Tiga jam kemudian May masih berkeliaran di dalam hutan mencari Scarlet Daisy yang harusnya tumbuh di tanah tinggi. Kaki May mulai terasa sakit karna dia terus mendaki bukit bebatuan, melihat kedepannya May menemukan fakta bahwa Lefron bahkan sama sekali tidak berkeringat, penampilannya masih sama rapihnya ketika ia pergi tadi pagi.
“aku lelah” kata May kemudian dia duduk disebuah batu besar yang berada di sebuah lapangan kecil tanpa pepohonan disekelilingnya. “aku juga lapar” lanjut May yang akhirnya membuat Lefron membalikan tubuhnya, kemudian dia melihat serius kebelakang May, tak lama May merasakan angin kencang menerpa wajahnya, dan Lefron yang berdiri sekitar 100 meter darinya telah hilang dari pandangannya.
“huh” May melihat sekeliling tapi sosok Lefron juga tidak terlihat, kemudian May mulai merasa takut setelah sekitar 10 menit kemudian dia tak kunjung melihat Lefron, awalnya May mengira bahwa Lefron mungkin kebelet ingin pipis dan ia masih duduk santai di batu itu.
“LEF!” panggil May panik. “Lefron, ini tidak lucu!” katanya lagi, May yang panik kemudian mencoba untuk mencari keberadaan Lefron.
Setelah May berhasil turun dari bebatuan dia terdiam, May tidak tahu kearah mana Lefron pergi, ia juga tidak mengingat jalan kembali, baru sekarang May tersadar jika ia terlalu bergantung pada Lefron. Saking percayanya ia dengan Lefron ia mengikutinya secara membabi buta tanpa memperhatikan jalan yang ia lalui.
Hari sudah semakin siang, jika ia tidak bisa kembali sebelum malam datang apa yang harus dilakukannya, kemudian tak terasa air mata May mulai jatuh bercucuran dia berjongkok dan tenggelam dalam kesedihannya. Tak lama sepasang sepatu boot terlihat disudut mata May.
“apa yang kau lakukan?” suara Lefron yang familiar terdengar oleh May.
“kau tidak meninggalkanku?” May masih dengan air mata yang mengalir melihat Lefron dengan lekat.
Lefron berdesah kemudian dia ikut berjongkok melihat air mata May yang mengalir, “dasar bodoh, apa yang sebenarnya ada di otakmu ini?” Lefron menyentil jidat May.
May masih mengalirkan air matanya, “aku melihat ini, kupikir kau akan menyukainya” Lefron memperlihatkan sesuatu dari tangan kanannya, barulah May sekarang menyadari Lefron memegang seekor hewan seperti tikus tanpa buntutnya yang panjang.
“ini Hamster sihir” katanya memperlihatkan hewan itu. Gumpalan bulu itu berwarna kuning dengan corak hitam dipungggungnya, mungkin karena merasa stress dan ketakutan dia memasang wajah garangnya yang malah membuatnya terlihat semakin lucu, dua gigi depannya yang panjang terpampang sangat jelas.
“untukku?” tanya May, tangannya memegang punggung hewan itu.
“hamster sihir sangat pemalu tapi mereka terkenal memiliki IQ yang cukup tinggi dan mampu membantumu dalam banyak hal” Lefron memberikan Hamster yang tengah ketakutan itu pada May.
Hamster itu tidak lagi mencium bau darah yang ada pada sekujur tubuh Lefron, perlahan otot-ototnya yang tegang kembali relax setelah yakin bahwa tidak ada yan berbahaya pada May, Hamster itu mencoba untuk melarikan diri, namun sebelum semuanya terlaksana ia merasakan aura menyeramkan dari arah belakangnya. Setelah beberapa pertimbangan hamster itu memilih untuk menyembunyikan taring dan cakarnya kemudian dengan perlahan mengusapkan kepalanya pada tangan May.
“oh dia sangat jinak!” May kegirangan melihat tingkah hamster itu. Lefron tentu saja hanya tersenyum mendengarnya.
“ayo, aku menemukan scarlet daisy tidak jauh dari sini” setelah menghapus air matanya dan menaruh hamster itu dalam kantong bajunya, May mengeluarkan strawberry dari dalam tasnya kemudian ia berikan pada hamster itu kemudian ia mengikuti Lefron masuk kembali ke dalam hutan 15 menit dari sana ada sebuah bukit kecil, dipuncaknya berdiri sendirian dengan warna merah yang sangat menyala May dapat mengenalinya dari jauh sekalipun.
May berlari kecil kemudian dengan sarung tangan sihirnya ia memotong bunga daisy, karna meskipun sangat cantik bunganya yang merah menyala mengandung racun yang sangat berbahaya, May memasukannya kedalam botol kaca kecil sebelum ia masukan ke kantong sihir, untuk mencegah racunnya menyebar pada tanaman lain yan telah ia temukan.
“cit cit” tiba-tiba dari dalam kantong May muncul kepala hamster, dia melihat tanaman scarlet daisy dengan matanya yang bulat. Tanaman ini selain racun yang terkandung dalam bunganya, bagian lainnya tidak memiliki sesuatu yang dapat digunakan sehingga seringkali ditinggalkan begitu saja, jika beruntung akan memekarkan bunga lain, tapi jika tidak tanaman itu akan mati tidak lama setelah bunganya diambil.
“kenapa?” tanya May, mengeluarkan hamster yang belum sempat ia beri nama di telapak tangannya.
Hamster itu melihat May lekat-lekat, seakan-akan mengerti apa yang diucapkan May, hamster itu menunjuk dengan jari kecilnya kearah tanaman itu.
“cit cit” katanya.
“kau mau memakan itu?” May kemudian menatap Lefron yang berdiri tidak jauh darinya.
“biarkan saja” jawab Lefron santai. Setelah mendengar jawaban Lefron May kemudian melepaskan hamsternya ketanah. Kemudian dia melihat hamster itu kegirangan mengendus dan mengelilingi tanamannya, tak lama kakinya yang kecil itu mulai menggali tanah disekitar tanaman itu tumbuh, May berpikir mungkin ia ingin memakan akarnya.
Setelah beberapa saat menggali Hamster itu menemukan akarnya. Dengan gembira sambil mengeluarkan bunyi cicitan dia memotong semua akar yang ia temukan dan ia masukan kedalam kantung makanannya.
May terkejut karna jumlah akar yang ia masukan lebih besar dari seluruh badan hamster itu, tapi hamster sihir tidak terlihat kesusahan karnanya, dan Lefron juga tidak menunjukan ekspresi apapun, seakan-akan ini adalah hal yang memang seharusnya terjadi. May teringat sesuatu dari ensiklopedia hewan sihir yang ia baca.
"Hamster sihir adalah hewan pemalu dengan kantung makan yang sampai saat ini belum bisa ditentukan besar area yang dimilikinya, hal paling besar yang pernah dimasukan kedalam kantung makan mereka adalah 10 biji apel berukuran sedang. hamster sihir bisa hidup sampai dengan 30 tahun tetapi karena sangat pemalu mereka sangat sulit untuk bisa ditemukan"
Mereka terkenal sebagai hewan peliharaan langka karena sangat mudah untuk memberikan makanan kepada mereka, tapi mereka rata-rata memiliki gigi yang manis dan rentan sekali terkena penyakit diabetes, hanya itu yang mungkin perlu diperhatikan.
Setelah melakukan serangkaian kegiatan dengan sangat antusias hamster itu kemudian terbaring ditanah dengan perutnya menuju atas, sambil terus mengeluarkan bunyi seperti kegirangan, efek ini terlihat seperti kucing yang diberikan catnip atau orang yang sedang mabuk.
May sebenarnya agak sedikit khawatir tapi sepertinya itu bukan suatu hal yang besar jadi May hanya mengambil hamster itu kemudian menyimpannya kembali dikantung bajunya.
Langit sudah menjadi gelap saat May dan Lefron tiba kembali di pintu masuk hutan, bahkan mereka bertemu dengan pasukan patroli petang hari itu. Beberapa melihat kearah mereka berdua dengan tatapan yang aneh yang agak mengganggu bagi May, tapi karna Lefron tidak mengatakan apapun tentang itu May juga ikut mengabaikannya.Setelah Lefron bertukar sapa dengan kapten dari regu tersebut kemudian dia dan May mulai berjalan kembali kearah desa, hari itu cerah jadi langit malam ini cukup bersinar oleh taburan bintang meskipun sang bulan tidak terlihat batang hidungnya.“aku lapar” gumam May, mereka hanya makan bekal roti isi yang dibawa May tadi siang untuk jatah cemilan May yang jumlah dan porsinya tidak cukup untuk dua perut karna mereka biasanya tidak lama berada dalam hutan jadi May tidak banyak membawa persediaan makanan. Sebenarnya Lefron menyuruh May untuk menghabiskan makanannya sendiri karna bagi Lefron yang seorang tentara ia terbiasa dengan tidak makan atau harus menahan lingkungan
Malam itu May diantarkan Lefron sampai didepan kamarnya. Keesokan harinya pada sore hari May pergi ketempat Ren untuk mengambil Levi setelah ia selesai membantu pekerjaan yang ada di rumah kaca. Ya dia memutuskan untuk menamai hamsternya Levi karena itu mirip dengan nama Lefron, orang yang mempertemukan mereka.Saat May sampai di divisi hewan sihir yang menjaga di depan bukanlah Ren tapi seorang laki-laki dengan kacamata tebal dan berambut merah. Ketika ia sampai didepan meja resepsionis, laki-laki ini tidak tersenyum seperti Ren dia hanya menanyakan urusan May dengan suara dan tatapan tanpa ekspresi. May bertanya-tanya apakah wajah kaku adalah semacam penyakit yang umum dikalangan orang-orang.Setelah May menjawab beberapa pertanyaan darinya, ia kemudian menundukan kepalanya untuk melihat data pada layar setelah beberapa saat kemudian dia mengangkat kepalanya lagi untuk melihat May lekat-lekat dari atas sampai bawah kemudian matanya kembali ke monitor tanpa mengatakan
Hari itu adalah hari dimana May masuk ke hutan terlarang, tugasnya saat ini adalah untuk mencari tanaman sangi sebanyak yang bisa ia temukan. Karena beberapa hari lalu tim patroli bertemu dengan hewan buas yang menyebabkan banyak prajurit mengalami luka-luka hingga membuat permintaan ramuan penyembuh meningkat pesat. Untungnya tidak ada yang kehilangan nyawanya karena peristiwa itu.Jadilah May kali ini memasuki hutan sendirian dan hanya mencari sangi, dia mulai berjalan masuk ke hutan dipagi hari dan ia sudah menyiapkan bekal makan siang berjaga-jaga jika ia tidak sempat menyelesaikan tugasnya sebelum waktunya makan siang.Saat ini sudah memasuki musim gugur yang dekat dengan kedatangan musim dingin sehingga matahari tidak terlalu terik dan angin yang berhembus membawa hawa dingin. Beberapa area di hutan terlarang jua mengalami perubahan, seperti berkurangnya warna hijau di lingkaran luar hutan. Tetapi jika dilihat dari atas, bagian tengah hutan masih saja tertutup dan gelap, membuat
Keesokan harinya May pergi menemui Billy untuk memberikan hasil panennya kemarin, saat melihat tumpukan sangi yang May keluarkan dari keranjang sihirnya yang memiliki ukuran 2 x 2 meter, Billy tertawa terbahak-bahak setelah mendengar keluhan May.“kau sungguh luar biasa” kata Billy, dia kemudian dibantu oleh May untuk merapikan tanaman tersebut kedalam beberapa keranjang, dipissahkan berdasarkan kualitas yang dimiliki, selagi mengorganisir tanamannya May menemukan box yang kemarin ia lemparkan kedalam keranjang yang isinya bunga aneh yang belum pernah ia lihat.May mengeluarkannya, ia melihat bahwa bunga itu masih ada dalam keadaan segar seperti baru saja dipetik.“Bil” May membawa kotak tersebut kehadapan Billy “kau tahu sesuatu tentang ini?”Bill melihat kedalam kotak kemudian dia terbelalak.“May!! Bagaimana kau mendapatkannya?” katanya berteriak cukup kencang. “mm.. Levi yang menemukannya&rd
Akhirnya hari dimana Lefron dan May akan pergi menuju ibu kota tiba juga. Hari itu matahari bersinar cukup terang. May membawa banyak barang, dia sangat bersyukur karena ada sihir di dunia ini. Barang-barang yang ia bawa ia masukan kedalam keranjang sihir yang bisa ia masukan kedalam kantong bajunya tanpa harus menanggung beban yang berat.Awalnya May ingin membeli sebuah kandang sihir untuk tempat Levi tapi ia menolak dengan keras untuk berada didalamnya, akhirnya setelah berdiskusi dengan Ren dia membiarkan hamster itu bersarang dikantong bajunya yang lain.Lefron memakai pakaian sederhana, hanya sebuah kemeja putih, celana hitam panjang dan sebuah jubah sihir yang bisa menahan terik matahari dan air hujan, May juga memakai jubah yang sama.Selain pakaian yang menempel pada tubuh Lefron dan sarung tangan serta sepatu boot yang kuat hanya sebilah pedang yang menempel pada tubuhnya. Aura dari seorang kapten yang menyeramkan sedikit berkurang, Lefron memancarkan
Setelah mereka selesai makan, Lefron kemudian membayar makanan mereka dan mereka pamit pergi untuk mencari perlengkapan. Lefron memutuskan untuk menitipkan Pierce pada pasangan pemilik resto untuk beristirahat.Pertama mereka mendatangi pelabuhan, disana ada sebuah kantor kecil yang didalamnya terdapat loket pembelian karcis kapal mereka harus membayar masing-masing 100 keping emas untuk karcisnya, yang membuat hati May sakit membayarnya. Untungnya ia hidup frugal uang jajan yang ia terima masih tersisa cukup banyak, serta poin yang May kumpulkan dari tanaman herbal yang ia dapatkan cukup untuk menanggung hidupnya beberapa tahun kedepan jika ia hidup sederhana.May sudah menghitung biaya yang mungkin ia keluarkan selama perjalanan menuju ibu kota berdasarkan pengalaman beberapa orang. Rata-rata dari mereka membutuhkan sekitar 3 atau 4 ribu keping emas.setelah mendapatkan tiket, May dan Lefron pergi mengunjungi pasar. Pasar Bastil cukup besar terbagi dalam beberapa sektor. Lefron memb
Satu jam sebelum kapal berangkat, May dan Lefron kembali ke restoran. Disana Penny dan Joe sudah menunggu, mereka bahkan telah menutup restorannya lebih awal hanya untuk mengantarkan merea ke pelabuhan.Pierce yang sangat susah untuk May dekati waktu awal terlihat tenang lehernya di elus oleh Joe.Sekitar sepuluh menit kemudian mereka telah sampai di pelabuhan, disana ada banyak orang yang berkerumun, dari banyak kapal yang sedang berlabuh ada sebuah kapal dengan nama “WILLIS” tertulis di dinding lambung kapal itu.Kerumunan orang itu paling banyak berada di dekat WILLIS berlabuh, mungkin mereka penumpang seperti mereka dan keluarganya yang ikut mengantarkan.Lefron dan Joe pergi dahulu untuk mengurus akomodasi Pierce, May dan Penny menunggu di depan.“ini bawalah” Penny menyerahkan keranjang yang ia bawa dari rumahnya.“apa ini?” tanya May tapi tangannya tetap mengambil keranjang itu, May terkejut karena keranjang itu ternyata tida seringan yang ia bayangkan.“ini hanya beberapa cemi
TENG TENG TENG bunyi lonceng terdengar saat May sedang membaca bukunya di kasur, saat ini waktu telah menunjukan jam 5.45 di pagi hari. May menemukan bahwa dirinya lebih fokus saat belajar di pagi hari.“apa kita sudah sampai?” tanya May pada Lefron yang sedang melakukan push up.“mn” jawabnya kemudian dia berdiri lalu masuk ke kamar mandi. Mendengar jawaban itu May kemudian membereskan beberapa barang mereka yang berserakan diluar untuk dimasukan ke keranjang sihirnya. Lima menit kemudian Lefron keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih meneteskan air, ia kemudian memakai jubah dan mengalungkan pedangnya.“ayo kita harus mengurus Pierce” katanya pada May yang sudah duduk dengan rapih, tangannya memegang roti isi ikan kemudian dia memberikan satu porsi lainnya pada Lefron.May dan Lefron turun ke lantai paling bawah dimana para hewan untuk transportasi mendapatkan akomodasi, May mendengar dari Lefron bahwa harga yang harus dibayar untuk Pierce bahkan sama dengan harga tiket me
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I