"Mereka menggunakan senjata sumpit ya? Apa efektif untuk perang skala besar?" tanyaku kepada Noe yang tiduran dengan bantalan pahaku bersama Nia.
"Nanti biar aku latih barengan dengan pasukan Elfit," jawabnya santai.
"Elfit?"
"Pasukan elite dari para elf kemarin, ada juga assasin superior unit atau pasukan ASU yang dipimpin oleh Selen," jawab Nay sambil menyuapiku.
"Ohh, pantes mereka sangat kuat, kalian latih langsung?"
"Iya, untuk pasukan ASU ada banyak juga manusia yang masuk. Mereka bisa melalui latihan keras dari Noa dan Violet," sahut Erin yang duduk di depan kami bersama Lia.
"Termasuk aku, manusia yang bisa lolos dari siksaan guru." Lia mengangkat tangan.
"Mantap!" Aku acingkan jempol.
"Bagus sih, hanya sedikit tapi sangat kuat," lanjutku.
"Nanti kau marah kalau pas
Istana Kerajaan BorlalRatusan ribu pasukan telah dikumpulkan, mereka sudah bersiap untuk berangkat menuju benua Danirmala. Atas perintah dari Raja Februtus dan juga Pendeta Hiu Hiulus, para pahlawan mendapat mandat untuk memimpin pasukan. Ada Joko Satoru dengan senjata 2 buah shot gun, Alex dengan senapan runduk atau sniper, Des dengan pedang yang bisa memanjang seperti cambuk dan Priest bernama Mia sebagai support. Masing masing dari mereka memimpin 50 ribu pasukan dan Mia bersama pasukan penyembuh sebanyak 10 ribu orang saja. Tidak hanya itu, ada juga pasukan penyihir sejumlah 20 ribu orang dan juga pasukan penyihir dari gereja suci kurang dari 10 ribu orang. Di belakang pasukan, ada 4 buah meriam yang cukup besar. Meriam dengan moncong seperti laser dan di tengahnya ada kristal sihir yang ukurannya sebesar ban mobil."Meriam apa itu?" tanya Alex sambil mendekat ke arah Joko, mereka sedang berada di depan pasukan yang amat banyak it
Rumah Danirmala di kota MalaAl berada di rumah sendirian, dia ditinggal oleh para Ratunya yang sedang sibuk mempersiapkan perang yang akan datang. Karena Al belum mendapatkan ingatannya kembali, dia lebih memilih untuk tidak ikut campur terlebih dahulu. Sebenarnya alasan terbesar Al tidak ikut campur bukan tidak paham tapi karena dia males. Alasan yang cukup untuk disetujui para Ratunya, tapi mendapat sedikit perdebatan dengan Noe sang Ratu elf.Al hanya berendam saja di kolam air hangat dan mulai merasa bosan, dia kemudian berencana untuk berkeliling kota yang ada di sekitar kota Mala. Padahal Al tau kalau dia tidak sendirian, ada Selen yang berada tidak begitu jauh dari Al untuk mengawasinya."Oi Selen!" teriakku yang masih berendam di dalam kolam."Ahhh papa sudah menyadari keberadaanku." Selen langsung muncul di pinggir kolam, dia malah membuka pakaiannya."Mau n
Mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk melatih Lia kembali. Noa dengan cekatan menghujani Lia dengan kristal yang sangat banyak dan menuntun Lia untuk berlari ke arah pantai. Lia berlari dengan sangat cepat, meninggalkan kristal yang menancap di tanah seakan kristal itu tapak kakinya. Karena fokus dengan kristal es yang mengarah ke arahnya, Lia tidak sadar kalau dia berlari ke arah lautan. Air pantai yang cukup tenang, sekarang ada percikan air ke udara seakan air mancur. Karena kecepatannya yang begitu tinggi, Lia bisa berlari di atas air laut."Ahahaha ayo kejar aku!" tantang Lia kepada para Ratu itu.Blupp brushh.. Lia tenggelam ke dalam laut karena sihir yang dilakukan oleh Erin. Para pasukan yang sedang berlatih jadi berhenti karena melihat kelakuan para Ratunya itu. Awalnya mereka kaget saat adanya percikan air yang sangat banyak dengan tiba-tiba, tapi ternyata yang terlihat di air adalah Ratu mereka. Dalam sudut pandang mereka, semu
Crangg.. Percikan api dan suara yang sangat keras terdengar akibat benturan belati Lia dengan cakar Violet. Lia terhempas ke laut hingga cukup jauh dan memantul beberapa kali. "Tuh, latihan sama Violet! Kalau bisa bertahan, berarti kau memang kuat." Erin terbang lagi meninggalkan mereka, dia sekarang memantau latihan prajurit yang ada di pinggir pantai. "Ayo Violet!" Lia langsung berdiri kembali dan berlari menuju Violet yang masih berdiri di atas air laut dengan santainya. Lia bergerak tanpa bisa dilihat dengan mata biasa menuju ke arah Violet. Beberapa kali percikan api terjadi dari arah Violet, dia menangkis serangan Lia tanpa bergerak sedikitpun dari posisinya berdiri. Percikan disertai suara yang cukup keras itu terjadi hingga puluhan bahkan ratusan kali. "Segitu saja!?" tantang Violet sambil merentangkan cakarnya dan melihat ke arah Lia dengan pandangan menakutkan. Auranya yang sangat besar ia keluarkan
"Buruan ke sini, tunggu Violet sekalian," ucap Erin yang langsung menarik tangan Lia."Ohh hahaha, kalian memang terbaik." Lia ikut bergabung mengerumuni Al, tidak lama kemudian Violet juga ikut bergabung."Tuan, tuan," suara lembut terdengar membangunkan aku, suara yang setiap paginya aku dengar. Saat aku buka mata, bukan Violet yang aku lihat, melainkan cewek demihuman dengan telinga serigala namun sangatlah cantik. Aku baru ingat tentang kejadian tadi dengan Selen, tanpa rasa bersalah atau mikir panjang lagi, aku menikmati tubuh Selen begitu saja. Memang sudah dengan persetujuan Noe dan juga dia sendiri yang meminta, tapi tetap saja kelakuanku buruk sekali."Puas banget ya!?" bentak Erin membuyarkan lamunanku. Saat aku lihat, ternyata tidak hanya Violet maupun Erin saja, tapi semua Ratu Danirmala mengerumuni tempat tidur."Sudah selesai?" tanyaku seperti tanpa dosa."Sud
"Kenapa harus ikut semua!?" tanyaku dengan kesal sambil melirik ke sekitar karena dilihati oleh semua orang di sana."Hahaha jalan-jalan dong!" jawab Noa dengan semangat."Kalau aku mah cuma gak mau sendirian di rumah!" jawab Nia sambil memalingkan wajahnya."Memangnya kau mau mengajak siapa saja!? Tidak bisa adil!?" bentak Noe dengan pandangan tajamnya."Nah itu seharusnya aku sama Selen!" sahut Lia sambil merangkul pundak Selen."Ehh anak kecil harus mengalah," ujar Noe seperti menasehati anak kecil."Kalian yang harusnya ngalah! Padahal sudah tu." Selen menghentikan bicaranya karena dipelototi oleh Erin dan Noe."Udah tua kan!?" tanya Lia dengan polosnya tanpa rasa bersalah, tapi memang dia berniat membuat Erin dan Noe marah."Untung saja ada Al, kalau tidak ada, kalian pasti sudah," ucap Erin yang langsung dipoton
"Selen!" teriak Erin dan Noa secara bersamaan, sedangkan Noe dan Nia langsung mendekatiku dengan cepat. Violet mendekati pasangan paruh baya yang sudah lemas gemetaran dan ia bawa pergi. Nay mengurung Anita menggunakan akar pohon, sedangkan Lia malah duduk di kursi sambil mengamati kami."Darling! Tidak apa-apa, tidak apa-apa, pejamkan mata saja!" Nia panik dan langsung memelukku, dia tekan mukaku di dadanya."Aman aman, adrenalin sama emosiku tadi sudah terpancing, jadi phobia darahku tidak begitu terasa," ucapku sambil mengangkat kepala, aku merasakan angin yang cukup hangat di sekitar tubuhku. Darah yang ada di badanku sudah hilang semua bersamaan dengan angin itu."Kurang ajar! Sialan!" Kata-kata kasar terus keluar dari mulut Selen, dia benar-benar sudah kalap. Aura sihir sangat besar keluar dari Selen, dan mukanya benar-benar menakutkan. Walau terus dipanggil oleh Erin, dia tidak menggubris sama sekali. Wull tergele
"Buat apa kalian mencuri!? Bantuan tiap bulan dari kami masih berjalan!" Erin berdiri dan berjalan mendekatiku lalu duduk di pangkuanku."Aku kangen sekali sama kamu," bisik Erin kepadaku, pandangan matanya sayu dan berkaca-kaca."Bantuan sudah tidak diberikan sejak 3 bulan ini Yang Mulia," ujar Ikta."Akan aku urus sama Nay." Noe tanpa basa-basi, dia berdiri dan mengajak Nay, mereka langsung pergi untuk mengurus korupsi yang terjadi di kota ini."Erin, turun dulu," ujarku kepada Erin yang masih duduk di pangkuanku. Dia langsung menuruti perintahku dan menarikku juga untuk berdiri. Aku berjalan mendekati Wull sambil diikuti Erin dan Noa."Kalau kau mau menjadi bawahanku dan menuruti perintahku, akan aku beri tempat tinggal dan juga posisi yang bagus di negara ini." Aku beri penawaran kepada Wull, sihir Alkimia dan pengetahuanya pasti berguna untuk negara ini.
Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b
"Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja
Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu
"Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya
Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel
"Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"
"Memangnya tidak ada Raja Elf sebelumnya? Mungkin dialah ayahmu kalau ras Elf susah hamil dengan ras manusia." Aku sontak diam telat menyadari, lalu kemudian bangun dan duduk di samping Noe."Aku manusia, kamu Elf, lalu bagaimana?" tanyaku khawatir dan bingung, Noe mengelus pipiku, lalu menyuruhku untuk rebahan kembali."Mungkin kalau sering-sering bikin ada kemungkinan jadi," "Sudah pernah ada half Elf?" "Kalau ayahnya Elf dan ibunya manusia banyak, tapi kalau sebaliknya belum pernah ada," jawabnya membuat hatiku semakin sakit."Memangnya kenapa? Kan ada kakak-kakakku, mereka." Noe terdiam dan tidak melanjutkan bicaranya."Mereka kenapa?""Tidak apa-apa," ujarnya, walau terlihat tenang tapi jelas sekali menutupi sesuatu."Nay roh dari tanaman, Nia juga seorang peri, tubuh mereka hanya sebuah energi yang menyerupai tubuh manusia. Sedangkan Noa dulunya roh yang menempati tubuh naga sejati. Mereka bisa hamil?" Aku bertanya dengan ragu-ragu, takut akan jawaban yang sesuai dengan perkir
"Noa bagus!" seruku sambil tersenyum lebar dan mendekatkan mukanya kepadaku."Bagus kepalamu!" Nia spontan berteriak dan menamparku. Aku terjungkal ke belakang dan menatapnya bingung, ia kemudian berjalan mendekatiku."Kalau mau menenangkan orang, jangan begitu juga caranya!" teriaknya sambil menarik kerah bajuku dan menatapku dengan sinis. Aku hanya tersenyum, kemudian melepaskan tangannya dari kerah bajuku dan merangkulnya."Nia marah-marah mulu," ujarku secara halus sambil mendorongnya perlahan mendekati Noa. Aku duduk di antara mereka berdua dan merangkulnya secara bersamaan. Kepala mereka aku sandarkan di dadaku sambil aku usap perlahan rambutnya."Kenapa sih!? Ishh!" Nia menepis tanganku, sedangkan Noa masih menangis."Ei kalian diem dulu, perhatikan," ucapku secara halus sambil menatap ke arah Violet, kemudian aku buat penghalang di depan Violet."Violet, tolong serang penghalang itu dengan sekuat tenaga," ucapku sambil tersenyum."Jangan aneh-aneh!" Nia menatapku dengan geram
"Kontrak darah denganku, kau menjadi tuanku dan harus melindungi apa yang aku lindungi!" ucap Ignis dengan serius."Aku lebih lemah darimu, bukannya malah terbalik?""Kau saat ini memang lemah, tapi para Ratu di sekelilingmu tidak bisa dikatakan lemah. Belum lagi kalau kau meningkatkan kekuatan rua..""Stop!" Erin bersama Noe serempak menghentikan Ignis berbicara. "Al, akan aku jelaskan semuanya nanti," ujar Erin saat mengetahui kegelisahanku."Ok baiklah, tapi apa tugasku? Apa yang harus aku lindungi?" tanyaku lagi untuk memastikan agar lebih jelas."Menjaga benua Kalenex dan juga menjaga dunia Roh dari semua ancaman!" ucap Ignis dengan serius."Dunia Roh!?" tanyaku sambil menengok ke arah Noa."Al, lakukan kontraknya dulu, nanti aku jelaskan." Erin meyakinkanku, aku segera melihat ke arah kembar 4 dan Violet. Mereka semua mengangguk menyetujuinya, setelah itu aku segera mengulurkan jariku kepada Erin. Dengan kukunya yang tajam, ia dengan mudah menggores jariku. Setelah menggabungka