini. Kita udah empat jam di perjalanan. Aku nggak mau kamu kecapekan, jadi kita mesti istirahat dulu.” “Iya kita lama di perjalanan itu karena kamu berkali-kali nyuruh sopir buat pelan-pelan.” “Kan biar Kakak nggak keguncang-guncang.” Aileen mengernyitkan kening. Kadang ia masih bingung dengan panggilan ‘Kakak’ yang disebut Gama. Pasalnya dari kecil pun ia dipanggil ‘Kakak’ oleh semua anggota keluarganya, termasuk mama dan papan

  • Relokasi Rasa   73 Belajar tentang Kamu

    “Aku mau nikahin Aileen lagi.”Tiga orang di hadapan Gama—Ervin, Yara, dan Kemala—menatap Gama dengan bingung.“Maksudku, aku mau … semacam ngulang acara pernikahanku sama Aileen. Akad nikahnya sih nggak. Cuma perayaannya aja,” terang Aileen saat melihat ketiga orang di hadapannya benar-benar terlihat kebingungan. “Bisa bantu aku? Karena aku maunya ini jadi kejutan buat Aileen, aku nggak bisa nanya langsung dia maunya gimana. Kalian sebagai orang terdekat Aileen, pasti pernah dong denger gimana pernikahan impian Aileen.”“Emangnya itu bakal ngobatin sakit hatinya Kak Aileen?” sindir Ervin terang-terangan.“Mungkin nggak. Tapi aku mau mewujudkan pernikahan impian Aileen.”Gama sudah memikirkannya jauh-jauh hari. Mungkin ia tidak bisa mengobati sakit hati Aileen karena kelakuannya dulu yang menjadikan acara pernikahan mereka sebagai ajang balas dendam kepada mantan kekasihnya. Tapi setidaknya, ia ingin Aileen memiliki kenangan tentang acara pernikahan yang pernah Aileen impikan.“Jadi,

  • Relokasi Rasa   72 Moody

    “Kak Beta, ini adeknya bisa dibawa pergi nggak? Apaan sih? Ngomong aneh-aneh,” gerutu Aileen. “Kamu pikir aku sejahat apa sampe bisa gugurin anakku …, kalau bener aku hamil. Aku bukan dia.”Gama menutup mulutnya, begitu juga dengan Beta yang entah mengapa merasa tersindir, padahal Aileen tidak berniat menyindir siapa pun. Ia hanya mengungkap fakta.“Kayaknya kalian perlu ngobrol. Aku tinggal ya, Gam. Kopermu nanti biar dianter orang ke rumahmu.” Beta lantas beralih ke Aileen. “Selamat ya, Leen. Jangan lupa cek lagi ke dokter.”Aileen hanya bisa mengangguk sambil menatap kepergian kakak iparnya itu. Ia masih malas melihat Gama yang ada di hadapannya, padahal berminggu-minggu sebelumnya ia benar-benar ingin bertemu dengan Gama.“Mau ke dokter sekarang? Kak Beta ada jadwal praktek jam dua. Tapi kalo kamu mau ke dokter lain, coba … biar aku tanya ke stafku di kantor, ada yang udah punya anak kok. Siapa tau dokter kandungannya bagus. Atau … tanya Mama—”“Gam.” Aileen menggeleng. “Jangan bi

  • Relokasi Rasa   71 Memangnya Bisa?

    "Gama!""Hm?"Kemala semakin menggeram kesal mendengar gumaman Gama. Jelas kalau Gama baru saja bangun tidur atau bahkan sekarang pun masih memejamkan mata setengah tidur."Lo tau kan kalo Aileen nggak enak badan? Lo tau kan kalo Aileen muntah-muntah?" sentak Kemala."Hm?""Bangun, Gam! Gue perlu ngomong serius sama lo."Aileen menatap kosong kepada Kemala. Ia sedang mengabaikan kenyataan bahwa Kemala sedang menghubungi suaminya karena ada kemyataan lain yang harus ia hadapi.Gama terkesiap. Ia kini benar-benar dalam mode siaga. "Aileen kenapa, Mal? Lo masih sama dia kan?""Udah gila ya lo? Denger istri lagi begitu bukannya pulang? Nggak mampu beli tiket lo? Apa urusan di sana lebih penting daripada istri lo?""Mal, Aileen kenapa?"Kemala masih berusaha menenangkan diri sambil mengatur napasnya. Di otaknya hanya ada sumpah serapah untuk Gama. Karena itu, ia tidak menjawab apa pun yang ditanyakan Gama. Fokusnya adalah mengeluarkan semua uneg-uneg yang ada di kepalanya."Pulang lo pagi

  • Relokasi Rasa   70 Rindu yang Tak Terucap

    “Kamu mau balik, Kak? Ngapain? Di rumah juga nggak ada orang kan.”“Kangen rumah, Pa,” jawab Aileen sembari ikut duduk di samping papanya dan bergelayut manja di lengan sang Papa.“Kangen rumah apa kangen suami? Belum pulang juga tuh si Gama? Emangnya nggak bisa nyempetin waktunya? Weekend gitu, pulang ke Jakarta sebentar. Cuma Kalimantan loh, bukannya Amerika.”“Masalah di tambang belum selesai, Pa. Kalo dia pulang, malah makin lama di sananya nanti,” jawab Aileen menenangkan sang Papa yang sepertinya mulai kesal.Apa itu artinya Aileen tidak kesal dengan suaminya?Jangan salah! Aileen juga kesal setengah mati karena Gama tidak kunjung pulang setelah satu bulan pergi ke Kalimantan. Kadang ia bahkan curiga kalau Gama memiliki perempuan lain di sana. Namun, sleep call yang mereka lakukan setiap malam tidak menunjukkan hal-hal yang mencurigakan."Ajak Bibi, atau Mbak, atau siapa pun dari sini, Kak. Mama sama Papa nggak tenang kalo kamu sendirian di rumah." Rhea menepuk punggung tangan A

  • Relokasi Rasa   69 Kekecewaan Gama

    “Dari mana lo yakin dia nggak akan balik lagi?” “Yakinlah, at least untuk sementara.” Kemala mengangguk pasti. “Kontraknya lima tahun. Lama ya tanda tangan kontraknya kalo diitung-itung, hampir satu tahun kan ya, setelah kalian depak dia dulu. Tapi sekarang lo bisa lega kan?” Aileen terkekeh. Memang lebih lama dari yang diperkirakannya. Ia dan Gama juga tidak terlalu mengurus kepindahan Arabella atau apa pun yang berkenaan dengan perempuan itu. Namun, pada akhirnya ada kepastian bahwa Arabella akan berkarir di luar untuk sementara waktu. Meski tidak ada yang namanya kontrak untuk selamanya. Suatu hari nanti, kemungkinan besar Arabella akan kembali lagi. Entah apa yang akan terjadi pada hubungannya dengan Gama ketika hal itu terjadi. Lima tahun lagi, mungkin saja hubungannya dengan Gama jadi lebih erat dengan hadirnya seorang anak. Atau … mungkin juga hubungannya jalan di tempat seperti sekarang karena ia yang masih merasa ragu dengan hubungan rumah tangganya. Ini bukan hanya tenta

  • Relokasi Rasa   68 You Will be A Great Mom

    “Beneran nggak ada kerjaan urgent?”Aileen mengangguk begitu mendengar pertanyaan Gama yang dilemparkannya berkali-kali sejak suaminya itu memintanya untuk ikut bertemu dengan Adit—suami Beta.“Mas Adit ngebolehin nggak ya kalo aku ngajak Risa ke rumah Ibu?” Gama menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Perceraian Beta dan Adit memang masih dalam proses. Tapi karena Adit juga masih harus bekerja dan Adit tidak ingin Risa terkontaminasi dengan kelakuan buruk Beta, maka Adit membawa Risa ke Semarang untuk diasuh oleh orang tuanya. Itu juga yang sedang diperjuangkan Adit—hak asuh Risa.“Nanti kita coba yakinin, kalau niat kita cuma ngobatin kangennya Ibu, bukan mau ngambil Risa dan bikin Risa jauh dari Mas Adit.”Jam makan siang sudah hampir berakhir ketika Gama memarkirkan mobilnya di area parkir sebuah hotel.“Ayo, Mas Adit udah nunggu di lobby.”Benar seperti yang dikatakan Gama, Adit tengah duduk di sofa yang berada di lobby hotel sembari memangku Risa yang masih berumur dua tahun.“Hai

  • Relokasi Rasa   67 Bukan Aileen

    “Iklan yang itu cancel juga, Ra.”Arabella menatap manajernya dengan tatapan nyalang. “Gimana sih kamu? Gitu aja nggak becus! Udah berapa iklan yang cancel? Berapa acara yang juga cancel? Kamu bisa bayangin nggak seberapa besar kerugianku?”Jemmi menggaruk pelipisnya. Ia juga tidak bisa apa-apa ketika klien artisnya itu satu per satu memutuskan untuk mundur. Bukan ia tidak becus, tapi ia sudah mencoba negosiasi ulang, berkali-kali, tetapi tetap saja klien mereka memutuskan untuk membatalkan kontrak, baik yang sudah ditandatangani, atau bahkan yang masih tawar-menawar.“Turunin rate-ku deh,” ketus Arabella. Ia yakin banyak juga artis di luar sana yang menurunkan rate-nya di masa paceklik seperti dirinya sekarang. Ini bukan lagi perkara ‘yang penting dapur ngebul’. Kalau hanya untuk urusan hidup sehari-hari, tabungannya jauh lebih daripada cukup. Tetapi ini masalah eksistensi di dunia hiburan. Jangan sampai orang-orang lantas lupa ada seorang artis yang bernama Arabella.“Sudah, Ra. Kam

DMCA.com Protection Status