Tahun 1520
“Dia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ia perbuat! Semua yang terjadi tidak bisa dibiarkan begitu saja!”
Tiba-tiba, terdengar suara derap kaki kuda dan juga suara orang-orang yang berteriak. Sepertinya mereka sedang mencari seseorang.
‘Bagaimana ini? Jika tidak berlindung maka aku tidak akan bisa hidup.’
“Kita harus menelusuri beberapa tempat di sini! Jika dia masih hidup, itu berarti dia tidak akan pergi jauh dari tempat ini.”
“Tapi, bagaimana jika dia sudah mati?”
“Jika dia mati, temukan jasadnya. Bawa dia dalam kondisi apa pun ke kerajaan!”
‘Sebenarnya apa yang mereka inginkan?’
Albaret langsung meninggalkan Goa di mana saat ini ia sedang bersembunyi.
Tahun 2020
“Biarkan aku pergi, aku tak ingin hidup di sini!Aku bosan mendengarkan pertengkaran kalian setiap hari!”
“Papa tidak mau kau pergi! Apa kau tidak tau jika di luar sana dunia itu kejam?”
“Dilla rasa di rumah ini jauh lebih kejam dari pada di luar sana, Pa.”
“Papa janji tidak akan bertengkar lagi.”
Namun, perkataan dan bujukan sang ayah tidak mampu meluruhkan hati Dila. Ia sudah muak dan bosan tinggal bersama kedua orang tuanya yang setiap hari hanya bertengkar dan bertengkar terus. Ia ingin hidup dengan damai dan tentram tanpa harus menutup kuping setiap kali kedua orang tuanya bertengkar.
Dengan bekal uang tabungan dan beberapa aset miliknya, Dila pun memutuskan untuk pergi malam itu juga.
Gadis itu pun segera naik ke atas menuju kamarnya. Ia langsung mengambil koper dan membereskan lemari pakaiannya. Ia sudah tidak ingin lagi berada di rumah yang semakin hari terasa bagaikan di neraka.
“Non mau ke mana? Jangan ikuti emosi. Kalau Non pergi mau tinggal di mana?”
Dilla menatap asisten rumah tangganya dan tersenyum tipis.
“Nggak apa-apa, Bik. Selama ini mama dan papa selalu memberikan uang saku yang banyak. Aku tidak pernah memakai semuanya, sebagian aku tabung. Itu pasti cukup untuk aku kos atau mengontrak apartemen. Yang penting aku tidak perlu mendengar lagi pertengkaran papa dan mama,” jawabnya.
“Kalau si Non pergi, bibik sama siapa?”
“Loh, kan di rumah ini ada banyak orang juga. Bibik nggak akan kesepian, kok. Aku benar-benar sudah tidak kuat lagi berada di rumah ini, Bik,” jawab Dilla.
Asisten rumah tangga kesayangan Dilla hanya diam sambil menahan sesak di dadanya. Ia merasa sangat sayang kepada majikannya itu. Kedua orang tua Dila memang kaya raya dan memberikan Dila segala kemewahan. Tapi, tidak dengan kedamaian.
“Bantu aku, Bik. Malam ini juga aku akan pergi dari rumah ini. Mungkin malam ini aku akan menginap di hotel. Besok baru aku mencari tempat tinggal,” kata Dilla sambil memasukkan pakaian ke dalam kopernya.
Di ruangan tengah, terdengar suara yang sangat berisik. Siapa lagi jika bukan kedua orang tuanya yang sedang bertengkar. Sementara Dila menatap mereka berdua dari atas sambil menurunin tangga dengan membawa barang-barangnya.
Ia tampak tak peduli lagi dengan kedua orang tuanya. Ia berharap kesadaran orang tuanya akan semakin baik dengan kepergian dirinya. Saat melihat Dilla yang hendak pergi barulah kedua orang tua Dilla menghentikan pertengkaran mereka
“Kamu mau ke mana malam begini? Maafkan papa, Nak ... papa janji tidak akan bertengkar lagi dengan mamamu.”
“Iya, Sayang. Mama juga janji tidak akan bertengkar lagi dengan papamu, asalkan papamu berjanji akan mendengarkan perkataan mama.”
“Enak saja! Mama yang-“
“STOP! Dilla pusing mendengar pertengkaran Papa dan Mama. Ma, Papa itu adalah kepala rumah tangga, sebaiknya Mama dan Papa saling intropeksi diri. Dilla pergi, semoga saja kalian bisa lebih tenang tanpa kehadiran Dilla di rumah ini,” kata Dila.
Gadis itu pun segera menarik koper miliknya dan segera berlalu dari hadapan kedua orang tuanya. Gadis itu sudah bertekad bulat untuk pergi dari rumah itu.
‘Kenapa papa dan mama harus selalu bertengkar, apa aku tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan?’ gumam Dilla dalam hati.
. Bukannya menahan kepergian sang anak, kedua orang tua Dilla pun malah kembali bertengkar dan saling menyalahkan satu sama lain. Melihat hal itu asisten rumah tangga Dilla berlalri mengejar anak majikannya itu.
“Non! Non Dila! Jangan pergi,” teriak pembantunya itu.
Seketika Papa dan Mamanya langsung menoleh ke arah Dila.
“Eh … Eh … Sayang, jangan pergi,” bujuk sang Mama.
“Nggak, Ma! Dilla bosan dan muak mendengar semua pertengkaran yang tidak ada habisnya di rumah ini! Dilla hanya butuh ketenangan dan kedamaaian. Apa salah jika Dila menginginkan kedua orang tua yang damai? Keluarga yang selalu harmonis dan mesra? Itu semua tidak Dila dapatkan di rumah ini. Rumah ini bukanlah rumah, tapi neraka!” ucap Dila.
Kali ini Dila benar benar sudah tak bisa menahannya lagi. Semua amarah yang tersimpan dalam hatinya meluap keluar dan hal itu membuatnya merasa lega.
Sementara itu, taksi yang ia pesan sudah datang dan supirnya membunyikan klakson berulang kali sehingga Dilla pun segera keluar tanpa peduli lagi dengan suara mamanya yang memanggil untuk kembali. Dila bertekad untuk tidak menginjakkan kakinya di rumah itu lagi jika kedua orang tuanya masih mementingkan ego masing-masing.
Bukan hanya Dila yang sangat risih mendengar perdebatan yang tiap menit itu terjadi, beberapa pembantu, supir, satpam dan pekerja taman halaman rumah juga sangat bosan. Rasanya kalau bukan karena pekerjaan dan gaji, mereka sudah lama ingin angkat kaki dari rumah itu.
Satu minggu berlalu, kini Dila hidup dengan kemandirianya. Semuanya ia urusi, mulai dari memasak, ke sana kemari sendiri. Ia selalu keluar dengan meyamarkan wajahnya karena tidak mau orang suruhan kedua orang tuanya menemukan dan memaksa untuk pulang. Dilla sudah lelah.
Karena wajah dan penampilannya yang menunjang, Dilla mendapatkan tawaran untuk menjadi seorang foto model dan bintang iklan juga model catwalk untuk beberapa designer terkenal.
Di ruangan tertutup ber-AC, terlihat beberapa orang yang sibuk dengan pentas model yang akan di tampilkan oleh bintang bintang model ternama. Di antaranya yaitu Kayla styla, Vela calista, Neysa feni, Dila laurent dan masih ada beberapa bintang model ternama yang akan tampil pada acara malam ini.
Di saat nama Dila laurent masih berjaya saat ini, banyak sekali beberapa oknum yang ingin menjatuhkan dari kejayaanya yang saat ini ia miliki.
“Bagaimana bisa kamu masih sempat makan di saat seperti ini?” tanya Vela kepada Dila.
Vela calista, adalah bintang model ternama setelah Dila laurent. Sebenarnya dia adalah sahabat Dila. Mereka berteman sejak pertama kali duduk di bangku SMA. Bahkan di saat kuliah walau beda jurusan tetapi kemana- mana berdua.Kedekatan mereka sudah seperti saudara kandung.
“Kenapa? Aku hanya lapar, bukannya kalau lapar itu makan?” ujar Dila.
Senyum marah terlukis di wajah Vela.
“Makan? Kamu bilang lapar? Emang dari tadi kamu ngapain aja? Sampai-sampai di saat rambut kamu di rias, kamu masih sempat-sempatnya makan!” Vela hanya tak ingin jika Dila makan di saat yang tidak tepat. Ia ingin Dilla bisa membagi waktunya dengan baik.
Kesuksesan yang saat ini mereka dapatkan bukan tanpa perjuangan. Mereka berjuang untuk mendapatkan semua dari nol. Merangkak bersama dan berjuang bersama sehingga mereka bisa berada di posisi sekarang ini.
Melihat sahabatnya itu mengomel, Dilla hanya tersenyum manis.
“Tenang saja, Beb. Aku tau kok bagaimana membagi waktu. Ini sudah selesai juga,” jawab Dilla sambil menjawil dagu Vella.
Tahun 1520“Sepertinya aku harus segera kembali ke kerajaan. Aku harus memastikan siapa saja yang masih bertahan.”Albaret pun langsung bergegas pergi menuju ke kerajaan Hansai.“Paduka, sampai saat ini kami belum bisa mendapatkan di mana putra kerajaan Hansai ... Pangeran Albaret berada. Seluruh pasukan juga sudah mencari ke beberapa tempat yang letaknya jauh dari kerajaan,” lapor pimpinan perang.“Firasatku mengatakan jika ia berada tidak jauh dari medan perang. Kalian cari dia sampai dapat!” ujar Paduka.“Baik, Paduka yang mulia. Kami akan melaksanakan titah Paduka.”Sementara itu Albaret terus menuju ke istana.“Tuan putri mau ke mana? Jangan jauh-jauh,” ujar salah satu pengawal putri raja.“Tidak kok, saya hanya ingin berkeliling menggunakan casper saja,” ujar Dila laurent.Casper merupakan kuda kesayangan putri Dila la
Tahun 1520“Baru kali ini, aku melihat pemandangan yang begitu indah. Ya ampun burung-burung itu!” pekik Dila dengan gembira. Ia sedang asik melihat pemandangan dengan mata lentiknya yang indah dan menawan.“Hey mau ke mana? Jangan pergi jauh-jauh.”Dila berteriak ke arah kumpulan burung merpati yang indah itu. Namun, sepertinya ada yang aneh dengan burung itu. Selama mata memandang ke arah burung, rasanya seperti ada yang mengendalikan diri kita sendiri.Dila terus memacu kudanya tanpa henti. Hingga akhirnya ia menghentikan kudanya di gerbang sebuah kerajaan.Tahun 2020Dila langsung masuk ke dalam apartemennya.“Eits, kalian mau ke mana? Nggak usah ikut! Sudah pulang aja sana! Aku mau langsung istirahat,” ujar Dila yang tadinya berjalan masuk tiba tiba berhenti secara mendadak.Sementara asisten dan manage
Tahun 1520Matanya tak henti-henti memerhatikan keadaan sekitar. Di pintu gerbang istana ia melihat sebuah nama yang tertera di atasnya.“Hansai.” Ia masih belum percaya bahwa ia telah sampai di istana seberang. Setaunya semua letak istana dari tempat ia berasal jaraknya sangat jauh. Dan tak mudah untuk cepat sampai ke sana.Sementara ia berjalan masuk ke dalam, tiba-tiba casper mengamuk dan berlari tanpa membawa tuan Putri Raja.“Casper, casper jangan pergi! Jangan tinggalkan aku disini,” pekik putri Dila dengan sangat ketakutan.“Bagaimana ini? Bagaimana aku bisa kembali. Sedangkan aku tak tahu bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini,” rasa cemasnya mulai menghantui pikiranya.Ia kembali fokus untuk mencari jalan keluar dengan cara menelusuri istana, siapa tahu ada cara lain untuk bisa membawanya pulang ke kerajaan.“Temp
Tahun 1520Matanya tak henti-henti memerhatikan keadaan sekitar. Di pintu gerbang istana ia melihat sebuah nama yang tertera di atasnya.“Hansai.” Ia masih belum percaya bahwa ia telah sampai di istana seberang. Setaunya semua letak istana dari tempat ia berasal jaraknya sangat jauh. Dan tak mudah untuk cepat sampai ke sana.Sementara ia berjalan masuk ke dalam, tiba-tiba casper mengamuk dan berlari tanpa membawa tuan Putri Raja.“Casper, casper jangan pergi! Jangan tinggalkan aku disini,” pekik putri Dila dengan sangat ketakutan.“Bagaimana ini? Bagaimana aku bisa kembali. Sedangkan aku tak tahu bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini,” rasa cemasnya mulai menghantui pikiranya.Ia kembali fokus untuk mencari jalan keluar dengan cara menelusuri istana, siapa tahu ada cara lain untuk bisa membawanya pulang ke kerajaan.“Tempat ini sepertinya sepi sekali, ke mana s
Tahun 1520"Sepertinya aku punya siasat yang sangat buruk terhadap putri kerajaan," ucap salah satu peramal kerajaan dari arah belakang. Ia sangat terkenal di kerajaan karena kesaktianya dalam meramal segala sesuatu yang akan terjadi.Sang Raja langsung menghampiri peramal kerajaan tersebut. "Beritahu aku dimana Putriku Dila berada," ucap rRaja yang sudah sangat penasaran dengan keberadaan Putrinya. Baru kali ini ia terkejut lantaran Putri Dila tak ijin jika ia ingin keluar Istana"Dia sedang berada di suatu tempat dimana letaknya tak jauh dari kerajaan, tapi aku merasa bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja," ucap peramal yang masih menerawang tentang keberadaan Putri Raja berada.Semua penghuni kerajaan sangat penasaran dengan kepergian Dila sang Putri Raja, sampai-sampai beberapa kerajaan yang berteman baik dengan kerajaan Wakuru turut dalam pencarian sang Putri kerajaan berada, Pangeran-Pangeran kerajaan
Tahun 1520 Kerajaan Wakuru Beberapa pasukan telah disiapkan, semua Pangeran-Pangeran dari berbagia Kerajaan sahabat telah berangkat terlebih dahulu. Sang Permaisuri sudah bersiap-siap untuk ikut serta dalam mencari keberadaan putrinya berada. "Permaisuri, paduka Raja mengatakan bahwa engkau tak bisa ikut dalam pencarian ini, apalagi perjalananya sangat jauh," ucap salah satu pengawal pribadi keluarga Kerajaan. Dengan cepat ia langsung segera menemui sang Raja untuk meminta izin agar dirinya bisa ikut dalam mencari putrinya. "Dimana Raja berada?" "Paduka sedang berada di ruang bawah tanah." Mendengar jawaban tersebut, ia segera menuju ke ruangan bwah tanah. Kerajaan Hansai "Menjauhilah dariku! jika kamu inign selamat, jika tidak maka tanggung akibatnya sendiri," sembari beberapa kekuataan ia kelurkan untuk mengalahkan Albaret. Tapi tidak dengan Albaret, ia hanya menghindar tanpa
Tahun 1520 "Sudahlah tak usah banyak omong, jika kau berani maka lawanlah aku sekarang juga! aku tak takut. Sekalipun kau seorang lelaki maupun ksatria bajak udara, laut, api, aku tak takut!" Dila terus mengeleluarkan kekuataanya, tanpa ia sadari dirinya makin lemah. Sementara Albaret yang menyadarinya jika gadis yang menyerangnya adalah seorang manusia yang tak biasa. "Hey .... cobalah untuk mengontrol emosi yang kau punya, aku saja belum melakukan apa-apa terhadapmu," tutur Albaret yang terus menghindar. Karena Dila yang terus menyerangnya, akhirnya Albaret melakukan satu hal agar Dila stop mengeluarkan kekuatan yang sama sekali hanya sia-sia. "Nie orang jika dibiarkan begini saja bakal kasihan juga lama-lama, anaknya siapah sih! orang ngasih tau malah ngeyel," ujar Albaret yang prihatin dengan sikap gadis yang tak bisa mengontrol emosinya sendiri. Keraja
Tahun 1520 Wajah pangeran Alfaris sangat tegang ketika berbicara dengan Raja Saidah, ayah dari putri Dila. beberapa tetesan keringat berjatuhan dari dahi turun ke samping pipih. "Ada hal apa? apa yang ingin di sampaikan?" tanya Raja. Pangeran Alfaris sangat kaku untuk melanjutkan ucapanya itu "Saya berjanji akan membawa Putri Dila dengan selamat sampai ke kerajaan, maka dari itu saya mengharapkan kesediaanya untuk mengizinkan saya" sembari memberi salam hormat yang sangat hangat. Setelah mendapatkan restu, ia segera pergi dengan sendirinya tanpa membawa satu pun pasukan untuk ikut bersamainya, rasa cinta telah mengalahkan rasa takutnya. Kerajaan Hansai Rasa lelah terlukis di wajahnya, Albaret sangat menghawatirkan hal tersebut. Ia mencoba untuk menenagkan gadis tersebut. Namun realita tak sesaui dengan ekspetasi, Dila terus mengeluarkan kekuatanya. Sampai pada akhirnya ia jatuh
"Kemana ia malam-malam begini? Bikin repot saja!" Albaret sepertinya sudah malas dengan masalah manusia, tetapi hati kecilnya terus mengatakan bahwa wanita itu adalah ornag yang ia temui di tahun 1520. Langkahnya tetap maju, karena setiap suara dari hati, tembakan itu tak pernah meleset. Beberapa tempat yang biasa Dila lalui, telah di cek. Dan, hasilnya tetap sama. "Tolong, aku mohon. Jangan sakiti aku, aku akan membayar kalian jika mau." baru kali ini ia memohon sampai ayak di depan orang. Rasa gemer terus dirasakan. Dila juga terlihat sangat capek, pikirannya pendek. Jika malam ini adalah malam kehancurannya maka tamatlah semua. Salah satu pria mulai memegang bahu kanannya. Dengan suara yang kencang, kalimat yang keluar dari pertama kali adalah, 'Albaret' suara itu terdengar sangat pelan dan lemah, Pasrah rasanya. "Ayolah sayang, kita bersantai malam ini. Jangan menunda-nunda. Aku tak suka itu!" semakin kuat di keramas bahu Dila, sampai membuat sobekan kecil di bajunya. "Jangan
Tahun 1520 Malam ini adalah malam yang sangat buruk baginya, sebuah ikatan janji telah terucap. Ia tak akan pernah bisa melupakan sosok gadis yang sangat berarti, kehilanganya bagaikan hidup tak bernyawa. "Aku berjanji, jika kamu hidup kembali. Maka percayalah hatimu tempat terakhirku berlabu," pernyataan yang sangat sedih, cintanya tak akan sirna. Di era teknologi yang sangat modern, tak membuat Albaret ketinngalan. Kekuataanya yang tak bisa di tandingi, caranya teleportasi dengan cepat, memindahkan sesautu hanya dengan kedipan mata, serta dapat membunuh tanpa menyentuh. Tahun yang sangat di impikan, yaitu tahun 2020. Kekhawatiran tiba-tiba muncul dari dirinya, rasa yang pernah terajdi, tak ingin terulang kembali. Perasaan yang bercampur dengan penasaran terbalut menjadi satu, malam itu hampir setengah kota ia mencari keberadaan Dila laurent. ***** Di persimpangan tepatnya menuju ke luar kota,
Tahun 1520Setelah berhasil berteman dengan Dila laurent, dan dirinya di angkat menjadi salah satu pengawal putri Kerajaan Wakuru yaitu pengawal pribadi Dila Laurent. Teringat proses bagaimana sampai ia bisa di terima dan di akui oleh Raja Saidah, Karena kejujuran dari Putri Dila terhadap Albaret. Kemampuanya cukup di akui di kerajaan ini, sampai-sampai muncul beberapa pertanyaan dari mana ia berasal? dan dari latar keluarga seperti apa?. Sampai sekarang ucapan itu hanya bisa di tepis dengan sangat gampang oleh Albaret.Sementara pangeran Alfaris di maafkan atas nama Raja Rembang. Waktu telah berlalu, sampai akhirnya ada perselisihan antara kedua Kerajaan. Dimana perebutan sebauh sanskerta oleh alih ahli waris Kerajaan. Tanah itu merupakan tanah dimana hasil kerjasama kedua kerajaan dalam berperang melawan kerajaan dari negeri lain. Raja Saidah berniat untuk membiarkan tanah itu begitu saja, tetapi Raja Rembang ingin merebutnya secara perlahan.Tahun
Tahun 1520 Kerajaan Hansai Masih di tempat yang sama..... Sekencang apapun Dila berlari saat ini, tenaganya tak ada guna. Semua ia habiskan hanya untuk melawan Albaret yang nyatanya tak menyaikitinya. "Putri Dila, sudahlah ayo kita berdamai saja. lupakan ucapanku yang tadi, maka sebagai imbalanya aku akan mengantarkanmu ke Raja," lagi-lagi Pangeran Alfaris membujuk Dila. "Tidak! aku bahkan tak sudi berada di dekapanmu sekarang!" ucap Dila dengan sangat kasar. "Waw. Hebat, hebat sekali. Kata-katamu sunguh menamparku. Ayolah aku tak suka sikap egois seperti ini," Pangeran Alfaris terus berusaha membujuknya. Karena sudah risih, akhirnya Dila hanya bisa berteriak. Dengan sekencang-kencangnya berharap ada bala bantuan yang bisa menolongnya dari bisikan iblis. "TOLONG!!!!!" Suaranya begitu kencang, Albaret yang menyaksikan gadis yang habis berkelahi dengany
Tahun 1520 Kerajaan Hansai "Aku janji aku akan segera membawamu pulang ke kerajaan, dan akan menikahimu. Tak akan kubiarkan kamu jatuh ke tangan orang lain," ucap pangeran Alfaris dengan penuh ambisi. Sementara itu, Dila yang sudah tak sadarkan diri langsung dibawah oleh pangeran Albaret ke kuil terdekat untuk diobati, "Sepertinya ia sangat kelelahan, tetapi dari mana ia berasal? kenapa ia bisa sampai ada dsini?" rasa penasaran membuat Albaret ingin mencari tahu siapa gadis tersebut. Sesampai di Kuil, ia segera meletakkan Dila dan langsung mencoba mengobati menggunakan kekuatanya. "Semoga ini membantu," ritual berlangsung dengan mulus. Beberapa saat kemudian Dila tersadar, dengan raut wajah yang masih pucat, tenaga yang belum stabil dan kepanikan yang makin menjadi setelah ia mengetahui pria yang ia serang sekarang telah berada di sebelahnya. Dengan was-was Albaret mencoba berjaga-jaga agar terhindar dari seranganya lagi.
Tahun 1520 Wajah pangeran Alfaris sangat tegang ketika berbicara dengan Raja Saidah, ayah dari putri Dila. beberapa tetesan keringat berjatuhan dari dahi turun ke samping pipih. "Ada hal apa? apa yang ingin di sampaikan?" tanya Raja. Pangeran Alfaris sangat kaku untuk melanjutkan ucapanya itu "Saya berjanji akan membawa Putri Dila dengan selamat sampai ke kerajaan, maka dari itu saya mengharapkan kesediaanya untuk mengizinkan saya" sembari memberi salam hormat yang sangat hangat. Setelah mendapatkan restu, ia segera pergi dengan sendirinya tanpa membawa satu pun pasukan untuk ikut bersamainya, rasa cinta telah mengalahkan rasa takutnya. Kerajaan Hansai Rasa lelah terlukis di wajahnya, Albaret sangat menghawatirkan hal tersebut. Ia mencoba untuk menenagkan gadis tersebut. Namun realita tak sesaui dengan ekspetasi, Dila terus mengeluarkan kekuatanya. Sampai pada akhirnya ia jatuh
Tahun 1520 "Sudahlah tak usah banyak omong, jika kau berani maka lawanlah aku sekarang juga! aku tak takut. Sekalipun kau seorang lelaki maupun ksatria bajak udara, laut, api, aku tak takut!" Dila terus mengeleluarkan kekuataanya, tanpa ia sadari dirinya makin lemah. Sementara Albaret yang menyadarinya jika gadis yang menyerangnya adalah seorang manusia yang tak biasa. "Hey .... cobalah untuk mengontrol emosi yang kau punya, aku saja belum melakukan apa-apa terhadapmu," tutur Albaret yang terus menghindar. Karena Dila yang terus menyerangnya, akhirnya Albaret melakukan satu hal agar Dila stop mengeluarkan kekuatan yang sama sekali hanya sia-sia. "Nie orang jika dibiarkan begini saja bakal kasihan juga lama-lama, anaknya siapah sih! orang ngasih tau malah ngeyel," ujar Albaret yang prihatin dengan sikap gadis yang tak bisa mengontrol emosinya sendiri. Keraja
Tahun 1520 Kerajaan Wakuru Beberapa pasukan telah disiapkan, semua Pangeran-Pangeran dari berbagia Kerajaan sahabat telah berangkat terlebih dahulu. Sang Permaisuri sudah bersiap-siap untuk ikut serta dalam mencari keberadaan putrinya berada. "Permaisuri, paduka Raja mengatakan bahwa engkau tak bisa ikut dalam pencarian ini, apalagi perjalananya sangat jauh," ucap salah satu pengawal pribadi keluarga Kerajaan. Dengan cepat ia langsung segera menemui sang Raja untuk meminta izin agar dirinya bisa ikut dalam mencari putrinya. "Dimana Raja berada?" "Paduka sedang berada di ruang bawah tanah." Mendengar jawaban tersebut, ia segera menuju ke ruangan bwah tanah. Kerajaan Hansai "Menjauhilah dariku! jika kamu inign selamat, jika tidak maka tanggung akibatnya sendiri," sembari beberapa kekuataan ia kelurkan untuk mengalahkan Albaret. Tapi tidak dengan Albaret, ia hanya menghindar tanpa
Tahun 1520"Sepertinya aku punya siasat yang sangat buruk terhadap putri kerajaan," ucap salah satu peramal kerajaan dari arah belakang. Ia sangat terkenal di kerajaan karena kesaktianya dalam meramal segala sesuatu yang akan terjadi.Sang Raja langsung menghampiri peramal kerajaan tersebut. "Beritahu aku dimana Putriku Dila berada," ucap rRaja yang sudah sangat penasaran dengan keberadaan Putrinya. Baru kali ini ia terkejut lantaran Putri Dila tak ijin jika ia ingin keluar Istana"Dia sedang berada di suatu tempat dimana letaknya tak jauh dari kerajaan, tapi aku merasa bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja," ucap peramal yang masih menerawang tentang keberadaan Putri Raja berada.Semua penghuni kerajaan sangat penasaran dengan kepergian Dila sang Putri Raja, sampai-sampai beberapa kerajaan yang berteman baik dengan kerajaan Wakuru turut dalam pencarian sang Putri kerajaan berada, Pangeran-Pangeran kerajaan