TENG TENG TENG bunyi lonceng terdengar saat May sedang membaca bukunya di kasur, saat ini waktu telah menunjukan jam 5.45 di pagi hari. May menemukan bahwa dirinya lebih fokus saat belajar di pagi hari.“apa kita sudah sampai?” tanya May pada Lefron yang sedang melakukan push up.“mn” jawabnya kemudian dia berdiri lalu masuk ke kamar mandi. Mendengar jawaban itu May kemudian membereskan beberapa barang mereka yang berserakan diluar untuk dimasukan ke keranjang sihirnya. Lima menit kemudian Lefron keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih meneteskan air, ia kemudian memakai jubah dan mengalungkan pedangnya.“ayo kita harus mengurus Pierce” katanya pada May yang sudah duduk dengan rapih, tangannya memegang roti isi ikan kemudian dia memberikan satu porsi lainnya pada Lefron.May dan Lefron turun ke lantai paling bawah dimana para hewan untuk transportasi mendapatkan akomodasi, May mendengar dari Lefron bahwa harga yang harus dibayar untuk Pierce bahkan sama dengan harga tiket me
May berlari mengikuti jejak yang ia ingat ketika ia berbelok ia memasuki sebuah gang kecil antara pertokoan, untungnya gang ini tidak memiliki percabangan sehingga May berlari mengikuti jalan tersebut sampai beberapa saat kemudian dia sampai diujung jalan kecil itu.Dengan napas yang masih terengah-engah May menghentikan langkahnya sambil mencari dengan matanya. Di depannya adalah lapangan terbuka, terdapat sebuah jalan setapak yang membawa ke sebuah bukit, disana May dapat melihat beberapa atap rumah yang warnanya juga putih bersebrangan dari jalan tersebut ada sebuah jalan setapak yang lebih kecil menuju ke sebuah semak-semak tinggi yang berwarna hijau, di sana May melihat anak lelaki tersebut berlari menuju semak itu dan hilang di dalamnya.Rasa ragu mulai muncul dalam diri May.Ia tak dapat melihat apa yang ada di balik semak tersebut, tapi rasa penasaran dan rasa kekesalannya lebih besar dari keraguannya, May akhirnya mengikuti sosok itu belari menuju hutan.Mungkin karena kaki M
Diperjalanan awal Pierce tidak berlari terlalu cepat karena mereka masih berada di jalan yang ramai dengan pengguna jalan yang lain.“mn” Lefron menjawab setelah May menjelaskan semua yang dia alami bersama dengan Mike.“apa maksudmu dengan mn? Apa hal ini adalah sesuatu yang lumrah?” tanya May pada Lefron,“ya” jawabanya pelan “tidak sedikit yang mengalami nasib buruk dihadapan pemerintah yang tidak kompeten, tapi penguasa daerah lain tidak bisa sembarangan untuk ikut campur” jelas Lefron.“bagaimana dengan pemerintahan pusat?” tanya May masih menggebu.“tentu saja mereka mempunyai wewenang itu” jawabnya santai “tapi” Lefron berhenti berbicara membuat May penasaran.“tapi apa?” katanya. “mereka sibuk dengan hal yang bodoh” jawaban Lefron yang santai membuat May menganga.“kau boleh mengumpat pada keluarga kerajaan?” tanyanya dengan nada cemas, dia melihat ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa tidak ada orang lain yang sedang menguping percakapan mereka. Dari yang telah May pelajari s
Pegunungan Afron merupakan salah satu pegunungan terpanjang yang ada di dunia ini, tinggi dari puncak terpendeknya adalah lima ribu kilometer dari permukaan laut, karena terlalalu tinggi pegunungan ini terlihat seperti barisan kuncup putih sepanjang tahun. Kabarnya meskipun mengalami musim panas terpanas sekalipun puncak-puncak mereka akan tetap diselimuti salju.Untungnya May dan Lefron memakai jubah sihir, sehingga angin dingin yang bertiup kearah mereka tidak terlalu menimbulkan banyak penderitaan, sedangkan Pierce dia adalah kuda sihir dengan vitalitas yang baik, kuda ini bahkan terlihat sedikit terlalu girang di mata May.“apa kita akan lewat sana?” tanya May menunjuk satu-satunya jalan kecil yang ada didepannya.“mn” jawab Lefron.Jalan itu adalah jalan kecil yang mungkin tidak dilalui oleh banyak kendaraan, sejauh ini mereka juga tidak bertemu dengan orang yang melalu jalan itu juga. Terlebih May sedikit ngeri melihat sisi jalan yang satunya langsung menuju jurang yang entah da
Pagi-pagi sekali May terbangun, ia melirik kasur sebelahnya yang sudah lebih dulu kehilangan penghuninya. May berjalan ke jendela, meskipun ia tidak bisa melihat matahari terbit tetapi batu-batu yang bercahaya biru telah berubah menjadi warna putih yang menerangi seluruh desa, lalu lalang orang yang mulai beraktivitas juga mulai banyak terlihat.May melihat hampir semua penduduk lokal yang ada disana mempunyai kulit yang lebih pucat dengan mata yang cenderung lebih terang dibandingkan orang-orang yang hidup di atas daratan, mungkin hal ini adalah bentuk dari adaptasi karena mereka hidup di bawah tanah.Setelah selesai menyelesaikan kegiatan paginya ia memutuskan untuk membaca sambil menunggu Lefron kembali dari urusannya. Tak butuh waktu lama untuk Lefron kembali.“kau habis dari mana?” tanya May. Lefron yang melihat May telah rapih menjawab “melihat Pierce”.“ada apa dengan Pierce?” tanya May. “tidak apa-apa, dia hanya salah memakan sesuatu, jadi perutnya sakit” jelas Lefron.“lalu
Tidak seperti desa yang May lihat sebelumnya, cahaya kuning yang bersinar sangat terang, langit-langit gua berada sangat jauh dari lantai, hingga untuk sesaat May lupa bahwa mereka masih ada di dalam perut bumi.Kota Linos sangat besar terdiri dari beberapa undakan, tetapi hal yang paling mencolok adalah sebuah bangunan seperti istana kecil yang melayang di tengah kota, darinya berbagai cahaya menyilaukan memancarkan sinar, May dapat melihat jajaran batu berharga yang harganya sangat tak masuk akal diluar sana menjadi hiasan di jendela, pintu dan atap, bertebaran seperti tidak memiliki nilai.Di depan bangunan tersebut terdapat sebuah air mancur yang terbuat dari batu kristal, May berpikir itu mungkin adalah sebuah bongkahan berlian paling besar yang pernah ia lihat secara langsung maupun dalam buku teks.“WAW!” May sangat terkesima dengan pemandangan yang ada di depannya. Jalan-jalan yang ada adalah jalan yang terbuat dari batu marmer hitam, sangat elegan. Hampir semua orang yang May
Perasaan sesak dan pusing menyerang May ketika ia memasuki lingkaran sihir itu, tetapi kakinya terus melangkah maju karena tarikan dari Lefron. transportasi menggunakan gerbang sihir merupakan sebuah perjalanan yang bisa dibilang sedikit berbahaya, May pernah membaca sebuah artikel bahwa ada beberapa orang yang tidak sanggup untuk melakukan teleportasi sihir, mereka yang memiliki hal ini akan mengalami kehilangan sebagian ataupun seluruh dirinya.Beberapa dilaporkan kehilangan ingatan, organ tubuh dan bahkan ada orang yang tidak pernah keluar dari lingkaran sihir. Selain itu memakai gerbang sihir juga menyedot energi yang besar dari para penggunanya. Meski begitu dengan harga yang tinggi mayoritas orang akan tetap menggunakan gerbang sihir untuk bepergian jika mereka memiliki cukup uang.May merasa sudah berjalan sangat lama, hingga akhirnya Lefron menghentikan langkahnya, May sadar kalau ia sedang berdiri disebuah ruangan yang berbeda.Perasaan tidak nyaman yang dirasakan secara bera
May melihat keseliling dan menemukan sebuah pintu menuju kamar mandi, sama seperti kamarnya, kamar mandinya juga dihiasi dengan warna merah muda. Kamar mandinya sangat luas mungkin ukurannya sama dengan kamarnya dulu.Puas melihat keadaan sekitarnya, May memutuskan untuk mandi dahulu sebelum ia tidur. Beruntungnya ia karena kamar mandinya dilengkapi dengan akses air panas. Setelah selesai berendam dan kulitnya berubah menjadi merah seperti kepiting rebus yang dimasak oleh Penny ia akhirnya pergi tidur dikasur yang paling empuk yang pernah ia tiduri.“ah... empuknyaaa” kata May berbicara sendiri. “akan bagus jika aku bisa tidur disini setiap hari” katanya tertawa, tapi ia kemudian berpikir bahwa harga kasur itu mungkin sangat mahal. Sudahlah lupakan, dia harus fokus untuk bisa masuk ke akademi sehingga nanti ia bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi dan bisa menikmati makanan dan rumah yang nyaman. Selagi terus memikirkan masa depannya kelak, May tertidur pulas hingga keesokan
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I