แชร์

Bab 97 Melawan Roh Terikat

ผู้เขียน: Shofi Nur Hidayah
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-29 23:03:15

"Jadi itu bukan roh terikat yang sebenarnya," ujar Ye Xuanqing akhirnya, suaranya berat. "Apa yang kita hadapi tadi hanyalah proyeksi."

Jung Jinsi menatapnya tajam. "Aku sempat merasakan auranya. Itu nyata, Xuanqing. Kalau itu hanya proyeksi, bagaimana bisa serangannya melukai kita?"

"Mantra pengganda," sela Jing Qian, nada suaranya datar. "Beberapa siluman tingkat tinggi bahkan roh terikat sekalipun bisa menggunakan sihir semacam itu. Mereka menciptakan bayangan diri mereka yang mampu menyerang dan bertahan, seolah-olah itu tubuh asli mereka."

Ye Xuanqing mengangguk. "Saat aku menebasnya, seharusnya roh terikat itu melemah atau mati. Tapi luka-luka yang kita berikan padanya seakan tak berpengaruh. Lalu, saat aku merasakan auranya lagi… Aku sadar, ada dua sumber yang berbeda dalam radius yang sama. Itu bukan satu roh, tapi duplikat."

Jung Jinsi menggigit bibirnya, matanya meredup. "Jadi, yang kita hadapi tadi bukanlah yang asli?"

"Benar," jawab Jing Qian. "Yang asli pasti te
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 98 Perlindungan Tak Terduga

    Ye Xuanqing dan Jung Jinsi duduk bersandar di depan pintu kamar Ye Qingyu. Malam semakin larut, namun mereka tetap berjaga. Udara dingin merayap, tapi kehangatan di antara mereka tak bisa disangkal. Jung Jinsi menyandarkan kepalanya ke bahu Ye Xuanqing. "Aku tak menyangka ini akan seberat ini… Aku takut kita tak bisa menyelamatkan Tuan Besar Ye." Ye Xuanqing melingkarkan tangannya di bahunya, memberi kehangatan. "Tapi kita berhasil, Jinsi. Ayah selamat, dan roh terikat itu sudah dihancurkan. Kau juga sudah melakukan banyak hal. Aku tak bisa melakukannya tanpamu." Jung Jinsi mendongak, menatap wajah pria itu yang tampak lelah namun tetap penuh keteguhan. "Aku hanya tak ingin melihatmu terluka. Aku… aku khawatir padamu, Xuanqing." Ye Xuanqing tersenyum tipis, lalu tanpa ragu, dia mengusap pipi Jung Jinsi dengan lembut. "Aku juga khawatir padamu. Saat kita bertarung tadi… Aku takut sesuatu akan terjadi padamu. Aku tak ingin kehilanganmu." Jung Jinsi merasakan jantungnya berdeta

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-29
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 99 Tiga Penyusup

    Malam merayap di atas Istana Kekaisaran Sheng, menebarkan bayang-bayang gelap yang menari di antara paviliun dan lorong berornamen keemasan. Di atap sebuah gedung yang menghadap ke pelataran dalam, tiga sosok melayang di antara kegelapan.Jung Jinsi, si siluman rubah ekor sembilan itu berdiri tegak dengan tatapan tajam, telinganya bergerak pelan menangkap setiap suara samar di sekelilingnya. Di sebelahnya, Jing Qian yang lebih ramping dan gesit, memejamkan mata sejenak, mengatur napas agar lebih halus dari hembusan angin malam. Fen Rou, satu-satunya manusia di antara mereka, merapat ke bayangan dinding, tangannya siap mencabut pedang dari sarungnya.“Menurut informasi yang kudapat,” bisik Fen Rou hampir tanpa suara, “Ibu Suri Zhao Weini memiliki janji temu rahasia di aula belakang Istana Liuyang.”"Baiklah, kita hanya perlu menyusup ke sana dan mencari tahu siapa yang ditemui wanita tua itu." Jing Qian mengangguk dan mulai bergerak lebih dulu. Dibelakangnya, Jung Jinsi dan Fen Rou be

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-30
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 100 Pelarian Istana

    Di luar gerbang istana, suasana malam tetap hidup dengan aktivitas warga. Lampion-lampion berayun pelan diterpa angin, menerangi pedagang yang masih berjualan dan pengunjung yang menikmati makanan di kedai pinggir jalan. Di antara keramaian, dua sosok duduk di sudut kedai teh yang cukup gelap, memperhatikan gerbang istana dengan waspada. Ye Xuanqing, dengan pakaian sederhana layaknya rakyat biasa, mengaduk tehnya perlahan. Di sebelahnya, Ming Tian tampak lebih santai, menikmati makanan yang ia pesan, tetapi matanya tetap tajam mengawasi situasi sekitar. “Nyonya Muda dan yang lain sudah masuk,” bisik Ming Tian sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Xuanqing tidak segera menjawab. Ia justru mengalihkan pandangannya ke sekelompok warga yang duduk tak jauh dari mereka, terlibat dalam percakapan yang cukup serius. “Aku dengar pajak kembali dinaikkan bulan ini. Bagaimana mungkin kita bisa bertahan?” keluh seorang pria paruh baya, mengusap wajahnya yang penuh keringat. Seorang wanita tu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-03
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 101 Pertarungan Siluman

    Malam yang awalnya hanya diwarnai riuh rendah pasar kini berubah menjadi penuh ketegangan. Dari kejauhan, Ye Xuanqing dan Ming Tian melihat tiga sosok yang berlari dengan cepat, diikuti oleh sekelompok penjaga bersenjata yang mengejar mereka dengan teriakan tajam. "Berhenti disana!" "Jangan lari!" "Berhenti, dasar penyusup!" Teriakan-teriakan para penjaga bergema ditengah malam, mengejar Jung Jinsi, Jing Qian, dan Fen Rou yang terus berlari menghindari istana Kekaisaran Sheng. "Mereka berhasil keluar, tapi dalam keadaan dikejar," ujar Ming Tian dengan nada datar, namun tubuhnya sudah bergerak. Ye Xuanqing meraih lengan bajunya, menahan. "Jangan bertindak gegabah. Kita harus mengalihkan perhatian para penjaga, bukan menarik perhatian lebih banyak." Ming Tian menyeringai. "Bukankah itu hal yang sama?" Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah ke tengah jalan, berjalan dengan sikap santai seolah tak terjadi apa-apa. Saat para penjaga semakin dekat, ia pura-pura tersandung seb

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-04
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 102 Ditahan Siluman Mimpi Buruk

    Di tengah hutan yang diterangi cahaya bulan pucat, Ye Xuanqing dan Ming Tian bergegas melintasi pepohonan. Langkah mereka cepat, menembus dedaunan dan bayangan yang bergoyang. Mereka harus segera menyusul Jung Jinsi, Jing Qian, dan Fen Rou sebelum semuanya terlambat. Namun, sesampainya di tepi jurang berbatu, mereka terhenti. Kabut hitam pekat bergulung-gulung di depan mereka. Di tengah kabut yang berputar, sosok perempuan melangkah maju. Mata keemasan yang menyala penuh kebencian menatap mereka. Rambut panjangnya tergerai seperti bayangan kelam, berkilauan di bawah sinar bulan. Gaun ungu tuanya berayun lembut, sementara aura mengerikan menguar dari tubuhnya. "Lu Sangyun," bisik Ming Tian dengan suara rendah. "Tangan kanan Hei Lian Hua," sambung Ye Xuanqing dengan ekspresi dingin. Lu Sangyun menyeringai, bibirnya melengkung dengan keangkuhan. "Kalian benar-benar mengira bisa melawan Ibu Suri? Kalian tak lebih dari bidak kecil dalam permainan ini." "Meski begitu, kami tida

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-04
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 103 Kembali ke Kediaman Ye

    Ye Xuanqing dan Ming Tian semakin berjalan cepat setelah pertarungan melawan siluman mimpi buruk, Lu Sangyun. Mereka kembali ke kediaman Keluarga Ye melalui gerbang belakang. Tepat dihalaman belakang itu pula Jung Jinsi, Jing Qian dan Fen Rou berada. Mereka bertiga juga baru saja tiba di kediaman. Terbukti dengan nafas mereka yang masih satu-satu. "Kalian sudah kembali," ucap Ye Xuanqing merasa lega begitu dia melangkahkan kaki masuk ke kediaman. semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Jung Jinsi. Dia langsung tersenyum manis dan berlari kecil menuju sang Adipati. "Xuanqing, kau kembali dengan selamat juga." Jung Jinsi begitu lega. Meskipun dia sendiri hampir menjadi mayat jika kalah dengan Hei Lian Hua tadi. "Tentu saja, apapun yang terjadi aku pasti akan kembali." Ye Xuanqing menjawabnya dengan senyum tipis. Kemudian Fen Rou maju terlebih dahulu, dia hendak melaporkan apa yang mereka lihat saat menyusup ke istana Kekaisaran Sheng. "Adipati, kami melihat—" "Fen Rou cu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-07
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 1 Perburuan Siluman

    "Perketat penjagaan, pasang formasi sihir untuk melindungi Kota Shinjing!""Jangan biarkan para siluman ini lolos!"Ye Xuanqing berteriak garang pada para pemburu siluman yang datang bersamanya hari ini. Tepat hari ini pula mereka telah melakukan perburuan siluman secara besar-besaran selama tiga belas hari. Sinar matahari masih sangat lembut ketika Xuanqing dan para rekannya menjejakkan kaki di Gunung Jiaguan, tempat yang dihuni para siluman. Ye Xuanqing merupakan pemburu siluman kelas lima serta Adipati muda Kekaisaran Sheng. Dia terkenal sangat cakap dalam melakukan tugas-tugasnya. Akan tetapi kali ini Xuanqing merasa berbeda, dia merasa tidak nyaman dan dadanya terasa sesak ketika menjalankan tugasnya. "Kenapa seperti ini, harusnya Kekaisaran tidak memburu semua siluman bukan?" Xuanqing bergumam sendiri, dia benar-benar gelisah. Hal itu didengar oleh Fen Rou, penasihat serta rekan kultivasinya. "Ada apa Adipati, kenapa anda menanyakan perintah resmi dari Ibu Suri? Perintah dar

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-15
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 2 Bertemu Dewi Penolong

    Xuanqing geram, dia menggenggam erat pedang ditangannya. Senjata sihir itu sudah siap untuk menebas apapun dihadapannya. "Hari ini kita lihat siapa yang akan mati," desis Xuanqing dengan seringainya.Setelah itu dia berlari untuk menyerang si siluman, gelang logam ditangannya dengan cepat terlepas dan salah satu senjata sihir lainnya muncul, yakni rantai besi yang diselimuti sengatan listrik. Xuanqing dengan cepat menebas udara kosong didepannya, menciptakan percikan api yang segera menghantam siluman itu. Siluman teratai hitam itu mundur beberapa langkah, serangan tidak langsung itu sudah bisa membuatnya terluka. Disaat itulah Xuanqing mulai mengangkat pergelangan tangannya, memutar dan dengan kecepatan kilat mengayunkan rantai besi miliknya. Rantai itu membidik targetnya dengan tepat. Pergelangan tangan si siluman teratai hitam langsung terjerat dalam rantai besi. Membuat pergerakan siluman itu terbatas sebab diikat oleh Xuanqing. "Jika untuk menghabisi satu siluman tingkat empa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-16

บทล่าสุด

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 103 Kembali ke Kediaman Ye

    Ye Xuanqing dan Ming Tian semakin berjalan cepat setelah pertarungan melawan siluman mimpi buruk, Lu Sangyun. Mereka kembali ke kediaman Keluarga Ye melalui gerbang belakang. Tepat dihalaman belakang itu pula Jung Jinsi, Jing Qian dan Fen Rou berada. Mereka bertiga juga baru saja tiba di kediaman. Terbukti dengan nafas mereka yang masih satu-satu. "Kalian sudah kembali," ucap Ye Xuanqing merasa lega begitu dia melangkahkan kaki masuk ke kediaman. semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Jung Jinsi. Dia langsung tersenyum manis dan berlari kecil menuju sang Adipati. "Xuanqing, kau kembali dengan selamat juga." Jung Jinsi begitu lega. Meskipun dia sendiri hampir menjadi mayat jika kalah dengan Hei Lian Hua tadi. "Tentu saja, apapun yang terjadi aku pasti akan kembali." Ye Xuanqing menjawabnya dengan senyum tipis. Kemudian Fen Rou maju terlebih dahulu, dia hendak melaporkan apa yang mereka lihat saat menyusup ke istana Kekaisaran Sheng. "Adipati, kami melihat—" "Fen Rou cu

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 102 Ditahan Siluman Mimpi Buruk

    Di tengah hutan yang diterangi cahaya bulan pucat, Ye Xuanqing dan Ming Tian bergegas melintasi pepohonan. Langkah mereka cepat, menembus dedaunan dan bayangan yang bergoyang. Mereka harus segera menyusul Jung Jinsi, Jing Qian, dan Fen Rou sebelum semuanya terlambat. Namun, sesampainya di tepi jurang berbatu, mereka terhenti. Kabut hitam pekat bergulung-gulung di depan mereka. Di tengah kabut yang berputar, sosok perempuan melangkah maju. Mata keemasan yang menyala penuh kebencian menatap mereka. Rambut panjangnya tergerai seperti bayangan kelam, berkilauan di bawah sinar bulan. Gaun ungu tuanya berayun lembut, sementara aura mengerikan menguar dari tubuhnya. "Lu Sangyun," bisik Ming Tian dengan suara rendah. "Tangan kanan Hei Lian Hua," sambung Ye Xuanqing dengan ekspresi dingin. Lu Sangyun menyeringai, bibirnya melengkung dengan keangkuhan. "Kalian benar-benar mengira bisa melawan Ibu Suri? Kalian tak lebih dari bidak kecil dalam permainan ini." "Meski begitu, kami tida

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 101 Pertarungan Siluman

    Malam yang awalnya hanya diwarnai riuh rendah pasar kini berubah menjadi penuh ketegangan. Dari kejauhan, Ye Xuanqing dan Ming Tian melihat tiga sosok yang berlari dengan cepat, diikuti oleh sekelompok penjaga bersenjata yang mengejar mereka dengan teriakan tajam. "Berhenti disana!" "Jangan lari!" "Berhenti, dasar penyusup!" Teriakan-teriakan para penjaga bergema ditengah malam, mengejar Jung Jinsi, Jing Qian, dan Fen Rou yang terus berlari menghindari istana Kekaisaran Sheng. "Mereka berhasil keluar, tapi dalam keadaan dikejar," ujar Ming Tian dengan nada datar, namun tubuhnya sudah bergerak. Ye Xuanqing meraih lengan bajunya, menahan. "Jangan bertindak gegabah. Kita harus mengalihkan perhatian para penjaga, bukan menarik perhatian lebih banyak." Ming Tian menyeringai. "Bukankah itu hal yang sama?" Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah ke tengah jalan, berjalan dengan sikap santai seolah tak terjadi apa-apa. Saat para penjaga semakin dekat, ia pura-pura tersandung seb

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 100 Pelarian Istana

    Di luar gerbang istana, suasana malam tetap hidup dengan aktivitas warga. Lampion-lampion berayun pelan diterpa angin, menerangi pedagang yang masih berjualan dan pengunjung yang menikmati makanan di kedai pinggir jalan. Di antara keramaian, dua sosok duduk di sudut kedai teh yang cukup gelap, memperhatikan gerbang istana dengan waspada. Ye Xuanqing, dengan pakaian sederhana layaknya rakyat biasa, mengaduk tehnya perlahan. Di sebelahnya, Ming Tian tampak lebih santai, menikmati makanan yang ia pesan, tetapi matanya tetap tajam mengawasi situasi sekitar. “Nyonya Muda dan yang lain sudah masuk,” bisik Ming Tian sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Xuanqing tidak segera menjawab. Ia justru mengalihkan pandangannya ke sekelompok warga yang duduk tak jauh dari mereka, terlibat dalam percakapan yang cukup serius. “Aku dengar pajak kembali dinaikkan bulan ini. Bagaimana mungkin kita bisa bertahan?” keluh seorang pria paruh baya, mengusap wajahnya yang penuh keringat. Seorang wanita tu

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 99 Tiga Penyusup

    Malam merayap di atas Istana Kekaisaran Sheng, menebarkan bayang-bayang gelap yang menari di antara paviliun dan lorong berornamen keemasan. Di atap sebuah gedung yang menghadap ke pelataran dalam, tiga sosok melayang di antara kegelapan.Jung Jinsi, si siluman rubah ekor sembilan itu berdiri tegak dengan tatapan tajam, telinganya bergerak pelan menangkap setiap suara samar di sekelilingnya. Di sebelahnya, Jing Qian yang lebih ramping dan gesit, memejamkan mata sejenak, mengatur napas agar lebih halus dari hembusan angin malam. Fen Rou, satu-satunya manusia di antara mereka, merapat ke bayangan dinding, tangannya siap mencabut pedang dari sarungnya.“Menurut informasi yang kudapat,” bisik Fen Rou hampir tanpa suara, “Ibu Suri Zhao Weini memiliki janji temu rahasia di aula belakang Istana Liuyang.”"Baiklah, kita hanya perlu menyusup ke sana dan mencari tahu siapa yang ditemui wanita tua itu." Jing Qian mengangguk dan mulai bergerak lebih dulu. Dibelakangnya, Jung Jinsi dan Fen Rou be

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 98 Perlindungan Tak Terduga

    Ye Xuanqing dan Jung Jinsi duduk bersandar di depan pintu kamar Ye Qingyu. Malam semakin larut, namun mereka tetap berjaga. Udara dingin merayap, tapi kehangatan di antara mereka tak bisa disangkal. Jung Jinsi menyandarkan kepalanya ke bahu Ye Xuanqing. "Aku tak menyangka ini akan seberat ini… Aku takut kita tak bisa menyelamatkan Tuan Besar Ye." Ye Xuanqing melingkarkan tangannya di bahunya, memberi kehangatan. "Tapi kita berhasil, Jinsi. Ayah selamat, dan roh terikat itu sudah dihancurkan. Kau juga sudah melakukan banyak hal. Aku tak bisa melakukannya tanpamu." Jung Jinsi mendongak, menatap wajah pria itu yang tampak lelah namun tetap penuh keteguhan. "Aku hanya tak ingin melihatmu terluka. Aku… aku khawatir padamu, Xuanqing." Ye Xuanqing tersenyum tipis, lalu tanpa ragu, dia mengusap pipi Jung Jinsi dengan lembut. "Aku juga khawatir padamu. Saat kita bertarung tadi… Aku takut sesuatu akan terjadi padamu. Aku tak ingin kehilanganmu." Jung Jinsi merasakan jantungnya berdeta

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 97 Melawan Roh Terikat

    "Jadi itu bukan roh terikat yang sebenarnya," ujar Ye Xuanqing akhirnya, suaranya berat. "Apa yang kita hadapi tadi hanyalah proyeksi." Jung Jinsi menatapnya tajam. "Aku sempat merasakan auranya. Itu nyata, Xuanqing. Kalau itu hanya proyeksi, bagaimana bisa serangannya melukai kita?" "Mantra pengganda," sela Jing Qian, nada suaranya datar. "Beberapa siluman tingkat tinggi bahkan roh terikat sekalipun bisa menggunakan sihir semacam itu. Mereka menciptakan bayangan diri mereka yang mampu menyerang dan bertahan, seolah-olah itu tubuh asli mereka." Ye Xuanqing mengangguk. "Saat aku menebasnya, seharusnya roh terikat itu melemah atau mati. Tapi luka-luka yang kita berikan padanya seakan tak berpengaruh. Lalu, saat aku merasakan auranya lagi… Aku sadar, ada dua sumber yang berbeda dalam radius yang sama. Itu bukan satu roh, tapi duplikat." Jung Jinsi menggigit bibirnya, matanya meredup. "Jadi, yang kita hadapi tadi bukanlah yang asli?" "Benar," jawab Jing Qian. "Yang asli pasti te

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 96 Menghadapi Bayangan

    Angin malam berhembus kencang ketika Jung Jinsi dan Ye Xuanqing bergegas keluar dari ruang kerja. Aroma aneh yang tersisa dari sosok bayangan tadi masih menggantung di udara—bau logam yang samar dan hawa siluman yang dingin."Dia tidak pergi jauh," ujar Jung Jinsi dengan tatapan tajam. "Aku bisa merasakan jejak energinya.""Arah mana?" tanya Ye Xuanqing sudah menggenggam gagang pedangnya, siap bertindak kapan saja.Jung Jinsi memejamkan mata, ujung jarinya menyentuh udara seolah membaca aliran energi di sekitarnya. Lalu, secara perlahan matanya terbuka, bersinar keemasan. "Ke atap paviliun belakang!"Tanpa berpikir panjang, keduanya melesat dengan kecepatan luar biasa. Ye Xuanqing melompat dari satu pilar ke pilar lain dengan lincah, sementara Jung Jinsi menggunakan kekuatan silumannya untuk melesat lebih cepat, tubuhnya seperti bayangan yang hampir tidak terlihat di tengah gelapnya malam.Di atap paviliun, sosok misterius itu sudah berdiri menunggu. Matanya merah menyala, tubuhnya d

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 95 Malam Penuh Peringatan

    Malam di kediaman Keluarga Ye semakin larut, dan sebagian besar penghuni rumah telah terlelap dalam tidur mereka. Namun, di taman belakang yang diterangi sinar rembulan, Jung Jinsi dan Ye Xuanqing masih terjaga.Angin malam bertiup lembut, membawa aroma bunga melati yang bermekaran di sekitar paviliun tempat mereka duduk. Xuanqing duduk bersandar pada salah satu tiang kayu, sementara Jinsi berdiri tak jauh darinya, menatap kolam yang permukaannya berkilauan tertimpa cahaya bulan.“Kenapa kau masih di sini?” suara Xuanqing memecah keheningan.Jinsi menoleh sekilas sebelum kembali menatap air. “Aku tidak bisa tidur.”Xuanqing tersenyum tipis. “Kalau begitu, kau harusnya tidur di kamarku. Aku bisa menyanyikan lagu pengantar tidur untukmu.”Jinsi menoleh cepat, menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. “Kau pikir aku anak kecil?”Xuanqing terkekeh. “Bukan. Tapi kalau itu bisa membuatmu tidur lebih nyenyak, aku tidak keberatan.”Jinsi mendengus pelan sebelum berjalan mendekatinya. Ia bersa

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status