Share

Bab 91

Penulis: Pein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suasana ruang rapat terasa begitu tegang. Alagar berdiri di depan para petinggi, memegang pointer dan menunjuk ke arah slide presentasi yang menampilkan berbagai tindakan yang dilakukan oleh Maurice selama ini.

Semua mata tertuju padanya."Sesuai dengan prinsip perusahaan yang tidak bisa mentolerir tindakan mereka yang seolah sangat berkuasa dengan kedudukannya yang tinggi, aku akan memberikan hukuman tegas!" seru Alagar dengan tegas dan lantang.

Wajah Maurice bertambah pucat, bibirnya bergetar, dan keringat dingin mengucur deras. Dia mencoba mempertahankan sikapnya, namun terlihat begitu sulit. Para petinggi yang hadir di ruang rapat hanya bisa menatap Maurice dengan iba, menahan simpati mereka yang tak bisa tersalurkan.

Alagar menghela napas sejenak, kemudian melanjutkan kata-katanya dengan nada yang lebih berat, "Maurice Ravel, mulai hari ini kau dipecat dari Ruiz Foundation. Adapun perusahaan lain juga akan memblacklist kamu jika melamar menjadi manaje
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 92

    Alagar duduk di ruang CEO yang mewah dan elegan, menikmati secangkir teh hangat yang baru saja dituangkan oleh ayahnya. Ia mencoba untuk menenangkan diri setelah kejadian yang baru saja ia alami di ruang rapat. "Sekali lagi Ayah minta maaf, karena telah menunjuk orang yang salah," ucap Arbeloa dengan nada menyesal sambil menuangkan teh hangat untuk sang anak.Alagar menghela nafas panjang, mencoba mengendalikan emosinya yang masih terasa bergejolak akibat tindakan Maurice. "Tidak apa Ayah, setidaknya dengan kejadian Maurice, bisa memberikan contoh pada petinggi yang lain agar tidak ada yang sepertinya," jawabnya lembut, meski dalam hati ia masih merasa marah dengan tindakan Maurice yang mencoba menusuknya dengan pisau.Wajah Alagar tampak masih sedikit kesal, namun ia berusaha untuk tersenyum pada ayahnya. Matanya terlihat menggambarkan rasa kecewa yang mendalam. Sementara itu, Ayah Alagar menatap putranya dengan penuh simpati dan rasa bersalah."Alagar, Ayah tahu betapa beratnya ta

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 93

    Di Istana Langit, Dewa Agung, Bikely, dan Indra sedang mengatur segala persiapan untuk menyambut kedatangan Alagar. Mereka mengatur bawahan masing-masing, dan memastikan segala sesuatu berjalan dengan sempurna.Sementara itu, di Bumi, Alagar duduk di sebuah kafe yang terletak di depan Universitas Ruiz, tempat kekasihnya, sedang menuntaskan studinya. Dia menatap pintu masuk universitas itu dengan penuh harap, menunggu sosok yang ia cintai muncul.Tak lama kemudian, Clinton dan Hendri datang menghampiri Alagar setelah mereka dihubungi sebelumnya. Mereka duduk di kursi yang tersedia di sebelah Alagar, dengan wajah berseri-seri."Maaf lama, Alagar, tadi nunggu dia keluar ruangan dulu," ucap Hendri sambil menunjuk Clinton yang tampak sedikit canggung. Alagar hanya mengangguk dan tersenyum, menunjukkan bahwa dia mengerti.Clinton melotot kesal pada Hendri yang menyalahkan dirinya karena terlambat menyelesaikan bimbingan skripsi. "Aku lagi yang

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 94

    Viona berjalan menuju kafe yang berada di depan Universitasnya dengan langkah lelah setelah menyelesaikan bimbingan belajar yang cukup melelahkan sepanjang hari ini.Ketika sampai di kafe, ia melihat Clinton dan Hendri sudah duduk di meja yang biasa mereka tempati."Maaf aku terlambat..." ucap Viona dengan napas tersengal-sengal, namun suaranya tercekat saat melihat piring-piring makanan menumpuk di depan Clinton."Astaga Clinton! Apa kau tidak tahu namanya menahan diri?!" tegurnya dengan nada terkejut dan kesal.Clinton yang sedang asyik melahap makanan dengan mulut penuh, mendongak dan melihat Viona yang sudah berdiri di samping meja mereka. Dengan sisa makanan yang masih terlihat di sudut mulutnya, ia tersenyum lebar pada Viona, seolah-olah tidak merasa bersalah sama sekali.Sementara itu, Hendri yang duduk di sebelah Clinton hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum getir, seolah meminta maaf pada Viona atas tingkah laku Clinton yan

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 95

    Ke esokan harinya, langit cerah dan matahari mulai menyinari permukaan bumi. Viona mengenakan atasan kaos berwarna pastel dan celana jeans pendek, sementara Alagar mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam. Di depan rumah, Alagar membuka pintu mobilnya, siap untuk pergi. Viona menghampirinya dan memeluknya erat. "Jangan lupa hubungi aku, saat sudah sampai," ucapnya dengan suara manja, matanya berbinar.Alagar tersenyum hangat, menatap mata Viona yang memancarkan rasa sayang. "Tentu, aku pasti akan menghubungimu," jawabnya lembut. Dengan lembut, ia menarik tubuh Viona mendekat dan mengecup puncak kepalanya, membuat Viona merasa hangat dan aman dalam pelukannya.Dari kejauhan, kedua orang tua Alagar mengamati adegan mesra antara anak mereka dan Viona. Mereka tersenyum bahagia, melihat betapa dekatnya hubungan kedua anak muda itu. Meskipun mereka belum menikah, namun karena sering tinggal bersama, Alagar dan Viona telah membina ikatan yang kuat dan harmonis.Setelah berpisah dar

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 96

    Saat melihat Alagar telah meninggalkan medan pertempuran, bawahan Tigras saling pandang dan mengangguk tanpa suara. Dalam sekejap, mereka bergerak cepat meninggalkan tempat tersebut, seolah tak ingin berlama-lama lagi."Hei, kalian mau kemana? Lawan kalian kami!" seru Indra dengan penuh semangat, berniat mengejar bawahan Tigras yang berlalu pergi.Namun, sebelum Indra berhasil mengejar mereka, Bikely menghentakkannya, dengan wajah yang tenang, ia berkata, "Indra, biarkan saja mereka, yang penting Alagar sudah sampai di tempat Dewa agung."Indra menghela napas dan mengangguk. "Baiklah, kamu benar. Yang terpenting Alagar menemui Dewa Agung," ujarnya, merelakan bawahan Tigras pergi begitu saja.Bikely dan Indra terbang beriringan menuju tempat Dewa Agung, untuk menyusul Alagar yang telah lebih duku pergi ke sana melalui sihir pemanggilan. Keduanya terbang dengan cepat, melewati gerbang Istana langit begitu saja, tak peduli dengan para penjaga gerbang yang tampak memperhatikan mereka. Ka

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 97

    Alagar berdiri di tengah aula kediaman Dewa Agung, bingung dan cemas menghadapi pilihan yang diberikan padanya. Dia menghela napas panjang, merasakan beban yang kian menghimpit dadanya. Tak lama, Dewa Agung pergi meninggalkan Alagar sendirian, memberinya kesempatan untuk merenungi pilihan yang harus diambil.Langkah gontai Alagar membawanya keluar dari aula, berada di bawah langit yang luas. Dia merasa begitu kecil, terhimpit di antara dua dunia yang sangat berbeda. Alagar mendongak, menatap langit dengan tatapan yang mencari jawaban."Apa ENGKAU begitu membenciku, sehingga memberikan pilihan yang sulit ini?" ucap Alagar dengan suara parau, seraya mengepalkan tangannya. Dia merasa seperti terkurung di antara keputusan yang sangat berat, apakah akan menerima menjadi Dewa Agung dan meninggalkan keluarga serta wanita yang dicintainya, atau memilih untuk tetap di Bumi dan mendapatkan hukuman dari Sang Pencipta.Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Alagar, membuat rambutnya bergerak pelan. Se

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 98

    Sejak saat itu, Alagar yang berada di langit terus diawasi oleh bawahan Tigras yang tidak henti-hentinya mencoba mencelakakannya. Mereka mengintai setiap gerak-gerik Alagar, menunggu kesempatan yang tepat untuk melukai pria itu saat lengah.Namun, Dewa Agung yang selalu melindungi Alagar secara pribadi, berhasil menggagalkan segala rencana jahat bawahan Tigras. Tidak ada satu pun upaya mereka yang berhasil mencapai tujuan, berkat perlindungan Dewa Agung yang tak pernah lepas dari Alagar.Alagar sendiri mencoba untuk mengabaikan kehadiran bawahan Tigras yang mengganggu. Fokus utamanya kini adalah pertarungan untuk merebut tahta Dewa Agung. Dia mengekang amarahnya, tidak ingin terprovokasi oleh ulah bawahan Tigras yang hanya akan mengalihkan perhatiannya dari tujuan sebenarnya.Terlihat Alagar duduk santai di taman depan kediaman Dewa Agung, menikmati angin sepoi-sepoi yang mengelus wajahnya. Indra yang belakangan ini sering datang ke sana, duduk di sebelahnya sambil menatap tajam ke a

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 99

    Alagar dan ketiga peserta calon Dewa Agung berdiri tegak di tengah arena pertarungan yang luas. Mereka mengangkat tinju mereka ke dada, menangkupkan tangan sebagai tanda salam dan penghormatan kepada para Dewa yang hadir di kursi penonton.Wajah mereka penuh dengan rasa hormat dan keteguhan hati, menunjukkan kesungguhan mereka untuk menjadi penerus Dewa Agung.Di depan mereka, Dewa Agung yang akan turun tahta berdiri dengan gagah. Dalam sekejap, ia menggerakkan tangannya, menciptakan segel sihir yang seketika mengubah arena pertarungan menjadi semakin luas.Udara di sekitar arena terasa berdenyut dengan energi magis yang kuat dan memancarkan aura yang menakjubkan.Kursi penonton yang semula berdekatan dengan arena, kini terdorong menjauh, memberikan ruang yang cukup untuk pertarungan sengit yang akan terjadi.Mereka yang hadir di kursi penonton, para Dewa dari beberapa tingkat menahan napas sejenak, menunggu dengan antisipasi.Sementara itu, perisai sihir berwarna emas muncul di sekel

Bab terbaru

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 113

    Alagar dan Viona memasuki Istana Cahaya dengan hati yang berdebar. Mereka berpikir akan ada perlawanan dari para Dewa yang tinggal di istana tersebut. Namun, begitu mereka melangkah masuk, para Dewa dan Dewi justru menyambut mereka dengan hangat dan penuh hormat.Saat Alagar dan Viona berjalan melalui koridor istana, mereka disambut oleh senyuman ramah dan tatapan penuh penghormatan dari para penghuni istana. Tak ada satupun tanda penolakan atau kemarahan yang terlihat pada wajah mereka.Viona merasa lega dan bahagia, ternyata para Dewa menghormati dan menerima dirinya sebagai permaisuri Alagar.Para dayang-dayang istana juga sangat menghormati Viona. Mereka membantu Viona beradaptasi dengan kehidupan di istana dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh Viona.Sementara itu, Alagar merasa terkejut namun bersyukur. Ia mengira para Dewa akan menentangnya karena ia membawa Viona, seorang manusia, ke istana mereka. Namun, ternyata para Dewa malah menghormatinya dan menerima Viona dengan t

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 112

    Alagar dan Viona berdiri di hadapan kedua orang tua mereka, dengan rasa haru dan berdebar-debar. Keduanya telah bersiap untuk pergi ke langit. Namun, kedua orang tua mereka tidak diberitahu, mengingat kekuatan Alagar tidak bisa dibeberkan ke mereka."Ayah, Ibu, kami pamit," ucap Alagar dengan suara lantang namun bergetar, sementara Viona menundukkan kepalanya, menahan rasa sedih yang menyelimuti dirinya."Hati-hati di sana," ujar ayah Alagar dengan senyum hangat, memeluk putranya dengan erat. Ibu Viona pun menghampiri dan memeluk putrinya, berbisik, "Jaga diri baik-baik di sana, Nak. Jangan lupa sesekali mengunjungi kami.""Tentu Bu, aku pasti akan sering kemari," jawab Viona dengan mata berkaca-kaca.Namun, di balik senyum dan ucapan selamat tersebut, Alagar dan Viona tahu bahwa mereka tak akan pergi ke luar negeri seperti yang mereka katakan. Sebagai seseorang yang setara dengan Dewa, Alagar akan membawa Viona ke langit, tempat yang jauh dari dunia manusia.Ketika semua pelukan

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 111

    Alagar melangkah cepat mendekati Pricila yang tampak bergegas meninggalkan tempat itu, wajahnya pucat pasi mendengar percakapan tentang pernikahan Alagar dengan Viona. Wajah Pricila terlihat sangat sedih, seolah dunia ini runtuh di depan matanya."Pricilla, kau mau kemana?" tanya Alagar dengan lembut sambil mencekal lengan Pricila, mencoba untuk menenangkannya.Pricila menatap Alagar dengan air mata berlinangan, pipinya memerah karena menahan tangis. "Selama ini aku selalu menunggumu. Aku selalu berharap bahwa suatu saat kau akan memilihku, tetapi ternyata semua harapanku hanya sia-sia. Pada akhirnya kau memilih wanita lain, Alagar," ucap Pricila dengan suara lirih dan terbata-bata.Alagar merasa terpukul mendengar ungkapan perasaan Pricila. Hatinya terasa berat, menahan perasaan bersalah yang mendera. Ia mencoba memandang Pricila dengan tatapan penuh pengertian, namun wanita itu terus menundukkan kepalanya, tak mampu menatap mata Alagar."Maafkan aku, Pricila. Aku tidak bermaksud men

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 110

    Viona terdiam, matanya terpejam saat dia merenung dalam-dalam tentang ajakan Alagar untuk pergi ke langit bersamanya. Dalam keheningan itu, dia beranjak duduk, merasa tercekik oleh berbagai perasaan yang melanda. Tubuh telanjangnya dibungkus oleh selimut yang kemudian ditarik lebih rapat, seolah mencari perlindungan dari ketakutan yang mulai merayapi hatinya."Bagaimana dengan keluarga kita? Mereka pasti akan menentang, Alagar," ucap Viona dengan suara yang penuh kekhawatiran, alisnya mengerut dan jari-jarinya mengepal erat pada selimut yang menutupi tubuhnya.Alagar pun bergegas duduk di samping Viona, menatap matanya yang pilu. Dengan lembut, ia menggenggam kedua bahunya, mencoba memberikan kekuatan dan dukungan. "Kita akan bilang ke mereka, untuk tinggal di luar negeri, sesekali kita juga bisa berkunjung menemui mereka," ujar Alagar dengan nada yang meyakinkan, berusaha meredakan kegelisahan yang terpancar dari wajah Viona.Viona menatap Alagar, sejuta pertanyaan dan keraguan ber

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 109

    Begitu melihat Dewa Agung sudah kembali di kediamannya, Bikely dan Indra segera menyambutnya dengan hormat. Keduanya membungkukkan badan serta mengucapkan salam yang penuh sopan. Namun, tidak demikian dengan Alagar yang tetap berdiri tegak, tanpa menunjukkan rasa hormat yang sama. Wajahnya tampak datar, tanpa ekspresi. Dia tidak pernah menganggap sosok Dewa Agung hebat, apalagi setelah dia berhasil mengalahkan Tigras dalam pertandingan dan seharusnya, Alagar yang menjadi Dewa Agung selanjutnya, namun dia menolak tahta tersebut.Mata Dewa Agung menatap tajam ke arah Alagar, lalu berkata, "Kalian berdua, bisa tinggalkan kami."Dengan patuh, Bikely dan Indra mengangguk, sebelum perlahan meninggalkan tempat tersebut. Mereka tahu bahwa Dewa Agung ingin berbicara dengan Alagar secara empat mata.Setelah Bikely dan Indra pergi, Dewa Agung mulai berbicara dengan suara yang tenang, "aku sudah beribicara dengan petinggi Istana cahaya, kau bisa tinggal di sana kapan pun kau mau."Alagar tidak b

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 108

    Alagar sedang berada di kediamannya, sementara Dewa Agung beserta para petinggi Istana Cahaya berkumpul di kediaman Tigras, yang kini tidak memiliki pemimpin setelah Tigras lenyap—dikalahkan oleh kekuatan Alagar.Dewa Agung duduk di kursi utama, memimpin rapat di hadapan para petinggi yang saling berbisik dan menatap ragu satu sama lain. "Sekarang kalian tinggal pilih, ingin menerima Alagar sebagai pemimpin baru, atau ingin menunjuk pemimpin lain?" ujar Dewa Agung dengan suara berat yang memenuhi ruangan.Para petinggi saling berpandangan, beberapa terlihat gugup, sementara yang lain tampak serius dalam mempertimbangkan pilihan yang diberikan Dewa Agung. Mereka sadar bahwa keputusan ini akan menentukan masa depan Istana Cahaya dan seluruh rakyatnya."Alagar memang telah membuktikan kekuatannya dengan mengalahkan Tigras, tapi kita belum tahu apakah ia bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, dan menerima kita, mengingat apa yang telah Tuan Tigras lakukan padanya," sahut salah satu peting

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 107

    Alagar yang melayang di hadapan Dewa Agung. Matanya menatap tajam sosok pemimpin langit tersebut. "Apa begini sudah cukup?" tanyanya dengan suara datar namun tegas.Dewa Agung menghela napas panjang, seolah merasakan beratnya pertanyaan yang dilontarkan Alagar. "Bukankah kau lihat sendiri?" jawabnya dengan suara menggema. "Setelah kau mengeluarkan dua naga legendaris itu dan mengalahkan Tigras, siapa yang akan berani menentangmu? Lihatlah mereka...."Mata Dewa Agung melirik ke arah para Dewa yang tengah menyaksikan pertandingan antara Alagar dan Tigras. Wajah mereka tampak tenang, namun tatapan mata mereka terpaku pada Alagar dan Dewa Agung dengan rasa khawatir yang tersembunyi.Alagar pun menoleh, melihat para Dewa yang terdiam. Ia merasakan kekuasaan yang kini ada di tangannya, namun hatinya tetap merasa hampa. "Apa mereka semakin takut padaku?" tanya Alagar dengan wajah bingung, tak menyangka bahwa kekuatannya yang luar biasa justru membuat para Dewa ketakutan."Begitulah kami, ya

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 106

    Arena pertarungan berubah menjadi medan perang yang mengerikan. Seluruh penonton, para Dewa yang hadir, menatap takjub dan terperangah saat melihat dua sosok Naga Yin dan Yang muncul secara bersamaan dari pola sihir yang diciptakan oleh Alagar. Naga-naga legendaris itu merupakan penguasa elemen sihir cahaya dan kegelapan, makhluk yang hanya ada dalam mitos dan legenda. Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua Dewa yang menonton pertarungan tersebut seakan-akan kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kejadian luar biasa yang baru saja mereka saksikan. Mata mereka terbelalak, mulut mereka terbuka lebar, dan beberapa bahkan menahan napas mereka karena terkejut.Keterkejutan mereka semakin bertambah saat Alagar, dengan santainya dan percaya diri, menaiki kepala Naga Cahaya. Dengan pandangan yang tajam dan penuh tekad, dia mengendalikan Naga Cahaya seolah sudah menjadikannya monster kontraknya. Di sisi lain, Tigras tampak kesulitan menghadapi serangan yang diterimanya. D

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 105

    Alagar terpojok di sudut arena pertandingan, diserang oleh Tigras yang beringas dan tak kenal ampun. Ekspresi cemas tergambar jelas di wajah Indra yang menyaksikan pertandingan itu dari tribun penonton."Bukankah ini tidak adil, Alagar tidak bisa mengeluarkan kemampuan penuhnya!" gerutu Indra, kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat."Kau salah, Indra. Lihatlah baik-baik...." tegur Bikely dengan nada tenang, membuat Indra refleks menatap arena pertarungan dengan seksama.Saat itu juga, Indra mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di arena. Ia menyaksikan Alagar yang sengaja menerima serangan Tigras, tanpa menghindar atau melawan sama sekali. Bahkan, wajah Alagar tampak tenang dan fokus, seolah ada rencana besar yang sedang dipersiapkannya.Indra kemudian memperhatikan lebih detail gerak-gerik Alagar, mencoba memahami strategi yang sedang digunakan oleh sahabatnya itu. Sementara itu, Bikely tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Alagar memiliki kejutan yang

DMCA.com Protection Status