Bab 12: Memori yang TersembunyiPagi itu, Arjuna terbangun dengan perasaan yang masih campur aduk. Tubuhnya terasa sedikit lebih baik setelah malam penuh kejadian di hutan, namun pikirannya masih dihantui oleh sosok Genderuwo dan kekuatan dahsyat yang tiba-tiba bangkit dalam dirinya. Tak ada satu pun yang benar-benar masuk akal, dan ia tahu ini bukan hal yang bisa ia tanyakan pada sembarang orang, kecuali pada Pak Budi.Setibanya di kampus, Arjuna berjalan menuju kelas dengan perasaan was-was. Belum sempat ia masuk, suara akrab memanggilnya dari belakang. Dani, dengan raut wajah yang sedikit khawatir, berlari menghampirinya.“Jun! Kemana saja, sih? Kita semua udah khawatir banget,” ucap Dani, menepuk bahunya.Arjuna tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kegalauan dalam dirinya. “Maaf, Dan. Ada urusan mendadak semalam.”Dani mengerutkan kening, namun tak bertanya lebih lanjut. Bersamaan dengan itu, Livia lewat bersama beberapa
Bab 12: Pertemuan Tak Terduga Suasana kafe kampus sore itu cukup tenang. Hanya terdengar obrolan samar di sekitar, berpadu dengan aroma kopi yang khas, menenangkan pikiran Arjuna. Ia duduk sendirian di pojok ruangan, matanya menerawang ke luar jendela. Bayang-bayang pengalaman berat bersama Pak Budi dan pertemuan tak terduganya dengan Eyang Semar masih melekat dalam benaknya. Bagi Arjuna, banyak hal berubah sejak ia menyadari siapa dirinya sebenarnya — reinkarnasi dari Ares, dewa perang yang melegenda. Namun, bersama kesadaran itu pula, tanggung jawab besar terasa semakin menghimpitnya. Kini, ia bukan hanya mahasiswa biasa, tapi seorang pelindung yang terikat pada sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Pikirannya terputus ketika suara tawa dari arah pintu masuk mengalihkan perhatiannya. Ia mengangkat kepala, melihat teman-teman dekatnya, Bayu, Dani, Ratna, dan Sarah, baru saja memasuki kafe. Mereka membawa en
**Bab 13: Tanda-Tanda Bahaya** Keesokan harinya, suasana di kampus tampak seperti biasanya — hiruk-pikuk para mahasiswa yang berlalu-lalang, suara riuh canda tawa di sudut-sudut lorong, dan wajah-wajah lelah yang tampak sibuk dengan tumpukan tugas. Namun, di dalam benak Arjuna, semua terasa berbeda. Sejak pertemuannya dengan Banyu kemarin, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal, seakan sosok itu menyimpan maksud tersembunyi yang tidak bisa ia abaikan begitu saja. Arjuna berjalan menyusuri koridor menuju ruang kelasnya. Bayu dan Dani sudah menunggu di sana, berbincang-bincang dengan santai seperti biasa. Saat melihat Arjuna datang, mereka melambaikan tangan dan menyuruhnya cepat-cepat mendekat. "Juna, sini, bro!" panggil Bayu dengan senyum lebarnya. "Ada kabar menarik nih!" Arjuna mengerutkan alis dan mempercepat langkahnya. "Apa sih? Kok kalian semangat banget?" Dani mengangkat bahunya sambil tertawa. "Ternyat
Bab 14: Awal dari Konflik Setelah percakapan dengan Pak Budi, Arjuna semakin berhati-hati terhadap Banyu. Ia mulai membatasi interaksinya dan mengamati dari jauh, berusaha mencari tahu lebih dalam tentang mahasiswa baru ini. Namun, sikap Banyu yang terus mendekati teman-temannya membuat Arjuna merasa terpojok, seolah Banyu perlahan-lahan menyusup ke dalam kehidupannya. Di sisi lain, Banyu tampak semakin akrab dengan teman-teman Arjuna. Bayu, Dani, Ratna, dan Sarah mulai sering mengajak Banyu bergabung dalam aktivitas mereka, dan Banyu selalu hadir dengan senyum ramahnya. Ketika Arjuna melihat mereka tertawa bersama, ia merasakan ada kecemasan yang sulit dijelaskan. Meskipun ia tidak memiliki bukti konkret, ia yakin ada maksud tersembunyi di balik keramahan Banyu. Suatu hari setelah perkuliahan, Banyu mendatangi Arjuna di lorong kampus. “Juna, kamu ngga ada waktu buat ngobrol lagi, ya? Kamu sibuk banget akhir-akhir ini,”
**Bab 15: Perubahan yang Tak Terlihat** Livia menatap kosong ke luar jendela apartemennya, pikirannya melayang jauh. Udara sore yang cerah terasa begitu kontras dengan gejolak perasaan yang mengguncangnya. Arjuna—teman yang telah lama ia kenal—telah berubah begitu drastis. Bukan hanya penampilannya yang tampak semakin serius dan fokus, tetapi sikap dan perilakunya pun mulai berbeda. Livia merasa seolah-olah ada jarak yang tiba-tiba muncul di antara mereka. Meskipun Arjuna tidak pernah bersikap dingin, ada perasaan bahwa ia kini lebih tertutup, lebih terkendali. Livia tidak tahu bagaimana cara mendekatinya lagi. Setelah kejadian di rumah sakit, Livia tidak bisa lagi mengabaikan perasaan itu. Kepalanya masih terasa pusing dengan segala kejadian yang berlangsung begitu cepat. Arjuna yang tiba-tiba memiliki kekuatan yang begitu besar, kekhawatiran akan keselamatan teman-temannya, dan akhirnya pengungkapan tentang dirinya yang ternyata terhubung dengan dewa
**Bab 16: Bawahan Sven mulai Bergerak ** Suasana hutan terasa sunyi, hanya suara dedaunan yang tertiup angin serta kicauan burung yang sesekali terdengar. Di tengah-tengah ketenangan itu, Arjuna dan Pak Budi berdiri berhadapan di sebuah lapangan terbuka yang tersembunyi dari pandangan manusia. Tempat itu adalah lokasi yang selama ini digunakan Pak Budi untuk latihan spiritual dan meditasi. Dengan mata tertutup, Arjuna mencoba merasakan energi yang mengalir di sekelilingnya, sebagaimana diajarkan oleh gurunya. Pak Budi, yang terkenal dengan kekuatan Semar yang ia miliki, memperhatikan muridnya dengan tatapan penuh keyakinan. “Arjuna,” katanya tenang, “kekuatan yang kamu miliki bukan hanya sekadar warisan fisik, tapi juga spiritual. Kamu adalah perwujudan dari kekuatan dewa, tapi tanpa kedamaian dalam batinmu, kekuatan itu bisa menjadi senjata yang memakan dirimu sendiri.” Arjuna mengangguk, m
Bab 17: Musuh dalam Bayangan Matahari pagi perlahan menyinari kawasan hutan tempat Arjuna menjalani latihan bersama Pak Budi. Hembusan angin terasa sejuk, mengiringi ketenangan suasana di sekeliling mereka. Pak Budi, dengan sorot mata penuh ketenangan dan kebijaksanaan, berdiri tegap di hadapan Arjuna yang tampak bersiap-siap. “Arjuna, kekuatan yang ada di dalam dirimu bukanlah kekuatan biasa,” ujar Pak Budi sambil menatap Arjuna dalam-dalam. “Kekuatanmu memiliki jejak masa lalu yang panjang, berhubungan erat dengan para dewa dan dunia spiritual.” Arjuna menyimak dengan penuh perhatian, pandangannya tak lepas dari wajah Pak Budi yang selalu tenang. Selama ini, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya, sesuatu yang sering kali muncul dalam bentuk bayangan aneh dan kekuatan yang tidak ia pahami. Namun, mendengar kata-kata Pak Budi hari ini, Arjuna merasa seperti menemukan kepingan puzzle yang hilang.
**Bab 18: Kekuatan yang Tersembunyi** Suasana malam terasa lebih hening dari biasanya. Langit bertabur bintang, tapi bagi Arjuna, malam ini bukan sekadar waktu untuk beristirahat. Ia duduk bersila di kamarnya, mencoba mengulang latihan meditasi yang diajarkan Pak Budi. Di kepalanya terlintas kejadian-kejadian aneh yang ia alami selama ini, juga kilasan kekuatan yang mulai ia rasakan namun belum sepenuhnya ia kuasai. “Sesuatu yang besar sedang menantimu,” gumam Arjuna pada dirinya sendiri, teringat kata-kata Pak Budi. Ia menutup matanya lebih erat, berusaha merasakan kembali getaran kekuatan dalam dirinya. Di tempat lain, Ragnar dan Banyu bertemu di area tersembunyi di pinggiran kampus, jauh dari hiruk-pikuk dan pandangan mahasiswa lain. Ragnar menatap Banyu dengan sorot mata penuh perhitungan. “Bagaimana, apa kau mendapatkan informasi yang kita butuhkan?” Ragnar bertanya sambil menyilangkan tangan. Banyu mengangguk. “Dani mengungkapkan bahwa Pak Budi memang dikenal di kampus, dan