Rasa takjub melihat Naga kedelapan yang hanya menggerakkan tangannya bisa membuat pohon tumbang membuat Ling Li tidak sabar ingin berlatih, selama ini dirinya hanya tau mengayunkan pedangnya ke arah musuh tanpa tau bahwa selain pedang masih banyak yang bisa digunakannya menjadi senjata seperti pedang."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Ling Li."Yang harus kamu tau pedang bukan hanya sekedar senjata, pedang juga memiliki jiwa sama seperti manusia pada umumnya," ucap Naga kedelapan."Jadi apa menurutmu di dalam pedangku juga ada jiwanya?" tanya Ling Li."Aku tidak tau, karena hanya kamu yang bisa membangkitkan jiwa pedangmu karena dia sudah menyatu padamu," ucap Naga kedelapan.Ling Li menarik pedangnya dan menaruhnya di pangkuannya, Ling Li memperhatikan dengan teliti pedangnya sambil berpikir. Memang benar setelah dirinya mendapatkan 2 buku tentang pedang pedangnya bisa mengerti apa yang dipikirkannya, tidak hanya itu pedangnya bahkan tau apa yang seharusnya dilakukan tanpa
3 hari berlalu sejak Ling Lo berlatih menjadi ahli pedang, semua macam gaya berpedang yang diajarkan Naga kedelapan berhasil dikuasai Ling Li walau tidak mudah."Empat puasaran mata angin," ucap Ling Li sambil mengayunkan tangannya.Wheeeeeeeeeeessssssssssss.5 pohon tumbang setelah Ling Li mengayunkan tangannya, sempurna sudah pelatihan nya menjadi ahli pedang saat ini dirinya bisa menebas tanpa harus menggunakan pedangnya."Bagus, kamu hanya membutuhkan waktu 3 hari saja untuk menguasai semuanya, aku salut untuk itu," ucap Naga kedelapan."Lumayan sulit untukku karena tidak boleh ada keraguan sedikitpun, itu yang membuatku mengulang terus," sahut Ling Li."Tapi sekarang kamu sudah menjadi ahli pedang, kamu harus mencari lawan untuk menguji kemampuan mu," ucap Naga kedelapan."Pasti ada waktunya untuk itu, sebelum ke perguruan Legenda aku ingin ke Kota mencari bahan untuk membuat pil dan racun," sahut Ling Li sambil berdiri."Aku kira kamu sudah lupa," ucap Naga kedua."Tidak mungkin
Kereta kuda memasuki gerbang kerajaan dan berhenti di sebuah taman yang sangat besar. Pangeran Yang Hay yang baru turun dari kereta mempersilahkan Ling Li turun, Pangeran Yang Hay menjelaskan kalau saat ini Ling Li berada di gerbang timur Kerajaan Kuanda dan itu adalah tempat tinggalnya.Ling Li hanya menganggukkan kepalanya sambil memperhatikan sekelilingnya, dari kejauhan Ling Li melihat seorang wanita berpakaian pelayan terus memperhatikan ke arahnya dan Pangeran Yang Hay."Apa kamu yakin semua yang ada di tempat mu ini adalah orang mu," ucapan Ling Li mengejutkan Pangeran Yang Hay."Ini memang tempat tinggal ku, tapi semua urusan di sini ku serahkan dengan seseorang yang sangat aku percayai," sahut Pangeran Yang Hay."Aku hanya memberimu saran lebih baik kamu serahkan saja semua urusan tempat tinggalmu ini padanya, karena orang yang kamu percayai itu adalah mata-mata musuh terdekatmu," ucap Ling Li yang baru saja menunjuk pengawal Pangeran Yang Hay.Pangeran Yang Hay terdiam membi
Pangeran Yang Hay masih tidak percaya dengan permintaan Ling Li, kalau akhirnya seperti itu seharusnya dirinya berpikir dua kali untuk membawa Ling Li ke kerajaan Kuanda karena berhasil atau kalah tidaknya Ling Li sama-sama membuatnya kehilangan muka di depan Ayahnya."Pembuktian dimulai," teriak Yang Mulia Raja.Ling Li mengeluarkan beberapa bahan yang sudah dibelinya, satu persatu dimasukkan ke dalam dua tungku yang ada di depannya. Semua yang hadir masih menatap Ling Li sambil terus meneriaki Ling Li adalah seorang pembohong, mereka meminta Ling Li memyerah saja dan mengakui kalau dirinya benar-benar hanya membual.Berbeda dari yang lainnya Ketua Asosiasi racun bagian barat sudah tidak sabar ingin melihat hasil yang dibuat oleh Ling Li, Ketua Asosiasi racun barat bukan tidak percaya Ling Li bisa membuat keduanya hanya saja dirinya hanya pernah melihat Ling Li membuat racun dan belum pernah membuat pil obat, mungkinkah anak muda itu mampu membuat keduanya pikir Ketua Asosiasi racun
Ling Li menaiki pedang nya terus terbang menuju perguruan Legenda yang berada di tempat sangat jauh, perjalanannya memakan waktu 2 bulan lamanya untuk Ling Li sampai di perguruan Legenda.Dari kejauhan sebelum turun dari pedangnya Ling Li melihat dua menara tinggi berlambang Naga di puncaknya, dari penjelasan Sin dua menara itu adalah menara kembar yang sudah berdiri bahkan sebelum perguruan Legenda ada."Di sini tidak ada rumah warga, bagaimana cara agar bisa masuk ke dalam sana," ucap Ling Li yang berdiri cukup jauh dari gerbang perguruan Legenda."Heeeeh tidak ada warga, bahkan tidak ada murid yang berjaga sepertinya perguruan ini masih menutup diri," sahut Sin.Ling Li menatap gerbang besar yang juga berukiran Naga sama seperti yang ada di atas menara, sebenarnya apa hubungan Naga kesembilan dengan perguruan Legenda kenapa semua masih berkaitan dengan Naga pikir Ling Li.Kriiiiiiiieeeeeeeeet.Suara gerbang dibuka mengejutkan Ling Li, Ling Li bergegas berjalan ke arah pintu gerbang
Sampai di sebuah ruangan Naga kesembilan langsung melompat dan duduk di kursi empuk kesukaannya, semua barang di dalam yang ruangan berukiran dirinya membuat Naga kesembilan bangga pada dirinya sendiri."Jadi kamu benar Naga kesembilan?" tanya Ling Li."Benar, aku adalah Naga kesembilan," ucap Naga kesembilan sambil menjilati cakarnya."Aku tanya sekali lagi, apa kamu benar-benar Naga kesembilan?" tanya Ling Li."Jangan membuatku mengulanginya lagi, aku adalah Naga kesembilan yang agung," ucap Naga kesembilan."Tapi kenapa kamu seperti kucing yang menjilati cakar mu," sahut Ling Li."Suka-suka aku, jadi kamu benar manusia yang ada di ramalan penyihir Naga," ucap Naga kesembilan."Mereka semua berkata seperti itu, aku tidak tau kebenaran nya," sahut Ling Li."Jadi benar kedelapan saudara ku ada padamu?" tanya Naga kesembilan."Benar," sahut Ling Li."Kalau begitu aku akan bergabung dengan mereka, tapi." ucap Naga kesembilan tidak melanjutkan perkataannya."Tapi apa?" tanya Ling Li pena
Ling Li yang baru memasuki rumah memperhatikan seisi rumah sambil berjalan terus masuk ke dalam. Di ruang tamu yang tidak seberapa besar Ling Li menatap beberapa lukisan bergambar hewan yang ditempel di dinding, mata Ling Li terus memperhatikan setiap gambar dengan teliti Ling Li merasa gambar itu seperti hidup dan sedang memperhatikannya."3 lukisan itu akan membantumu nanti, lebih baik kamu simpan saja,"ucap Sin."Membantu bagaimana maksud mu?" tanya Ling Li tidak mengerti."Sudah simpan saja dulu," ucap Sin lagi."Baiklah, aku percaya padamu," sahut Ling Li.Ling Li bergegas memasukkan 3 lukisan bergambar hewan berbeda itu ke dalam tas penyimpanannya, Ling Li kembali berjalan memasuki kamar yang berada tepat di sampingnya."Kira-kira ini kamar Yuw atau Yus," ucap Ling Li."Kalau menurutku ini pasti kamar Yus, coba kamu perhatikan dengan baik hampir semua yang ada di sini berwarna gelap sama seperti pakaian Yus," sahut Sin."Benar juga," ucap Ling Li yang langsung berjalan ke meja k
Ling Li mengikut saran Sin untuk menguasai kedua kitab jurus yang diambilnya dari rumah Yus, dengan cepat Ling Li mengeluarkan dua kitab jurus dari dalam tas penyimpanan nya dan membaca nama jurus yang tertera di depan."Jurus seribu satu wajah, jurus seribu satu suara," ucap Ling Li."Kedua jurus ini apa penting?" tanya Ling Li."Walau terlihat tidak penting tidak ada jurus yang tidak berguna, tidak ada salahnya kamu menguasai itu terlepas berguna atau tidak untukmu," ucap Sin."Karena kamu sudah berkata seperti itu, aku akan berusaha menguasai keduanya," sahut Ling Li.Ling Li langsung membuka kitab jurus yang ada di pangkuannya lalu menutup matanya, tak lama Ling Li yang baru menutup mata tiba-tiba mendengar suara dari segala arah di sekitarnya hingga membuat Ling Li tanpa sadar membuka matanya.Ling Li tidak bisa melihat apa yang ada di sekitarnya karena terlalu gelap, menggunakan mata Dewa nya juga masih tidak bisa melihat apa yang ada sekitarnya saat ini."Siapa kamu? apa yang m
Ling Li menarik nafas panjang menatap ke anak tangga di depannya, setelah yakin sudah siap Ling Li melangkah naik ke anak tangga pertama. Breeeeeees. Di anak tangga pertama Ling Li merasa seperti disiram air yang cukup panas, Ling Li menatap ke tangannya yang masih baik-baik saja setelah tersiram air itu. "Ini baru anak tangga pertama," ucap Ling Li. Tap tap tap. Ling Li kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga kedua, di tempatnya saat ini berdiri Ling Li merasa hawa panas mengelilinginya, hawa panas yang dirasakannya berbeda dari yang pernah dirasakannya selama ini. Sambil menahan hawa panas yang mengelilinginya Ling Li melangkah naik ke tangga ketiga, hawa panas seketika menghilang, dari bawah Ling Li tiba-tiba merasa kakinya kepanasan seperti menginjak bara api. Ling Li menundukkan kepalanya, setelah melihat kakinya menginjak bara api yang sangat panas Ling Li mengeluarkan unsur airnya menyiram bara api dibawahnya dan langsung naik ke anak tangga selanjutnya.
Sin yang terbang menuju tempat sebelumnya tiba-tiba terpikirkan sesuatu, Ling Li sangat terobsesi dengan menjadi kuat sepertinya ada tempat yang bisa membuatnya menjadi kuat selain menyerap inti monster. "Jika aku katakan ada tempat yang bisa membuatmu menjadi kuat apa kamu akan pergi ke sana?" tanya Sin. "Itu tentu saja," sahut Ling Li. "Kalau begitu aku akan membawamu ke sana ke tempat yang bisa membuatmu menjadi lebih kuat," ucap Sin. "Kenapa tidak mengatakannya dari awal, kalau begitu Cepat bawa aku ke sana," sahut Ling Li penuh semangat. Sin langsung terbang dengan kecepatan penuh selama beberapa hari, Setibanya di suatu tempat Sin bergegas turun ke bawah membuat Ling Li yang masih berada di atasnya terus memperhatikan menara di depannya. "Di menara itu terdapat menara surga dan neraka Aku sangat yakin di tempat itu Cocok untukmu," ucap Sin. "Kalau begitu aku tidak akan membuang waktu lagi," sahut Ling Li yang bergegas turun dari Sin dan Sin kembali masuk ke dalam lar
Sin yang melihat Ling Li berjalan menuju perkotaan bergegas ke luar dari dalam tubuhnya, Sin lupa memberitahu Ling Li satu hal inti hati monster sangat sulit di dapat orang biasa yang tidak mengetahui kelemahannya, jika Ling Li menyerapnya di kota pendekar dari beberapa penjuru pasti akan mendatanginya dan berusaha merebutnya Sin yang tiba-tiba ke luar mengejutkan Ling Li, tidak seperti biasanya jika ingin ke luar Sin akan bilang dulu padanya tapi sekarang Sin tiba-tiba saja ke luar dan berdiri di depannya. "Ada apa?" tanya Ling Li. "Cepat naik," ucap Sing membuat Ling Li semakin tidak mengerti. Ling Li langsung menaiki Sin tanpa banyak bertanya, baru saja Sin membawa Ling Li terbang dari beberapa arah Ketua dari berbagai perguruan mendatangi tempat Ling Li sebelumnya. "Ada apa? tidak biasanya kamu langsung ke luar begitu saja," ucap Ling Li. "Apa kamu tidak sadar beberapa orang sedang ke arahmu," sahut Sin. "Aku memang merasakan getaran, tapi aku tidak terpikir jika mer
"Apa kamu akan langsung berburu?" tanya Sin yang melihat Ling Li yang berulang kali menarik nafas panjang. "Tidak, aku masih harus singgah ke sebuah tempat," sahut Ling Li. "Tempat apa?" tanya Sin lagi. "Nanti juga kamu akan mengetahuinya," ucap Ling Li. Ling Li langsung terbang kembali menuju kediaman keluarga Li yang sudah di bakarnya. Ling Li berdiri di antara kuburan ayah pemilik tubuh dan bibi Cie, setelah mengucapkan beberapa kata Ling Li menundukkan kepala memberi penghormatan terakhir. "Ahhhhh, ternyata datang kemari," ucap Sin. Kali ini semua yang berkaitan dengan tubuh asli sudah terlepas olehnya, Ling Li merasa jauh lebih tenang seakan tubuh yang digunakannya saat ini benar-benar miliknya seutuhnya. "Haaaaaaah," Ling Li menghela nafas panjang sambil berjalan pergi, sekarang dirinya sudah bisa kembali ketujuan awalnya. "Jadi apa kamu akan pergi ke reruntuhan Arkas sekarang?" tanya Sin. "Tentu saja, bukankah itu tujuan awal kita," ucap Ling Li. "Setelah
Ling Li berjalan pergi meninggalkan rumah ibu tirinya yang penuh dengan genangan darah, satu tugasnya selesai Ling Li bergegas ke Pangeran Yan yang berada tidak jauh dari istana. "Bagaimana?" tanya Pangeran Yan pelan. "Selesai," ucap Ling Li sambil tersenyum puas. "Apa kita serang sekarang?" tanya Pangeran Yan lagi. "Pasukan yang kamu bawa kalau banyak dengan mereka, aku akan pergi ke barak prajurit setelah selesai aku akan bertelepati padamu," ucap Ling Li. "Baiklah, akan ku tunggu," sahut Pangeran Yan. Salah satu prajurit yang melihat Pangeran Yan selalu menuruti perkataan Ling Li memutuskan untuk bertanya, sebenarnya apa yang membuat Pangeran Yan selalu menurut pada Ling Li. "Kamu tidak akan tau, karena semua yang direncanakannya sudah pasti berhasil, aku sudah membuktikannya sendiri," ucapan Pangeran Yan membuat prajurit yang bertanya terdiam. Di tempat berbeda Ling Li yang mendatangi barak prajurit langsung mengeluarkan racunnya, Ling Li sengaja hanya menyebarkan racunnya
Ketua Along tersenyum tipis sambil bersiap menyerang Ling Li, Ketua Along meyakini dirinya memiliki pertahanan yang sangat kuat dan penyerangan yang sangat cepat, dirinya sangat yakin pria yang akan menjadi panglima perangnya tidak sehebat dirinya sendiri. Wheeeeeeeessssss. Ketua Along bergerak cepat menyerang Ling Li yang hanya diam, diamnya Ling Li menjadi kesempatan untuk Ketua Along menyerangnya bertubi-tubi. Serangan kaki tangan yang sudah dikerahkan Ketua Along sama sekali tidak membuat Ling Li merasa kesakitan, Ling Li sengaja hanya diam membiarkan Ketua Along menyerangnya agar merasa puas. Ini tidak mungkin, kenapa serangan ku tidak berpengaruh padanya, aku akan mencobanya sekali lagi," dalam hati Ketua Along. Buuuug, buuuuuug, buuuuuuug. Ketua Along terus menendang Ling Li tanpa henti, setelah merasa kelelahan sendiri Ketua Along menghentikan usahanya dan menatap Ling Li. "Apa sudah selesai?" tanya Ling Li. "Sekarang giliranku," ucap Ling Li dengan nada serius
Setelah berhasil menghentikan penyebaran racun Ling Li langsung mengambil pil mahkota Dewi miliknya, Ling Li menelankan pilnya ke Pangeran Yan dan kembali duduk di sebelahnya. Hanya beberapa menit racun di dalam tubuh Pangeran Yan perlahan menghilang, Ling Li yang melihat usahanya berhasil menghela nafas lega dan duduk bersandar. "Heeeeeh, setelah berburu monster bagaimana jika kamu membuka pengobatan saja dan menjadi tabib," ucap Sin. "Aku tidak berminat, lagipula mengobati orang membutuhkan kesabaran ekstra," sahut Ling Li. "Emmm, benar juga harusnya aku tau kalau kamu tidak memiliki kesabaran ya," ucap Sin. Ling Li yang duduk di samping Pangeran Yan Su melihat mata Pangeran Yan terbuka perlahan, Pangeran Yan yang habis bermimpi bertemu seseorang langsung menatap ke arah Ling Li tanpa berkedip. "Apa aku masih bermimpi," ucap Pangeran Yan. Plaaaaaaaaaak. "Bangun, sudah bukan waktunya tidur lagi," sahut Ling Li yang baru menepuk pundak Pangeran Yan. "Kamu? apa ini be
Sebelum membakar rumah keluarga Li Ling Li menemukan sebuah giok berlambang kerajan. Selain kelompok pembunuh bayaran darah merah salah satu anggota kerajaan pasti ikut andil dalam pembantaian keluarganya. "Kita mulai dari kelompok pembunuh bayaran darah merah dulu," ucap Ling Li. "Ahhhhh aku ingat, aku pernah mendengar markas pembunuh bayaran darah merah berada di bukit tengkorak," sahut Sin. "Apa kamu tau tempatnya?" tanya Ling Li. "Tentu saja," sahut Sin. "Bawa aku sekarang juga ke sana," ucap Ling Li yang langsung menaiki Sin. Sin mengepakkan sayapnya terbang menjauh meninggalkan rumah keluarga Li yang terbakar habis, Sin yang bisa merasakan hawa membunuh Ling Li sangat kuat memutuskan untuk tetap diam tanpa bertanya apa yang akan Ling Li lakukan setelah sampai di sana. Hanya membutuhkan waktu 1 jam bagi Sin untuk tiba di bukit tengkorak, Sin langsung menurunkan Ling Li dan menunjuk ke arah balik bukit tempat markas pembunuh bayaran darah merah berada. "Kamu ingin me
Dari kejauhan Wei Yan hanya bisa menatap ayahnya yang berjalan pergi, dari dalam lubuk hati Wei Yan merasa bersalah sudah berkata seperti itu pada ayahnya tapi penderitaan yang selama ini dirasakannya sendiri juga dari ayahnya, apakah salah yang sudah dilakukannya tadi pikir Wei Yan yang menangis dalam diamnya. Ling Li yang melihat Wei Yan menangis tanpa sadar langsung memeluknya, Ling Li berulang kali mengatakan pada Wei Yan kalau yang dilakukannya tadi sudah benar. "Ehem, sangat jarang melihat mu berinisiatif terlebih dulu," ucap Sin bertelepati. Ling Li bergegas melepaskan pelukannya, tepat setelah melepaskan pelukannya Wei Yan yang berhenti menangis membuat Ling Li merasa lega sendiri. "Terima kasih," ucap Wei Yan memalingkan wajahnya. "Untuk apa?" tanya Ling Li. "Karena kamu sudah membantu ku tadi, tidak hanya itu kamu juga bahkan sudah menyembuhkan wajahku, andai ada yang bisa kulakukan untuk berterima kasih padamu," ucap Wei Yan sambil menatap Ling Li. "Jangan pi