Skala serangan Setan bertambah menjadi besar, ledakan yang di akibatkan juga bertambah sangat besar.Seluruh perisai tugas elemen sihir Alagar sampai tidak dapat terlihat lagi oleh serangan-serangan yang dilakukan Setan.Di kayangan berada sosok tiga Dewa pembenci Alagar sedang memperhatikan pertarungan mereka dari layar sihir yang mereka ciptakan.Tampak ketiga Dewa itu sangat serius melihat pertarungan tersebut, karena mereka ingin melihat sudah sejauh apa kekuatan Alagar.Mata ketiganya membelalak lebar, terkejut saat melihat serangan Setan yang begitu besar tidak dapat menembus perisai tiga elemen milik Alagar."Tidak mungkin, bagaimana bisa dengan tubuh manusianya dia bisa memiliki kekuatan sebesar itu?" ujar salah satu Dewa pembenci Alagar."Aku yakin, ada sosok yang mentransfer kekuatan padanya, tidak mungkin tubuh manusia dapat mengeluarkan energi sihir sebesar itu," timpal Dewa lainnya."Aku setuju denganmu, energi sihir yang kita deteksi darinya juga sangat kecil, mustahil d
Indra memang datang bersama beberapa Dewa bawahannya, walau mereka tidak sekuat dirinya, tetapi mereka masih bisa melawan para monster kelelawar.SwuzzJeger!Jeger!Sihir petir bawahan Indra membunuh satu per satu monster kelelawar yang terus bermunculan dari portal dimensi.Indra juga tidak mau kalah, setelah membantu Bikely berdiri dia kembali menyerang para monster kelelawar tersebut dengan membabi buta."Hancurlah kalian semua!" seru Indra penuh penekanan.Tralap!Jeger!Jeger!Petir-petir Indra bersahutan dengan petir bawahannya, menciptakan pemandangan mengerikan di langit, dimana para monster kelelawar hancur saat terkena petir-petir tersebut.Bikely juga tidak mau kalah dia mengeluarkan busur sihir, karena merasa bisa melakukan serangan jarak jauh setelah Indra dan bawahannya memberikan ruang.SwuzzSwuzzAnak panah sihir waktu melesat—mengincar kepala para monster kelelawar yang langsung membuat tubuh mereka kebentuk sebelum menjadi seperti sekarang hingga kemudian menghilan
Sementara Yama yang sama sekali tidak menghindari serangan Alagar, dia terlihat baik-baik saja, bahkan ia mencoba mengerti strategi Alagar yang sebenarnya tidak mengejarnya.Alagar telah merancang rencananya dengan menghabisi ribuan monster kelelawar menggunakan pedang sihirnya. Setelah semua monster kelelawar berhasil dikalahkan, langit yang tadinya gelap mulai cerah kembali. Bikely, Indra, dan bawahan Dewanya terkesima saat melihat kekuatan Alagar yang begitu luar biasa. Dari kejauhan, mereka menatap Alagar yang dengan mudah menghilangkan ribuan pedang sihir miliknya. Mereka merasa takjub sekaligus takut karena kekuatan Alagar sudah di luar pemahaman mereka sebagai Dewa. "Meskipun, Alagar hanyalah manusia biasa. Mengapa kekuatannya begitu luar biasa?" gumam Indra dengan bingung. Mereka berharap untuk bisa mengungkap rahasia kekuatan Alagar agar bisa menjadi lebih baik. Karena mereka pikir kemampuan Alagar bisa mengganggu kestabilan dunia."Pantas saja banyak Dewa yang marah padan
Alagar membalikkan badan, saat Indra berkata ingin mengikuti nya, menatap Dewa pemimpin Istana petir itu dengan tajam lantas berkata, "kau bilang ingin mengikutiku?"Mata Alagar menyala, penuh kemarahan dan kekecewaan. Indra, yang terkejut dengan reaksi Alagar, mencoba menjelaskan diri. Namun, Alagar tak memberi kesempatan untuk itu. Ia melangkah mendekat ke Indra, hingga wajah mereka hanya berjarak sejengkal saja."Dulu dimana kalian di saat aku mendapatkan perlakuan tidak adil? Asal kalian tahu saja aku tidak takut sama sekali walau harus melawan seluruh Dewa kayangan, jika mereka berani menghancurkan Bumi!" ujar Alagar dengan suara yang bergetar penuh emosi.Indra merasa tertekan oleh tatapan tajam Alagar, serta kata-kata yang menusuk hatinya. Ia sadar bahwa Alagar telah merasakan pengkhianatan dan kekecewaan yang mendalam. Namun, Indra ingin membantu Alagar dan memperbaiki kesalahan yang telah terjadi."Alagar, aku mengerti perasaanmu. Aku ingin membantumu, biarkan aku mengikuti l
Di hadapan dua sahabat Viona Alagar berdiri tegak dengan wajah serius. Di sebelahnya, Viona yang takut dan gugup merasa tak bisa bergerak. Clinton dan Hendri, dua sahabat Viona, takjub dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi."Ya, aku dan Viona memang memiliki hubungan khusus," ujar Alagar dengan suara yang tegas dan lantang, mengulangi perkataannya, mendengar kedua kali pengakuan Alagar membuat Clinton dan Hendri seketika terdiam dan menatap mereka dengan penuh penasaran.Viona menatap Alagar dengan mata berkaca-kaca, hatinya berdebar kencang. Dia tidak tahu harus merasa senang atau khawatir. Ini bukanlah sesuatu yang dia inginkan, karena dia tahu betul akibat yang mungkin akan terjadi jika hubungan mereka terbongkar.Clinton dan Hendri, yang awalnya hanya ingin memastikan kabar tentang hubungan Viona dan Alagar, kini terdiam bingung.Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa pemilik universitas tempat mereka berkuliah akan mengakui hubungannya dengan Viona begitu saja di depan
Sementara Alagar dan Viona sedang mulai menjalin hubungan asmaranya lagi di Bumi—mereka berdua saling bertatapan, penuh dengan rasa cinta yang tulus dan hangat. Tangan mereka saling berpegangan erat, seolah tak ingin melepaskan satu sama lain lagi.Di kayangan, tiga Dewa yang bekerja sama untuk menghabisi Alagar tampak murka dan frustasi. Mereka telah melepaskan Setan, sosok paling mengerikan dari neraka terdalam untuk melawan Alagar dan para Dewa yang mendukungnya. Namun, mereka tidak pernah menyangka bahwa Alagar dan para Dewa pendukungnya akan mampu mengalahkan Setan tersebut."Kita harus menemukan cara lain untuk menghentikan Alagar," ujar Dewa pertama dengan suara berat dan nada marah."Sudah saatnya kita menggunakan cara yang lebih kejam untuk memisahkan mereka," timpal Dewa kedua dengan senyum yang licik.Dewa ketiga yang selama ini diam, akhirnya mengangkat suaranya, "Kita harus berhati-hati. Alagar dan para Dewa yang mendukungnya ternyata lebih kuat dari yang kita kira. Ja
Viona menatap Alagar dengan pandangan penuh curiga, keningnya mengerut dan bibirnya terkatup rapat. Alagar, dengan wajah serius, menawarkan janji pernikahan yang menggoda, namun Viona merasa ragu. Hubungan mereka baru berjalan beberapa hari dan meskipun Alagar memiliki kekayaan yang melimpah serta kemampuan di luar nalar manusia, Viona tidak ingin terburu-buru dalam menentukan pilihan hidupnya."Apakah kamu benar-benar serius, Alagar?" tanya Viona dengan nada suara yang ragu, matanya menatap dalam ke dalam mata Alagar, mencari kebenaran di balik kata-katanya.Alagar mengangguk mantap, "Aku serius, Viona. Aku tahu hubungan kita baru berjalan beberapa hari, tetapi aku yakin kita bisa menjalani hidup bersama. Aku akan menjaga dan melindungimu sepanjang hidupku."Viona menelan ludah, merasa dilema. Di satu sisi, dia mulai merasakan ada perasaan yang tumbuh di hatinya terhadap Alagar, namun di sisi lain, dia tidak ingin tergesa-gesa dalam membuat keputusan penting ini. Dia merasa perlu wa
Tiga Dewa pembenci Alagar melangkah masuk ke dalam Istana Api, tempat di mana Dewa Matahari, sang pengguna elemen api terkuat, berkuasa. Istana yang megah dan anggun ini didominasi oleh nuansa merah, oranye, dan kuning, mencerminkan kekuatan dan kehangatan api yang mengalir dalam setiap sudut bangunan. Dinding-dinding istana terbuat dari batu bata yang dilapisi oleh perak, menciptakan kilauan yang bercahaya seolah menyala saat terkena sinar matahari.Di dalam istana, lantai marmer yang bersih dan mulus menciptakan jalan setapak bagi para penghuni, dipenuhi dengan ornamen-ornamen emas yang menggambarkan fenomena alam seperti gunung berapi, badai pasir, dan letusan matahari. Di langit-langit, lukisan indah yang menggambarkan Dewa Matahari dalam berbagai aksi heroik menghiasi ruangan, membangkitkan rasa kagum dan takjub pada siapa pun yang memandangnya.Di tengah istana, terdapat aula utama yang luas, di mana takhta Dewa Matahari berdiri dengan megah. Takhta ini terbuat dari emas murn
Alagar dan Viona memasuki Istana Cahaya dengan hati yang berdebar. Mereka berpikir akan ada perlawanan dari para Dewa yang tinggal di istana tersebut. Namun, begitu mereka melangkah masuk, para Dewa dan Dewi justru menyambut mereka dengan hangat dan penuh hormat.Saat Alagar dan Viona berjalan melalui koridor istana, mereka disambut oleh senyuman ramah dan tatapan penuh penghormatan dari para penghuni istana. Tak ada satupun tanda penolakan atau kemarahan yang terlihat pada wajah mereka.Viona merasa lega dan bahagia, ternyata para Dewa menghormati dan menerima dirinya sebagai permaisuri Alagar.Para dayang-dayang istana juga sangat menghormati Viona. Mereka membantu Viona beradaptasi dengan kehidupan di istana dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh Viona.Sementara itu, Alagar merasa terkejut namun bersyukur. Ia mengira para Dewa akan menentangnya karena ia membawa Viona, seorang manusia, ke istana mereka. Namun, ternyata para Dewa malah menghormatinya dan menerima Viona dengan t
Alagar dan Viona berdiri di hadapan kedua orang tua mereka, dengan rasa haru dan berdebar-debar. Keduanya telah bersiap untuk pergi ke langit. Namun, kedua orang tua mereka tidak diberitahu, mengingat kekuatan Alagar tidak bisa dibeberkan ke mereka."Ayah, Ibu, kami pamit," ucap Alagar dengan suara lantang namun bergetar, sementara Viona menundukkan kepalanya, menahan rasa sedih yang menyelimuti dirinya."Hati-hati di sana," ujar ayah Alagar dengan senyum hangat, memeluk putranya dengan erat. Ibu Viona pun menghampiri dan memeluk putrinya, berbisik, "Jaga diri baik-baik di sana, Nak. Jangan lupa sesekali mengunjungi kami.""Tentu Bu, aku pasti akan sering kemari," jawab Viona dengan mata berkaca-kaca.Namun, di balik senyum dan ucapan selamat tersebut, Alagar dan Viona tahu bahwa mereka tak akan pergi ke luar negeri seperti yang mereka katakan. Sebagai seseorang yang setara dengan Dewa, Alagar akan membawa Viona ke langit, tempat yang jauh dari dunia manusia.Ketika semua pelukan
Alagar melangkah cepat mendekati Pricila yang tampak bergegas meninggalkan tempat itu, wajahnya pucat pasi mendengar percakapan tentang pernikahan Alagar dengan Viona. Wajah Pricila terlihat sangat sedih, seolah dunia ini runtuh di depan matanya."Pricilla, kau mau kemana?" tanya Alagar dengan lembut sambil mencekal lengan Pricila, mencoba untuk menenangkannya.Pricila menatap Alagar dengan air mata berlinangan, pipinya memerah karena menahan tangis. "Selama ini aku selalu menunggumu. Aku selalu berharap bahwa suatu saat kau akan memilihku, tetapi ternyata semua harapanku hanya sia-sia. Pada akhirnya kau memilih wanita lain, Alagar," ucap Pricila dengan suara lirih dan terbata-bata.Alagar merasa terpukul mendengar ungkapan perasaan Pricila. Hatinya terasa berat, menahan perasaan bersalah yang mendera. Ia mencoba memandang Pricila dengan tatapan penuh pengertian, namun wanita itu terus menundukkan kepalanya, tak mampu menatap mata Alagar."Maafkan aku, Pricila. Aku tidak bermaksud men
Viona terdiam, matanya terpejam saat dia merenung dalam-dalam tentang ajakan Alagar untuk pergi ke langit bersamanya. Dalam keheningan itu, dia beranjak duduk, merasa tercekik oleh berbagai perasaan yang melanda. Tubuh telanjangnya dibungkus oleh selimut yang kemudian ditarik lebih rapat, seolah mencari perlindungan dari ketakutan yang mulai merayapi hatinya."Bagaimana dengan keluarga kita? Mereka pasti akan menentang, Alagar," ucap Viona dengan suara yang penuh kekhawatiran, alisnya mengerut dan jari-jarinya mengepal erat pada selimut yang menutupi tubuhnya.Alagar pun bergegas duduk di samping Viona, menatap matanya yang pilu. Dengan lembut, ia menggenggam kedua bahunya, mencoba memberikan kekuatan dan dukungan. "Kita akan bilang ke mereka, untuk tinggal di luar negeri, sesekali kita juga bisa berkunjung menemui mereka," ujar Alagar dengan nada yang meyakinkan, berusaha meredakan kegelisahan yang terpancar dari wajah Viona.Viona menatap Alagar, sejuta pertanyaan dan keraguan ber
Begitu melihat Dewa Agung sudah kembali di kediamannya, Bikely dan Indra segera menyambutnya dengan hormat. Keduanya membungkukkan badan serta mengucapkan salam yang penuh sopan. Namun, tidak demikian dengan Alagar yang tetap berdiri tegak, tanpa menunjukkan rasa hormat yang sama. Wajahnya tampak datar, tanpa ekspresi. Dia tidak pernah menganggap sosok Dewa Agung hebat, apalagi setelah dia berhasil mengalahkan Tigras dalam pertandingan dan seharusnya, Alagar yang menjadi Dewa Agung selanjutnya, namun dia menolak tahta tersebut.Mata Dewa Agung menatap tajam ke arah Alagar, lalu berkata, "Kalian berdua, bisa tinggalkan kami."Dengan patuh, Bikely dan Indra mengangguk, sebelum perlahan meninggalkan tempat tersebut. Mereka tahu bahwa Dewa Agung ingin berbicara dengan Alagar secara empat mata.Setelah Bikely dan Indra pergi, Dewa Agung mulai berbicara dengan suara yang tenang, "aku sudah beribicara dengan petinggi Istana cahaya, kau bisa tinggal di sana kapan pun kau mau."Alagar tidak b
Alagar sedang berada di kediamannya, sementara Dewa Agung beserta para petinggi Istana Cahaya berkumpul di kediaman Tigras, yang kini tidak memiliki pemimpin setelah Tigras lenyap—dikalahkan oleh kekuatan Alagar.Dewa Agung duduk di kursi utama, memimpin rapat di hadapan para petinggi yang saling berbisik dan menatap ragu satu sama lain. "Sekarang kalian tinggal pilih, ingin menerima Alagar sebagai pemimpin baru, atau ingin menunjuk pemimpin lain?" ujar Dewa Agung dengan suara berat yang memenuhi ruangan.Para petinggi saling berpandangan, beberapa terlihat gugup, sementara yang lain tampak serius dalam mempertimbangkan pilihan yang diberikan Dewa Agung. Mereka sadar bahwa keputusan ini akan menentukan masa depan Istana Cahaya dan seluruh rakyatnya."Alagar memang telah membuktikan kekuatannya dengan mengalahkan Tigras, tapi kita belum tahu apakah ia bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, dan menerima kita, mengingat apa yang telah Tuan Tigras lakukan padanya," sahut salah satu peting
Alagar yang melayang di hadapan Dewa Agung. Matanya menatap tajam sosok pemimpin langit tersebut. "Apa begini sudah cukup?" tanyanya dengan suara datar namun tegas.Dewa Agung menghela napas panjang, seolah merasakan beratnya pertanyaan yang dilontarkan Alagar. "Bukankah kau lihat sendiri?" jawabnya dengan suara menggema. "Setelah kau mengeluarkan dua naga legendaris itu dan mengalahkan Tigras, siapa yang akan berani menentangmu? Lihatlah mereka...."Mata Dewa Agung melirik ke arah para Dewa yang tengah menyaksikan pertandingan antara Alagar dan Tigras. Wajah mereka tampak tenang, namun tatapan mata mereka terpaku pada Alagar dan Dewa Agung dengan rasa khawatir yang tersembunyi.Alagar pun menoleh, melihat para Dewa yang terdiam. Ia merasakan kekuasaan yang kini ada di tangannya, namun hatinya tetap merasa hampa. "Apa mereka semakin takut padaku?" tanya Alagar dengan wajah bingung, tak menyangka bahwa kekuatannya yang luar biasa justru membuat para Dewa ketakutan."Begitulah kami, ya
Arena pertarungan berubah menjadi medan perang yang mengerikan. Seluruh penonton, para Dewa yang hadir, menatap takjub dan terperangah saat melihat dua sosok Naga Yin dan Yang muncul secara bersamaan dari pola sihir yang diciptakan oleh Alagar. Naga-naga legendaris itu merupakan penguasa elemen sihir cahaya dan kegelapan, makhluk yang hanya ada dalam mitos dan legenda. Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua Dewa yang menonton pertarungan tersebut seakan-akan kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kejadian luar biasa yang baru saja mereka saksikan. Mata mereka terbelalak, mulut mereka terbuka lebar, dan beberapa bahkan menahan napas mereka karena terkejut.Keterkejutan mereka semakin bertambah saat Alagar, dengan santainya dan percaya diri, menaiki kepala Naga Cahaya. Dengan pandangan yang tajam dan penuh tekad, dia mengendalikan Naga Cahaya seolah sudah menjadikannya monster kontraknya. Di sisi lain, Tigras tampak kesulitan menghadapi serangan yang diterimanya. D
Alagar terpojok di sudut arena pertandingan, diserang oleh Tigras yang beringas dan tak kenal ampun. Ekspresi cemas tergambar jelas di wajah Indra yang menyaksikan pertandingan itu dari tribun penonton."Bukankah ini tidak adil, Alagar tidak bisa mengeluarkan kemampuan penuhnya!" gerutu Indra, kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat."Kau salah, Indra. Lihatlah baik-baik...." tegur Bikely dengan nada tenang, membuat Indra refleks menatap arena pertarungan dengan seksama.Saat itu juga, Indra mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di arena. Ia menyaksikan Alagar yang sengaja menerima serangan Tigras, tanpa menghindar atau melawan sama sekali. Bahkan, wajah Alagar tampak tenang dan fokus, seolah ada rencana besar yang sedang dipersiapkannya.Indra kemudian memperhatikan lebih detail gerak-gerik Alagar, mencoba memahami strategi yang sedang digunakan oleh sahabatnya itu. Sementara itu, Bikely tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Alagar memiliki kejutan yang