“Hey mau ke mana? Jangan pergi jauh-jauh.”
Dila berteriak ke arah kumpulan burung merpati yang indah itu. Namun, sepertinya ada yang aneh dengan burung itu. Selama mata memandang ke arah burung, rasanya seperti ada yang mengendalikan diri kita sendiri.
Dila terus memacu kudanya tanpa henti. Hingga akhirnya ia menghentikan kudanya di gerbang sebuah kerajaan.
Tahun 2020Dila langsung masuk ke dalam apartemennya.“Eits, kalian mau ke mana? Nggak usah ikut! Sudah pulang aja sana! Aku mau langsung istirahat,” ujar Dila yang tadinya berjalan masuk tiba tiba berhenti secara mendadak.
Sementara asisten dan managernya dibuat kaget olehnya.
“Kami hanya ingin pastikan saja jika engkau aman sampai tujuan,” ujar Manager Kay.
“Hahahaha,” tawa Dila yang tampak meledek omongan dari managernya itu.
“Nggak usah, aku ini mandiri,” ujar Dila.
Ia langsung pergi dari situ, dan menuju ke dalam kamarnya.
“Astaga lihat yang ia katakan sekarang, MANDIRI! Padahal potong kuku aja masih belum betul,” bisik asisten yang berada di sebelah manager Kay, dengan suara yang sangat pelan ke rekan sebelah.
“Ya udah, kamu masuk saja. Tapi nanti kita hanya pastikan saja kalau kamu sudah masuk lift dengan selamat.”
“Oke”
Ia segera memasuki lift. Untungnya memakai masker, jadi ia agak selamat dari perhatian para netizen yang berada di sekitar situ. Keberadaannya di dalam hotel juga sangat di rahasiakan.
Mata manager dan dua asistennya itu tak berhenti memandang bintang model kesayangan mereka.
Sampai pada akhirnya, Dila naik ke lift. Rasa khawatir makin menjadi-jadi saat lift yang dinaikai Dila banyak orang di dalam, namun apa boleh buat Ia terpaksa naik. Dengan mencoba rilex dan santai ia tetap masuk, ditambah lagi dengan gaya elegannya ia berjalan.
“Bagaimana jika ia dikenali di dalam lift. Bisa-bisa ia dikerubuti,” ujar Manager Kay yang sangat panik.
“Sudah ... biarkan saja. Dila pasti bisa mengatasinya,” tutur asistennya.
Di dalam lift, Dilla menahan napasnya karena sesak dengan orang-orang.
‘Sempit banget, mana panas lagi. Bau badan! Ih pengen muntah,’ ujar Dila di dalam hati.
Di dalam lift, ada enam orang termasuk dirinya. Satu orang wanita dan empat orang lelaki. Ketika Dila sedang asik memperhatikan pria yang berada di sebelahnya. Tiba tiba ada pesan singkat dari managernya.
“Jangan lupa, kamarmu berada di lantai 10 nomor 123.”
“Sial, apa maksudnya kamar 123, aneh-aneh aja.”
Hal ini sengaja karena Dila sering bangat ketika di hotel salah masuk kamar. Makanya untuk mempermudah, dia diberi kamar dengan nomor 123.
Ketika baru sampai di lantai 6, satu orang wanita telah keluar. Kini tinggal dirinya yang masih berada di dalam lift dengan keempat pria.
Rasa takutnya makin menjadi-jadi, usai ia membaca komentar para netizen yang membicarakan tentang dirinya.
“Di mana kau berada disitu ada aku,” diikuti dengan emoticon pisau.
Komentar itu membuat Dila langsung sangat ketakutan.
Ditambah lagi ketiga pria yang berada di depannya menatap dengan tatapan yang menggoda dan penuh nafsu.Sesekali pria itu mencoba melirik Dila. Dila yang tahu akhirnya hanya pasrah saja. Ia hanya bisa mencoba melirik ke tempat lain. Dalam hatia ia menyesal tidak membiarkan asisten dan managernya mengantarkan sampai ke kamar apartemennya.
Disaat satu pria mencoba mendekatinya. Tiba tiba pria yang berada di sebelahnya langsung menarik tangan Dila untuk menghindari pria yang akan mendekatinya itu.
Mata Dila menatap pria yang menariknya itu dengan sangat keheranan ia tak menyangka bahwasannya pria tersebut dapat melakukan hal itu kepadanya. Pria yang mencoba mendekati Dila, dia langsung mendorong pria yang menarik tangan Dila.
“Jika ingin selamat, jangan ikut campur urusan orang lain,” sahut pria itu.
“Jika ingin selamat, jangan coba mengganggu wanita ini,” ujar pria yang menarik tangan Dila.
Di saat pertikaian masih berlanjut, tiba tiba lampu yang berada di dalam lift mati secara mendadak. Dalam hitungan 5 detik, Dila dan pria itu menghilang. Seketika lampu kembali menyalah.
“Hah, ke mana perginya perempuan dan laki laki tadi? Bagaimana bisa mereka pergi dari sini disaat lampu lift mati dan pintu masih terkunci. Apa lagi lift ini masih berjalan dengan normal,” ujar pria yang sempat bertikai dengan Dilla.
Tepat di lantai 10 Dila berbaring dalam keadaan pingsan.Sementara pria yang bersamanya masih setia menunggu sampai ia siuman untuk memastikan aman sementara. Tak berselang beberapa menit ketika mata Dila terbuka dan tangan ia mereba ke bagian kepala.
“Aduh ... kok kepalaku pusing sekali, yah.”
Namun, saat melihat kehadiran pria itu, Diilla pun tersentak kaget. Ia berusaha untuk bangkit tetapi kepalanya masih terasa sakit.
Pria itu hanya terdiam sambil mengamati yang Dila lakukan sambil melipat tangan di dadanya.
“Ka—ka—Kamu, kok saya bisa ada di sini? Bukanya tadi ada di-”
“Bangunlah dan pergi dari sini jika ingin selamat,” ujar pria itu. Ia pun langsung meninggalkan Dila sendirian.
Karena tak ingin sendiri, dan ia masih sangat penasaran dengan kejadian apa yang barusan menimpanya maka ia berjalan mengikuti pria itu dari belakang.
Langkah kaki yang pelan, berharap agar pria itu tak mengetahuinya ternyata gagal.
“Mau kamu apa?” tanya pria itu yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia pun menolehkan kepalanya ke arah samping. Dila hanya salah tingkah saat pria itu menatapnya dengan tajam.
“Apa! Ee … Apa salahnya jika aku hanya menanyakan kejadian yang barusan.”
Dila berusaha untuk berterus terang tentang rasa penasarannya. Namun, lelaki itu hanya berdiam dan terus melanjutkan langkah kaki menuju ke apartemennya.
“Hey … Hey…! Jangan pergi! Ah, sialan,” gerutu Dila sambil mengentakkan kakinya ke lantai.
Dilla hanya bisa menatap punggung pria itu dengan rasa penasarannya. Entah mengapa ia tidak berani menentang tatapan mata pria itu. Hanya satu yang masih menjadi tanda tanya besar di benaknya. Bagaimana bisa ia berada di kursi tadi padahal tadinya ia sedang berada di lift.
“Manusia aneh, apa ia adalah superman. Makanya ia bisa secepat itu, ah pikiran ini membuatku gila.”
Ia terus memperhatikan pria itu, sampai pada akhirnya ia berhenti di depan kamar apartemen miliknya. Dila pun segera masuk ke dalam dan berusaha untuk melupakan keanehan yang telah terjadi tadi. Ia baru menyadari jika pria tadi berhenti tepat di sebelah kamar apartemen miliknya.
“Serius! Dia tetanggaku. Oh Tuhan, aku tak ingin mati muda karena memikirkan hal ini.”
Sementara di sebelah, pria itu - Albaret ... ia tengah terbarig di kursi sofa sembari membaca buku.
“Jangan lagi-lagi aku bertemu dengan wanita seperti dia, menyebalkan,” ujarnya mulai bermonolog.
Disaat ia sedang melanjutkan membaca buku, tiba tiba ia mendengar suara dari aparteman kamar sebelah.
“Aaaa!” disusul dengan suara tangisan.
Tangisan itu begitu kuat sampai-sampai mengganggu pikiran Albaret.
Lantaran risih, ia segera ke apartemen sebelah.
TOK!TOK!TOK!
Tahun 1520Matanya tak henti-henti memerhatikan keadaan sekitar. Di pintu gerbang istana ia melihat sebuah nama yang tertera di atasnya.“Hansai.” Ia masih belum percaya bahwa ia telah sampai di istana seberang. Setaunya semua letak istana dari tempat ia berasal jaraknya sangat jauh. Dan tak mudah untuk cepat sampai ke sana.Sementara ia berjalan masuk ke dalam, tiba-tiba casper mengamuk dan berlari tanpa membawa tuan Putri Raja.“Casper, casper jangan pergi! Jangan tinggalkan aku disini,” pekik putri Dila dengan sangat ketakutan.“Bagaimana ini? Bagaimana aku bisa kembali. Sedangkan aku tak tahu bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini,” rasa cemasnya mulai menghantui pikiranya.Ia kembali fokus untuk mencari jalan keluar dengan cara menelusuri istana, siapa tahu ada cara lain untuk bisa membawanya pulang ke kerajaan.“Temp
Tahun 1520Matanya tak henti-henti memerhatikan keadaan sekitar. Di pintu gerbang istana ia melihat sebuah nama yang tertera di atasnya.“Hansai.” Ia masih belum percaya bahwa ia telah sampai di istana seberang. Setaunya semua letak istana dari tempat ia berasal jaraknya sangat jauh. Dan tak mudah untuk cepat sampai ke sana.Sementara ia berjalan masuk ke dalam, tiba-tiba casper mengamuk dan berlari tanpa membawa tuan Putri Raja.“Casper, casper jangan pergi! Jangan tinggalkan aku disini,” pekik putri Dila dengan sangat ketakutan.“Bagaimana ini? Bagaimana aku bisa kembali. Sedangkan aku tak tahu bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini,” rasa cemasnya mulai menghantui pikiranya.Ia kembali fokus untuk mencari jalan keluar dengan cara menelusuri istana, siapa tahu ada cara lain untuk bisa membawanya pulang ke kerajaan.“Tempat ini sepertinya sepi sekali, ke mana s
Tahun 1520"Sepertinya aku punya siasat yang sangat buruk terhadap putri kerajaan," ucap salah satu peramal kerajaan dari arah belakang. Ia sangat terkenal di kerajaan karena kesaktianya dalam meramal segala sesuatu yang akan terjadi.Sang Raja langsung menghampiri peramal kerajaan tersebut. "Beritahu aku dimana Putriku Dila berada," ucap rRaja yang sudah sangat penasaran dengan keberadaan Putrinya. Baru kali ini ia terkejut lantaran Putri Dila tak ijin jika ia ingin keluar Istana"Dia sedang berada di suatu tempat dimana letaknya tak jauh dari kerajaan, tapi aku merasa bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja," ucap peramal yang masih menerawang tentang keberadaan Putri Raja berada.Semua penghuni kerajaan sangat penasaran dengan kepergian Dila sang Putri Raja, sampai-sampai beberapa kerajaan yang berteman baik dengan kerajaan Wakuru turut dalam pencarian sang Putri kerajaan berada, Pangeran-Pangeran kerajaan
Tahun 1520 Kerajaan Wakuru Beberapa pasukan telah disiapkan, semua Pangeran-Pangeran dari berbagia Kerajaan sahabat telah berangkat terlebih dahulu. Sang Permaisuri sudah bersiap-siap untuk ikut serta dalam mencari keberadaan putrinya berada. "Permaisuri, paduka Raja mengatakan bahwa engkau tak bisa ikut dalam pencarian ini, apalagi perjalananya sangat jauh," ucap salah satu pengawal pribadi keluarga Kerajaan. Dengan cepat ia langsung segera menemui sang Raja untuk meminta izin agar dirinya bisa ikut dalam mencari putrinya. "Dimana Raja berada?" "Paduka sedang berada di ruang bawah tanah." Mendengar jawaban tersebut, ia segera menuju ke ruangan bwah tanah. Kerajaan Hansai "Menjauhilah dariku! jika kamu inign selamat, jika tidak maka tanggung akibatnya sendiri," sembari beberapa kekuataan ia kelurkan untuk mengalahkan Albaret. Tapi tidak dengan Albaret, ia hanya menghindar tanpa
Tahun 1520 "Sudahlah tak usah banyak omong, jika kau berani maka lawanlah aku sekarang juga! aku tak takut. Sekalipun kau seorang lelaki maupun ksatria bajak udara, laut, api, aku tak takut!" Dila terus mengeleluarkan kekuataanya, tanpa ia sadari dirinya makin lemah. Sementara Albaret yang menyadarinya jika gadis yang menyerangnya adalah seorang manusia yang tak biasa. "Hey .... cobalah untuk mengontrol emosi yang kau punya, aku saja belum melakukan apa-apa terhadapmu," tutur Albaret yang terus menghindar. Karena Dila yang terus menyerangnya, akhirnya Albaret melakukan satu hal agar Dila stop mengeluarkan kekuatan yang sama sekali hanya sia-sia. "Nie orang jika dibiarkan begini saja bakal kasihan juga lama-lama, anaknya siapah sih! orang ngasih tau malah ngeyel," ujar Albaret yang prihatin dengan sikap gadis yang tak bisa mengontrol emosinya sendiri. Keraja
Tahun 1520 Wajah pangeran Alfaris sangat tegang ketika berbicara dengan Raja Saidah, ayah dari putri Dila. beberapa tetesan keringat berjatuhan dari dahi turun ke samping pipih. "Ada hal apa? apa yang ingin di sampaikan?" tanya Raja. Pangeran Alfaris sangat kaku untuk melanjutkan ucapanya itu "Saya berjanji akan membawa Putri Dila dengan selamat sampai ke kerajaan, maka dari itu saya mengharapkan kesediaanya untuk mengizinkan saya" sembari memberi salam hormat yang sangat hangat. Setelah mendapatkan restu, ia segera pergi dengan sendirinya tanpa membawa satu pun pasukan untuk ikut bersamainya, rasa cinta telah mengalahkan rasa takutnya. Kerajaan Hansai Rasa lelah terlukis di wajahnya, Albaret sangat menghawatirkan hal tersebut. Ia mencoba untuk menenagkan gadis tersebut. Namun realita tak sesaui dengan ekspetasi, Dila terus mengeluarkan kekuatanya. Sampai pada akhirnya ia jatuh
Tahun 1520 Kerajaan Hansai "Aku janji aku akan segera membawamu pulang ke kerajaan, dan akan menikahimu. Tak akan kubiarkan kamu jatuh ke tangan orang lain," ucap pangeran Alfaris dengan penuh ambisi. Sementara itu, Dila yang sudah tak sadarkan diri langsung dibawah oleh pangeran Albaret ke kuil terdekat untuk diobati, "Sepertinya ia sangat kelelahan, tetapi dari mana ia berasal? kenapa ia bisa sampai ada dsini?" rasa penasaran membuat Albaret ingin mencari tahu siapa gadis tersebut. Sesampai di Kuil, ia segera meletakkan Dila dan langsung mencoba mengobati menggunakan kekuatanya. "Semoga ini membantu," ritual berlangsung dengan mulus. Beberapa saat kemudian Dila tersadar, dengan raut wajah yang masih pucat, tenaga yang belum stabil dan kepanikan yang makin menjadi setelah ia mengetahui pria yang ia serang sekarang telah berada di sebelahnya. Dengan was-was Albaret mencoba berjaga-jaga agar terhindar dari seranganya lagi.
Tahun 1520 Kerajaan Hansai Masih di tempat yang sama..... Sekencang apapun Dila berlari saat ini, tenaganya tak ada guna. Semua ia habiskan hanya untuk melawan Albaret yang nyatanya tak menyaikitinya. "Putri Dila, sudahlah ayo kita berdamai saja. lupakan ucapanku yang tadi, maka sebagai imbalanya aku akan mengantarkanmu ke Raja," lagi-lagi Pangeran Alfaris membujuk Dila. "Tidak! aku bahkan tak sudi berada di dekapanmu sekarang!" ucap Dila dengan sangat kasar. "Waw. Hebat, hebat sekali. Kata-katamu sunguh menamparku. Ayolah aku tak suka sikap egois seperti ini," Pangeran Alfaris terus berusaha membujuknya. Karena sudah risih, akhirnya Dila hanya bisa berteriak. Dengan sekencang-kencangnya berharap ada bala bantuan yang bisa menolongnya dari bisikan iblis. "TOLONG!!!!!" Suaranya begitu kencang, Albaret yang menyaksikan gadis yang habis berkelahi dengany
"Kemana ia malam-malam begini? Bikin repot saja!" Albaret sepertinya sudah malas dengan masalah manusia, tetapi hati kecilnya terus mengatakan bahwa wanita itu adalah ornag yang ia temui di tahun 1520. Langkahnya tetap maju, karena setiap suara dari hati, tembakan itu tak pernah meleset. Beberapa tempat yang biasa Dila lalui, telah di cek. Dan, hasilnya tetap sama. "Tolong, aku mohon. Jangan sakiti aku, aku akan membayar kalian jika mau." baru kali ini ia memohon sampai ayak di depan orang. Rasa gemer terus dirasakan. Dila juga terlihat sangat capek, pikirannya pendek. Jika malam ini adalah malam kehancurannya maka tamatlah semua. Salah satu pria mulai memegang bahu kanannya. Dengan suara yang kencang, kalimat yang keluar dari pertama kali adalah, 'Albaret' suara itu terdengar sangat pelan dan lemah, Pasrah rasanya. "Ayolah sayang, kita bersantai malam ini. Jangan menunda-nunda. Aku tak suka itu!" semakin kuat di keramas bahu Dila, sampai membuat sobekan kecil di bajunya. "Jangan
Tahun 1520 Malam ini adalah malam yang sangat buruk baginya, sebuah ikatan janji telah terucap. Ia tak akan pernah bisa melupakan sosok gadis yang sangat berarti, kehilanganya bagaikan hidup tak bernyawa. "Aku berjanji, jika kamu hidup kembali. Maka percayalah hatimu tempat terakhirku berlabu," pernyataan yang sangat sedih, cintanya tak akan sirna. Di era teknologi yang sangat modern, tak membuat Albaret ketinngalan. Kekuataanya yang tak bisa di tandingi, caranya teleportasi dengan cepat, memindahkan sesautu hanya dengan kedipan mata, serta dapat membunuh tanpa menyentuh. Tahun yang sangat di impikan, yaitu tahun 2020. Kekhawatiran tiba-tiba muncul dari dirinya, rasa yang pernah terajdi, tak ingin terulang kembali. Perasaan yang bercampur dengan penasaran terbalut menjadi satu, malam itu hampir setengah kota ia mencari keberadaan Dila laurent. ***** Di persimpangan tepatnya menuju ke luar kota,
Tahun 1520Setelah berhasil berteman dengan Dila laurent, dan dirinya di angkat menjadi salah satu pengawal putri Kerajaan Wakuru yaitu pengawal pribadi Dila Laurent. Teringat proses bagaimana sampai ia bisa di terima dan di akui oleh Raja Saidah, Karena kejujuran dari Putri Dila terhadap Albaret. Kemampuanya cukup di akui di kerajaan ini, sampai-sampai muncul beberapa pertanyaan dari mana ia berasal? dan dari latar keluarga seperti apa?. Sampai sekarang ucapan itu hanya bisa di tepis dengan sangat gampang oleh Albaret.Sementara pangeran Alfaris di maafkan atas nama Raja Rembang. Waktu telah berlalu, sampai akhirnya ada perselisihan antara kedua Kerajaan. Dimana perebutan sebauh sanskerta oleh alih ahli waris Kerajaan. Tanah itu merupakan tanah dimana hasil kerjasama kedua kerajaan dalam berperang melawan kerajaan dari negeri lain. Raja Saidah berniat untuk membiarkan tanah itu begitu saja, tetapi Raja Rembang ingin merebutnya secara perlahan.Tahun
Tahun 1520 Kerajaan Hansai Masih di tempat yang sama..... Sekencang apapun Dila berlari saat ini, tenaganya tak ada guna. Semua ia habiskan hanya untuk melawan Albaret yang nyatanya tak menyaikitinya. "Putri Dila, sudahlah ayo kita berdamai saja. lupakan ucapanku yang tadi, maka sebagai imbalanya aku akan mengantarkanmu ke Raja," lagi-lagi Pangeran Alfaris membujuk Dila. "Tidak! aku bahkan tak sudi berada di dekapanmu sekarang!" ucap Dila dengan sangat kasar. "Waw. Hebat, hebat sekali. Kata-katamu sunguh menamparku. Ayolah aku tak suka sikap egois seperti ini," Pangeran Alfaris terus berusaha membujuknya. Karena sudah risih, akhirnya Dila hanya bisa berteriak. Dengan sekencang-kencangnya berharap ada bala bantuan yang bisa menolongnya dari bisikan iblis. "TOLONG!!!!!" Suaranya begitu kencang, Albaret yang menyaksikan gadis yang habis berkelahi dengany
Tahun 1520 Kerajaan Hansai "Aku janji aku akan segera membawamu pulang ke kerajaan, dan akan menikahimu. Tak akan kubiarkan kamu jatuh ke tangan orang lain," ucap pangeran Alfaris dengan penuh ambisi. Sementara itu, Dila yang sudah tak sadarkan diri langsung dibawah oleh pangeran Albaret ke kuil terdekat untuk diobati, "Sepertinya ia sangat kelelahan, tetapi dari mana ia berasal? kenapa ia bisa sampai ada dsini?" rasa penasaran membuat Albaret ingin mencari tahu siapa gadis tersebut. Sesampai di Kuil, ia segera meletakkan Dila dan langsung mencoba mengobati menggunakan kekuatanya. "Semoga ini membantu," ritual berlangsung dengan mulus. Beberapa saat kemudian Dila tersadar, dengan raut wajah yang masih pucat, tenaga yang belum stabil dan kepanikan yang makin menjadi setelah ia mengetahui pria yang ia serang sekarang telah berada di sebelahnya. Dengan was-was Albaret mencoba berjaga-jaga agar terhindar dari seranganya lagi.
Tahun 1520 Wajah pangeran Alfaris sangat tegang ketika berbicara dengan Raja Saidah, ayah dari putri Dila. beberapa tetesan keringat berjatuhan dari dahi turun ke samping pipih. "Ada hal apa? apa yang ingin di sampaikan?" tanya Raja. Pangeran Alfaris sangat kaku untuk melanjutkan ucapanya itu "Saya berjanji akan membawa Putri Dila dengan selamat sampai ke kerajaan, maka dari itu saya mengharapkan kesediaanya untuk mengizinkan saya" sembari memberi salam hormat yang sangat hangat. Setelah mendapatkan restu, ia segera pergi dengan sendirinya tanpa membawa satu pun pasukan untuk ikut bersamainya, rasa cinta telah mengalahkan rasa takutnya. Kerajaan Hansai Rasa lelah terlukis di wajahnya, Albaret sangat menghawatirkan hal tersebut. Ia mencoba untuk menenagkan gadis tersebut. Namun realita tak sesaui dengan ekspetasi, Dila terus mengeluarkan kekuatanya. Sampai pada akhirnya ia jatuh
Tahun 1520 "Sudahlah tak usah banyak omong, jika kau berani maka lawanlah aku sekarang juga! aku tak takut. Sekalipun kau seorang lelaki maupun ksatria bajak udara, laut, api, aku tak takut!" Dila terus mengeleluarkan kekuataanya, tanpa ia sadari dirinya makin lemah. Sementara Albaret yang menyadarinya jika gadis yang menyerangnya adalah seorang manusia yang tak biasa. "Hey .... cobalah untuk mengontrol emosi yang kau punya, aku saja belum melakukan apa-apa terhadapmu," tutur Albaret yang terus menghindar. Karena Dila yang terus menyerangnya, akhirnya Albaret melakukan satu hal agar Dila stop mengeluarkan kekuatan yang sama sekali hanya sia-sia. "Nie orang jika dibiarkan begini saja bakal kasihan juga lama-lama, anaknya siapah sih! orang ngasih tau malah ngeyel," ujar Albaret yang prihatin dengan sikap gadis yang tak bisa mengontrol emosinya sendiri. Keraja
Tahun 1520 Kerajaan Wakuru Beberapa pasukan telah disiapkan, semua Pangeran-Pangeran dari berbagia Kerajaan sahabat telah berangkat terlebih dahulu. Sang Permaisuri sudah bersiap-siap untuk ikut serta dalam mencari keberadaan putrinya berada. "Permaisuri, paduka Raja mengatakan bahwa engkau tak bisa ikut dalam pencarian ini, apalagi perjalananya sangat jauh," ucap salah satu pengawal pribadi keluarga Kerajaan. Dengan cepat ia langsung segera menemui sang Raja untuk meminta izin agar dirinya bisa ikut dalam mencari putrinya. "Dimana Raja berada?" "Paduka sedang berada di ruang bawah tanah." Mendengar jawaban tersebut, ia segera menuju ke ruangan bwah tanah. Kerajaan Hansai "Menjauhilah dariku! jika kamu inign selamat, jika tidak maka tanggung akibatnya sendiri," sembari beberapa kekuataan ia kelurkan untuk mengalahkan Albaret. Tapi tidak dengan Albaret, ia hanya menghindar tanpa
Tahun 1520"Sepertinya aku punya siasat yang sangat buruk terhadap putri kerajaan," ucap salah satu peramal kerajaan dari arah belakang. Ia sangat terkenal di kerajaan karena kesaktianya dalam meramal segala sesuatu yang akan terjadi.Sang Raja langsung menghampiri peramal kerajaan tersebut. "Beritahu aku dimana Putriku Dila berada," ucap rRaja yang sudah sangat penasaran dengan keberadaan Putrinya. Baru kali ini ia terkejut lantaran Putri Dila tak ijin jika ia ingin keluar Istana"Dia sedang berada di suatu tempat dimana letaknya tak jauh dari kerajaan, tapi aku merasa bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja," ucap peramal yang masih menerawang tentang keberadaan Putri Raja berada.Semua penghuni kerajaan sangat penasaran dengan kepergian Dila sang Putri Raja, sampai-sampai beberapa kerajaan yang berteman baik dengan kerajaan Wakuru turut dalam pencarian sang Putri kerajaan berada, Pangeran-Pangeran kerajaan