Sebagian budak pria masih ingin melawan Ling Li, mereka berpikir lebih baik mati daripada harus menjadi budak yang melayani seorang anak kecil seperti Ling Li. Tau gertakannya tidak mempan Ling Li menaruh kembali pedangnya, Ling Li menghampiri salah satu budak pria di depannya dan menggenggam tangannya."Lepaskan dia," teriak budak pria bernama Lu Gi, Lu Gi walau umurnya masih muda dia yang paling kuat diantara lainnya.Tidak menghiraukan Lu Gi Ling Li langsung memeluk pria yang di depannya, Ling Li berbisik di telinga pria itu hingga membuatnya meneteskan air mata."Terima kasih, maaf kami salah paham padamu," ucapnya yang langsung berlutut."Bangunlah, jelaskan saja ke mereka," sahut Ling Li."Kamu kemarilah, jangan takut kami akan melindungimu," teriak Lu GI."Kalian semua salah paham, dia tidak berniat memperkerjakan kita dia membeli kita hanya untuk membebaskan kita semua," sahut Jiu Lo."Aku tidak percaya, kamu pikir apa ada orang yang ingin membeli kita dan melepaskan kita lagi
Semalam Lu Gi bercerita pada Ling Li kenapa dirinya tidak mempercayainya awalnya. Waktu itu sebelum menjadi seorang budak Lu Gi memiliki teman yang sangat dekat dengannya, keduanya sudah bagai saudara walau hidup tidak menentu dan terus mengembara, Lu Gi yang saat itu sangat mempercayai temannya mengutuk dirinya sendiri betapa bodohnya dirinya mempercayai orang tanpa tau tujuannya hingga membuatnya dijual dan dijadikan budak.Mendengar cerita dari Lu Gi yang mengenang masa lalunya Ling Li hanya menganggukkan kepalanya, Ling Li mengerti seberapa sakitnya dikhianati orang yang ada bersama kita yang sudah kita anggap sebagai saudara karena dirinya juga pernah merasakannya."Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Ling Li."Aku tidak memiliki siapa-siapa, aku sudah putuskan akan mengikutimu sama seperti mereka," sahut Lu Gi.Ling Li menggelengkan kepalanya cepat. Lu Gi yang melihat Ling Li menggelengkan kepala menghela nafas, Lu Gi mengerti pasti tidak mudah bagi Ling Li ingin be
Ling Li terus menatap tungku di depannya, memang benar di sekeliling tungku terdapat ukiran Naga yang sangat terang, aura tungku darah Naga di depannya juga berbeda dengan tungku lima jari miliknya."Mungkin ini yang dinamakan takdir," ucap Sin."Apa maksudnya takdir?" tanya Ling Li kebingungan."Tungku darah Naga adalah tungku yang dimiliki leluhur Naga, tungku ini hilang sebelum kami berpisah dan sekarang kamu mendapatkannya," ucap Naga kedua."Jadi, tungku ini tidak bisa dipakai?" tanya Ling Li lagi."Kamu bisa memakainya, tapi sebisa mungkin jangan ada yang tau kalau kamu memiliki tungku darah Naga, satu saja manusia tau kamu akan menjadi terget untuk mereka yang ingin mendapatkan tungku Naga," ucap Naga kedua.Ling Li mengganggukan kepalanya tanda mengerti, Ling Li bergegas memasukan tungku darah Naga ke tas penyimpanannya dan kembali melanjutkan perjalanannya. Ling Li menaiki pedangnya untuk mencari tempat membuat pil, sebentar lagi dirinya akan mendatangi perguruan Matahari dar
Hoooooooooooooeeeeeerr.Harimau menggeram sambil terus berjalan ke arah Ling Li, melihat Ling Li yang sangat santai tidak takut padanya sang Harimau tidak berani langsung menyerangnha, Harimau takut Ling Li yang seorang manusia menyimpan siasat tersembunyi untuk langsung mengalahkannya karena semua manusia yang ditemuinya memang seperti itu sangat licik."Hei manusia, apa kamu tidak takut denganku?" tanya sang Harimau."Kenapa harus takut," sahut Ling Li."Hahahaha, ternyata nyalimu besar juga aku menyukainya," ucap Harimau bertaring emas tertawa sangat keras."Bagaimana kalau kita bertarung, apa kekuatanmu sama besar dengan nyalimu," sambung sang Harimau.Ling Li terdiam sambil memutar kedua bola matanya, Ling Li bingung haruskah menerimanya atau tidak, kalau tidak menerimanya bukannya sama saja mengaku kalau dirinya memang lemah pikir Ling Li."Bagaimana?" tanya Harimau lagi."Boleh, tapi ada syaratnya," sahut Ling Li.Sang Harimau terlihat tidak senang, baru kali ini dirinya mau be
Ling Li meminta pedangnya terbang menuju kota tempat di mana perguruan Matahari darah berdiri, sampai di sana tidak ingin menjadi pusat perhatian Ling Li meminta pedangnya menurunkannya jauh dari gerbang kota dan berjalan kaki masuk ke dalamSepanjang jalan memasuki kota murid perguruan Matahari darah hampir memenuhi jalan, Ling Li menggelengkan kepala saat melihat murid perguruan Matahari darah merampas barang milik warga bahkan merampok terang-terangan disiang hari."Tidak heran mereka memiliki nyali besar, warga pasti tidak ingin berurusan dengan para ketua mereka," ucap Sin."Iya, mereka juga pasti takut saudara kita akan menghancurkan mereka semua karena disuruh manusia sialan itu," sahut Naga kedua.Ling Li berjalan menghampiri salah satu pedagang makanan kecil untuk membeli apa yang dijualnya, sang pedagang yang melihat Ling Li tidak memakai seragam perguruan Matahari darah langsung mengelus dada dan menghela nafas lega."Pak 3 mantau dagingnya ya," ucap Ling Li dengan sopan."
Lei Na terus mengikuti Ling Li kemanapun dia pergi, Ling Li berulang kali berpura-pura kesal karena Lei Na terus mengikutinya tapi Lei Na tidak juga pergi. Saat Ini Ling Li yang berada di sebuah tempat makan menatap Lei Na dengan serius, Lei Na hanya tersenyum melihat Ling Li yang menatapnya dengan tajam.Bagi Lei Na cara apapun yang digunakan Ling Li membekukan temannya sangat istimewa, dirinya harus bisa menguasainya juga bagaimanapun caranya dan tidak akan berhenti mengikutinya sebelum Ling Li mau mengajarinya."Sebenarnya apa maumu?" tanya Ling Li mengernyitkan alisnya."Berteman denganmu, siapa namamu?" tanya Lei Na balik."Apa kalau kamu tau namaku kamu akan berhenti mengikutiku," sahut Ling Li."Tentu saja tidak," ucap Lei Na sambil tersenyum."Kalau begitu apa alasannya kamu ingin berteman denganku?" tanya Ling Li lagi."Aku mau kamu mengajarkanku cara membekukan temanku tadi," ucap Lei Na.Ling Li mengalihkan pandangannya dan langsung berdiri, Ling Li bergegas pergi setelah m
Ling Li mengikuti Ketua Ang tanpa bersuara, tak lama Ketua Ang menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan. Sebelum mengetuk pintu Ketua Ang meminta Ling Li untuk tetap diam apapun yang terjadi di sana, Ketua Zhu adalah Kakaknya tempramen Kakaknya sangat buruk jangan sampai Ling Li mati sebelum mengajarkan itu padanya.Tok tok tok.Tiga ketukan Ang menurunkan kembali tangannya, peraturan yang dibuat oleh Kakaknya tidak boleh mengetuk pintu ruangannya lebih dari 3 kali."Ang masuklah, tapi siapa dia kenapa kamu membawa orang luar kemari," ucap Ketua Zhu dari dalam.Ketua Ang memberi isyarat agar Ling Li tetap diam di tempat, melihat Ling Li yang menganggukkan kepalanya tanda mengerti membuat Ketua Ang langsung masuk ke dalam meninggalkan Ling Li.Di dalam ruangan Ketua Ang duduk di kursi tidak jauh dari Kakaknya, terbesit rasa kesal melihat Kakaknya yang sudah sangat tua tapi masih menjadi Ketua utama perguruan Matahari darah."Jelaskan padaku, kenapa kamu membawa orang luar masuk
Kedua Naga masih menatap Ling Li, Naga kelima tidak percaya kalau Ling Li manusia yang ada di dalam ramalan penyihir Naga. Walau tidak percaya tidak ada salahnya bertanya, benar atau tidaknya urusan akhir keduanya memutuskan bertanya pada Ling Li."Hei manusia, apa kamu benar-benar mengerti apa yang kami katakan," ucap Naga kelima."Tentu saja," sahut Ling Li."Aku tau apa yang kalian ingin katakan, tidak ada yang bisa mengerti apa yang kalian katakan selain manusia yang ada di dalam ramalan penyihir Naga bukan," ucap Ling Li."Kamu juga tau tentang ramalan. Sebenarnya kamu siapa?" tanya Naga keenam."Sebelum aku jelaskan aku ingin bertanya pada kalian, apa kalian berdua tidak menyesal pernah menyerang saudara kalian?" tanya Ling Li balik.Kedua Naga saling pandang, kejadian itu sudah sangat lama sekali dan yang tau hanya mereka berdua, Kakak mereka dan Ketua Zhu. Mendengar pertanyaan Ling Li kedua Naga kembali menatap Ling Li penuh tanda tanya."Bagaimana kamu bisa tau?" tanya Naga k
Ling Li menarik nafas panjang menatap ke anak tangga di depannya, setelah yakin sudah siap Ling Li melangkah naik ke anak tangga pertama. Breeeeeees. Di anak tangga pertama Ling Li merasa seperti disiram air yang cukup panas, Ling Li menatap ke tangannya yang masih baik-baik saja setelah tersiram air itu. "Ini baru anak tangga pertama," ucap Ling Li. Tap tap tap. Ling Li kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga kedua, di tempatnya saat ini berdiri Ling Li merasa hawa panas mengelilinginya, hawa panas yang dirasakannya berbeda dari yang pernah dirasakannya selama ini. Sambil menahan hawa panas yang mengelilinginya Ling Li melangkah naik ke tangga ketiga, hawa panas seketika menghilang, dari bawah Ling Li tiba-tiba merasa kakinya kepanasan seperti menginjak bara api. Ling Li menundukkan kepalanya, setelah melihat kakinya menginjak bara api yang sangat panas Ling Li mengeluarkan unsur airnya menyiram bara api dibawahnya dan langsung naik ke anak tangga selanjutnya.
Sin yang terbang menuju tempat sebelumnya tiba-tiba terpikirkan sesuatu, Ling Li sangat terobsesi dengan menjadi kuat sepertinya ada tempat yang bisa membuatnya menjadi kuat selain menyerap inti monster. "Jika aku katakan ada tempat yang bisa membuatmu menjadi kuat apa kamu akan pergi ke sana?" tanya Sin. "Itu tentu saja," sahut Ling Li. "Kalau begitu aku akan membawamu ke sana ke tempat yang bisa membuatmu menjadi lebih kuat," ucap Sin. "Kenapa tidak mengatakannya dari awal, kalau begitu Cepat bawa aku ke sana," sahut Ling Li penuh semangat. Sin langsung terbang dengan kecepatan penuh selama beberapa hari, Setibanya di suatu tempat Sin bergegas turun ke bawah membuat Ling Li yang masih berada di atasnya terus memperhatikan menara di depannya. "Di menara itu terdapat menara surga dan neraka Aku sangat yakin di tempat itu Cocok untukmu," ucap Sin. "Kalau begitu aku tidak akan membuang waktu lagi," sahut Ling Li yang bergegas turun dari Sin dan Sin kembali masuk ke dalam lar
Sin yang melihat Ling Li berjalan menuju perkotaan bergegas ke luar dari dalam tubuhnya, Sin lupa memberitahu Ling Li satu hal inti hati monster sangat sulit di dapat orang biasa yang tidak mengetahui kelemahannya, jika Ling Li menyerapnya di kota pendekar dari beberapa penjuru pasti akan mendatanginya dan berusaha merebutnya Sin yang tiba-tiba ke luar mengejutkan Ling Li, tidak seperti biasanya jika ingin ke luar Sin akan bilang dulu padanya tapi sekarang Sin tiba-tiba saja ke luar dan berdiri di depannya. "Ada apa?" tanya Ling Li. "Cepat naik," ucap Sing membuat Ling Li semakin tidak mengerti. Ling Li langsung menaiki Sin tanpa banyak bertanya, baru saja Sin membawa Ling Li terbang dari beberapa arah Ketua dari berbagai perguruan mendatangi tempat Ling Li sebelumnya. "Ada apa? tidak biasanya kamu langsung ke luar begitu saja," ucap Ling Li. "Apa kamu tidak sadar beberapa orang sedang ke arahmu," sahut Sin. "Aku memang merasakan getaran, tapi aku tidak terpikir jika mer
"Apa kamu akan langsung berburu?" tanya Sin yang melihat Ling Li yang berulang kali menarik nafas panjang. "Tidak, aku masih harus singgah ke sebuah tempat," sahut Ling Li. "Tempat apa?" tanya Sin lagi. "Nanti juga kamu akan mengetahuinya," ucap Ling Li. Ling Li langsung terbang kembali menuju kediaman keluarga Li yang sudah di bakarnya. Ling Li berdiri di antara kuburan ayah pemilik tubuh dan bibi Cie, setelah mengucapkan beberapa kata Ling Li menundukkan kepala memberi penghormatan terakhir. "Ahhhhh, ternyata datang kemari," ucap Sin. Kali ini semua yang berkaitan dengan tubuh asli sudah terlepas olehnya, Ling Li merasa jauh lebih tenang seakan tubuh yang digunakannya saat ini benar-benar miliknya seutuhnya. "Haaaaaaah," Ling Li menghela nafas panjang sambil berjalan pergi, sekarang dirinya sudah bisa kembali ketujuan awalnya. "Jadi apa kamu akan pergi ke reruntuhan Arkas sekarang?" tanya Sin. "Tentu saja, bukankah itu tujuan awal kita," ucap Ling Li. "Setelah
Ling Li berjalan pergi meninggalkan rumah ibu tirinya yang penuh dengan genangan darah, satu tugasnya selesai Ling Li bergegas ke Pangeran Yan yang berada tidak jauh dari istana. "Bagaimana?" tanya Pangeran Yan pelan. "Selesai," ucap Ling Li sambil tersenyum puas. "Apa kita serang sekarang?" tanya Pangeran Yan lagi. "Pasukan yang kamu bawa kalau banyak dengan mereka, aku akan pergi ke barak prajurit setelah selesai aku akan bertelepati padamu," ucap Ling Li. "Baiklah, akan ku tunggu," sahut Pangeran Yan. Salah satu prajurit yang melihat Pangeran Yan selalu menuruti perkataan Ling Li memutuskan untuk bertanya, sebenarnya apa yang membuat Pangeran Yan selalu menurut pada Ling Li. "Kamu tidak akan tau, karena semua yang direncanakannya sudah pasti berhasil, aku sudah membuktikannya sendiri," ucapan Pangeran Yan membuat prajurit yang bertanya terdiam. Di tempat berbeda Ling Li yang mendatangi barak prajurit langsung mengeluarkan racunnya, Ling Li sengaja hanya menyebarkan racunnya
Ketua Along tersenyum tipis sambil bersiap menyerang Ling Li, Ketua Along meyakini dirinya memiliki pertahanan yang sangat kuat dan penyerangan yang sangat cepat, dirinya sangat yakin pria yang akan menjadi panglima perangnya tidak sehebat dirinya sendiri. Wheeeeeeeessssss. Ketua Along bergerak cepat menyerang Ling Li yang hanya diam, diamnya Ling Li menjadi kesempatan untuk Ketua Along menyerangnya bertubi-tubi. Serangan kaki tangan yang sudah dikerahkan Ketua Along sama sekali tidak membuat Ling Li merasa kesakitan, Ling Li sengaja hanya diam membiarkan Ketua Along menyerangnya agar merasa puas. Ini tidak mungkin, kenapa serangan ku tidak berpengaruh padanya, aku akan mencobanya sekali lagi," dalam hati Ketua Along. Buuuug, buuuuuug, buuuuuuug. Ketua Along terus menendang Ling Li tanpa henti, setelah merasa kelelahan sendiri Ketua Along menghentikan usahanya dan menatap Ling Li. "Apa sudah selesai?" tanya Ling Li. "Sekarang giliranku," ucap Ling Li dengan nada serius
Setelah berhasil menghentikan penyebaran racun Ling Li langsung mengambil pil mahkota Dewi miliknya, Ling Li menelankan pilnya ke Pangeran Yan dan kembali duduk di sebelahnya. Hanya beberapa menit racun di dalam tubuh Pangeran Yan perlahan menghilang, Ling Li yang melihat usahanya berhasil menghela nafas lega dan duduk bersandar. "Heeeeeh, setelah berburu monster bagaimana jika kamu membuka pengobatan saja dan menjadi tabib," ucap Sin. "Aku tidak berminat, lagipula mengobati orang membutuhkan kesabaran ekstra," sahut Ling Li. "Emmm, benar juga harusnya aku tau kalau kamu tidak memiliki kesabaran ya," ucap Sin. Ling Li yang duduk di samping Pangeran Yan Su melihat mata Pangeran Yan terbuka perlahan, Pangeran Yan yang habis bermimpi bertemu seseorang langsung menatap ke arah Ling Li tanpa berkedip. "Apa aku masih bermimpi," ucap Pangeran Yan. Plaaaaaaaaaak. "Bangun, sudah bukan waktunya tidur lagi," sahut Ling Li yang baru menepuk pundak Pangeran Yan. "Kamu? apa ini be
Sebelum membakar rumah keluarga Li Ling Li menemukan sebuah giok berlambang kerajan. Selain kelompok pembunuh bayaran darah merah salah satu anggota kerajaan pasti ikut andil dalam pembantaian keluarganya. "Kita mulai dari kelompok pembunuh bayaran darah merah dulu," ucap Ling Li. "Ahhhhh aku ingat, aku pernah mendengar markas pembunuh bayaran darah merah berada di bukit tengkorak," sahut Sin. "Apa kamu tau tempatnya?" tanya Ling Li. "Tentu saja," sahut Sin. "Bawa aku sekarang juga ke sana," ucap Ling Li yang langsung menaiki Sin. Sin mengepakkan sayapnya terbang menjauh meninggalkan rumah keluarga Li yang terbakar habis, Sin yang bisa merasakan hawa membunuh Ling Li sangat kuat memutuskan untuk tetap diam tanpa bertanya apa yang akan Ling Li lakukan setelah sampai di sana. Hanya membutuhkan waktu 1 jam bagi Sin untuk tiba di bukit tengkorak, Sin langsung menurunkan Ling Li dan menunjuk ke arah balik bukit tempat markas pembunuh bayaran darah merah berada. "Kamu ingin me
Dari kejauhan Wei Yan hanya bisa menatap ayahnya yang berjalan pergi, dari dalam lubuk hati Wei Yan merasa bersalah sudah berkata seperti itu pada ayahnya tapi penderitaan yang selama ini dirasakannya sendiri juga dari ayahnya, apakah salah yang sudah dilakukannya tadi pikir Wei Yan yang menangis dalam diamnya. Ling Li yang melihat Wei Yan menangis tanpa sadar langsung memeluknya, Ling Li berulang kali mengatakan pada Wei Yan kalau yang dilakukannya tadi sudah benar. "Ehem, sangat jarang melihat mu berinisiatif terlebih dulu," ucap Sin bertelepati. Ling Li bergegas melepaskan pelukannya, tepat setelah melepaskan pelukannya Wei Yan yang berhenti menangis membuat Ling Li merasa lega sendiri. "Terima kasih," ucap Wei Yan memalingkan wajahnya. "Untuk apa?" tanya Ling Li. "Karena kamu sudah membantu ku tadi, tidak hanya itu kamu juga bahkan sudah menyembuhkan wajahku, andai ada yang bisa kulakukan untuk berterima kasih padamu," ucap Wei Yan sambil menatap Ling Li. "Jangan pi