Kegiatan May sekarang selain membantu apapun yang diminta oleh Sally untuk penelitiannya, May juga bertugas untuk mencari tanaman herbal yang ada di hutan seminggu sekali, biasanya ia ditemani oleh Lefron, tapi jika Lefron sedang sibuk May akan ditemani oleh Ben atau Karl.
Selain itu May juga menjadi pekerja paruh waktu dirumah kaca yang diurus oleh Selena. Selena wanita paruh baya yang sangat baik dan memiliki tempramen lembut, mungkin karena hal ini dia memiliki afinitas kuat dengan tanaman.
Hari ini adalah hari Rabu, hari biasanya May mengumpulkan tanaman yang harus ia dapatkan. Sebenarnya tugas ini biasanya diselesaikan selama dua atau tiga hari oleh orang lain. Tetapi semenjak hari pertama ia mengumpulkan tanaman, May selalu bisa mendapatkan semua yang ia cari hanya dalam satu kali ia pergi kedalam hutan, jadilah ini menjadi tugas utama May.
Seperti biasa Lefron atau seseorang yang menggantikannya akan menunggu May di depan toko pada jam delapan pagi, jadi setelah May mengambil peralatan yang ia perlukan beserta informasi tentang tanaman yang perlu ia temukan yang telah ia kumpulkan sehari sebelumnya, May berjalan keluar dari kamarnya langsung menuju kearea pasar, disana ia membeli beberapa roti kukus untuk menjadi sarapannya.
“pagi... kau sudah sarapan?” May menyodorkan satu roti kukus ditangannya yang belum sempat ia makan pada Lefron yang sedang berdiri menunggunya. ia bersender di tembok luar toko yang masih bersiap-siap untuk membuka tokonya hari ini.
Lefron melihat tangan May kemudian tanpa berkata apapun dia mengambil roti tersebut dan memakannya.
“kau sudah menunggu lama?” May mengeluarkan botol air minum dari tasnya yang berisi banyak barang. “tidak juga” Lefron dengan sangat cepat menghabiskan roti kukus yang memiliki ukuran cukup besar untuk May.
“apa yang akan kita makan hari ini?” tanya May.
“kau baru saja makan” tunjuk Lefron pada sudut bibir May. Kemudian dia mengusapnya. May tertawa lepas karenanya.
“ayo hari sudah mulai siang, berapa banyak yang harus kau temukan?” Lefron mulai berjalan menuju hutan.
“tidak banyak, mungkin bisa selesai sebelum sore hari. Kau akan menemaniku atau punya urusan sendiri?” Lefron tidak langsung menjawab, dia hanya berjalan disebelah May menyesuaikan kecepatannya.
“aku tidak punya urusan khusus” akhirnya Lefron menjawab.
Setelah mereka sampai dipintu masuk, May dan Lefron mengambil jalur utara. Hari itu hutan terasa basah karna malamnya baru saja hujan besar. Dua puluh menit setelah memasuki hutan, May menemukan tanaman pertamanya. Tanaman ini biasanya menjadi parasit pada tumbuhan lain, dengan warna hijau yang sangat biasa kecuali melihat dengan jeli terdapat julur berwarna hijau keunguan.
“Sally bilang kau akan kembali ke ibu kota?” tangan May mulai memisahkan Pisco dari tanaman induknya secara hati-hati.
Lefron yang sedang menyandar pada batang pohon melihat May yang wajahnya tak terlihat karna dia menunduk “mn” jawabnya pelan tapi May masih bisa mendengarnya.
“kau tidak mau bilang apapun padaku?” May merasa sedikit terkhianati, karena dari semua orang yang dikenal May, Lefron adalah salah satu yang ia anggap sangat dekat dengannya. Lagipula Lefron lah yang membawanya keluar dari hutan ini.
Tidak mendengar jawaban apapun dari mulut Lefron, kemudian May mengangkat wajahnya, matanya yang berwarna coklat terang menatap langsung mata tajam Lefron. “kukira kau akan membantuku? Apa kau menemukan sesuatu?” kata May akhirnya.
“ada sesuatu yan harus kupastikan disana” jawab Lefron akhirnya kemudian ia berjalan mendekati May yang sedang berjongkok kemudian dia ikut berjonkok disebelah May.
“kukira kau akan ikut denganku?” Lefron memiringkan wajahnya sambil menatap mata May.
“ya.. aku ingin sih, tapi aku kan tidak punya identitas yang jelas” menggaruk hidungnya yang tidak gatal May kemudian menundukan wajahnya.
“jika Sally membiarkanmu pergi, dia pasti sudah menyiapkan semuanya” Lefron berdiri kemudian dia mengusap kepala May “ayo lanjutkan perjalanan” katanya.
Setelah May memasukan batang terakhir ia mengikuti Lefron untuk berjalan lagi.
“apa kau punya rumah di ibu kota?” tanya May.
“mn” mendengar Lefron meresponnya May mulai bersemangat.
“kalau begitu aku bisa menginap dirumahmu?” “apakah jarak dari rumahmu ke istana dekat?” “bagaimana ibu kota itu?” “kudengar disana banyak makanan enak!” May terus melontarkan beberapa pertanyaan tidak perduli dengan kenyataan bahwa Lefron telah mengabaikannya sepenuhnya.
Setelah beberapa saat berjalan, Lefron berhenti bergerak maju membuat May yang berjalan dibelakangnya menghentikan semua ocehannya, kemudian dia menatap Lefron menunggu jawaban.
Lefron yang melihat May penuh dengan antusiasme kemudian menyerah “aku akan menjawab pertanyaanmu, satu dalam satu waktu ok?” katanya.
“OK”
“Jadi..., bagaimana ibu kota itu?” Kata May akhirnya setelah diam beberapa saat bingung memutuskan pertanyaan mana yang ia ingin Lefron jawab terlebih dahulu.
“hanya kota biasa yang jauh lebih besar dan jauh lebih padat” mendengar jawaban itu May memandang Lefron seakan-akan Lefron telah menumbuhkan dua tanduk dikepalanya.
“seberapa jauh rumahmu dari istana?” tanya May kembali. Lefron tidak langsung menjawab pertanyaan itu dia memandang jauh kedepan, saat May berpikir bahwa dia tidak ingin membicarakannya dan mulai mencari pertanyaan baru May mendengar jawaban Lefron.
“kau mugkin membutuhkan waktu sekitar satu jam dengan mengendarai kuda, rumahku berada dipinggir hutan” jawabnya.
“ah? Hutan? Kupikir ibu kota tidak memiliki hutan?” May kebingungan.
“memang tidak, kau akan mengetahuinya jika kau pergi kesana” Lefron kemudian berbalik dan mulai berjalan kembali, “kau tidak asik, bagaimana dengan makanan yang ada di ibu kota?” tanya May mengikuti Lefron lagi.
“makanan? Hmm” Lefron berhenti untuk berpikir.
“mungkin kau akan menyukainya disana, karena dekat dengan pelabuhan, varietas makanan yang ada disana lebih banyak dibandingkan yang bisa kau temukan disini”
“apakah kita hanya akan pergi berdua?” tanya May lagi.
Lefron mengangkat alisnya kemudian menyunggingkan senyum yang sangat langka.
“kenapa? Kau takut?” tanya Lefron meskipun tersenyum tetapi May menemukan sesuatu yang bergejolak dalam tatapan matanya Lefron.
Ketika Lefron tidak kunjung mendapatkan jawaban, matanya yang menatap May dengan gejolak menggebu kemudian perlahan meredup sedikit demi sedikit kembali meredup seperti biasanya. Tapi tepat sebelum gejolaknya benar-benar menghilang Lefron mendengar May tertawa.
“kau pikir kita sekarang bertiga?” May menatap Lefron masih dengan senyuman dibibirnya.
Mendengarnya, Lefron menatap May lama kemudian dia ikut tersenyum tanpa mengatakan apa-apa lagi.
“Hey!” May berlari mengejar Lefron yang telah berjalan kedepan.
“fokuslah keselilingmu, kau harus masih bekerja” Lefron kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong bajunya pada May. Ini adalah bola cahaya kecil, warnanya ungu tidak seperti bola cahaya lain yang pernah May lihat.
“untuk ku?” May tercengang ketika Lefron menyerahkan bola kristal itu.
“mn, sangat berguna untuk diperjalanan” jawab Lefron.
“sungguh? Tapi ini pasti sangat mahal, aku rasa aku tidak punya uang untuk ini” meskipun May berkata begitu, tapi May tetap menerima kristal itu, tatapannya tidak teralihkan sama sekali.
“aku tidak memintamu untuk membayarnya” Kata Lefron,
“kau memang sangat manis kapten” May menatapa Lefron dengan senyumannya yang sangat lebar. “Terimakasih aku akan dengan senang hati menerimanya kalau begitu, jika nanti kau membutuhkan sesuatu aku akan dengan segenap hati dan jiwa membantumu” May kemudian memasang pose hormat, tapi mata dan bibirnya tidak berhenti tersenyum.
“aku akan mengingatnya” jawab Lefron.
Tiga jam kemudian May masih berkeliaran di dalam hutan mencari Scarlet Daisy yang harusnya tumbuh di tanah tinggi. Kaki May mulai terasa sakit karna dia terus mendaki bukit bebatuan, melihat kedepannya May menemukan fakta bahwa Lefron bahkan sama sekali tidak berkeringat, penampilannya masih sama rapihnya ketika ia pergi tadi pagi.“aku lelah” kata May kemudian dia duduk disebuah batu besar yang berada di sebuah lapangan kecil tanpa pepohonan disekelilingnya. “aku juga lapar” lanjut May yang akhirnya membuat Lefron membalikan tubuhnya, kemudian dia melihat serius kebelakang May, tak lama May merasakan angin kencang menerpa wajahnya, dan Lefron yang berdiri sekitar 100 meter darinya telah hilang dari pandangannya.“huh” May melihat sekeliling tapi sosok Lefron juga tidak terlihat, kemudian May mulai merasa takut setelah sekitar 10 menit kemudian dia tak kunjung melihat Lefron, awalnya May mengira bahwa Lefron mungkin kebelet
Langit sudah menjadi gelap saat May dan Lefron tiba kembali di pintu masuk hutan, bahkan mereka bertemu dengan pasukan patroli petang hari itu. Beberapa melihat kearah mereka berdua dengan tatapan yang aneh yang agak mengganggu bagi May, tapi karna Lefron tidak mengatakan apapun tentang itu May juga ikut mengabaikannya.Setelah Lefron bertukar sapa dengan kapten dari regu tersebut kemudian dia dan May mulai berjalan kembali kearah desa, hari itu cerah jadi langit malam ini cukup bersinar oleh taburan bintang meskipun sang bulan tidak terlihat batang hidungnya.“aku lapar” gumam May, mereka hanya makan bekal roti isi yang dibawa May tadi siang untuk jatah cemilan May yang jumlah dan porsinya tidak cukup untuk dua perut karna mereka biasanya tidak lama berada dalam hutan jadi May tidak banyak membawa persediaan makanan. Sebenarnya Lefron menyuruh May untuk menghabiskan makanannya sendiri karna bagi Lefron yang seorang tentara ia terbiasa dengan tidak makan atau harus menahan lingkungan
Malam itu May diantarkan Lefron sampai didepan kamarnya. Keesokan harinya pada sore hari May pergi ketempat Ren untuk mengambil Levi setelah ia selesai membantu pekerjaan yang ada di rumah kaca. Ya dia memutuskan untuk menamai hamsternya Levi karena itu mirip dengan nama Lefron, orang yang mempertemukan mereka.Saat May sampai di divisi hewan sihir yang menjaga di depan bukanlah Ren tapi seorang laki-laki dengan kacamata tebal dan berambut merah. Ketika ia sampai didepan meja resepsionis, laki-laki ini tidak tersenyum seperti Ren dia hanya menanyakan urusan May dengan suara dan tatapan tanpa ekspresi. May bertanya-tanya apakah wajah kaku adalah semacam penyakit yang umum dikalangan orang-orang.Setelah May menjawab beberapa pertanyaan darinya, ia kemudian menundukan kepalanya untuk melihat data pada layar setelah beberapa saat kemudian dia mengangkat kepalanya lagi untuk melihat May lekat-lekat dari atas sampai bawah kemudian matanya kembali ke monitor tanpa mengatakan
Hari itu adalah hari dimana May masuk ke hutan terlarang, tugasnya saat ini adalah untuk mencari tanaman sangi sebanyak yang bisa ia temukan. Karena beberapa hari lalu tim patroli bertemu dengan hewan buas yang menyebabkan banyak prajurit mengalami luka-luka hingga membuat permintaan ramuan penyembuh meningkat pesat. Untungnya tidak ada yang kehilangan nyawanya karena peristiwa itu.Jadilah May kali ini memasuki hutan sendirian dan hanya mencari sangi, dia mulai berjalan masuk ke hutan dipagi hari dan ia sudah menyiapkan bekal makan siang berjaga-jaga jika ia tidak sempat menyelesaikan tugasnya sebelum waktunya makan siang.Saat ini sudah memasuki musim gugur yang dekat dengan kedatangan musim dingin sehingga matahari tidak terlalu terik dan angin yang berhembus membawa hawa dingin. Beberapa area di hutan terlarang jua mengalami perubahan, seperti berkurangnya warna hijau di lingkaran luar hutan. Tetapi jika dilihat dari atas, bagian tengah hutan masih saja tertutup dan gelap, membuat
Keesokan harinya May pergi menemui Billy untuk memberikan hasil panennya kemarin, saat melihat tumpukan sangi yang May keluarkan dari keranjang sihirnya yang memiliki ukuran 2 x 2 meter, Billy tertawa terbahak-bahak setelah mendengar keluhan May.“kau sungguh luar biasa” kata Billy, dia kemudian dibantu oleh May untuk merapikan tanaman tersebut kedalam beberapa keranjang, dipissahkan berdasarkan kualitas yang dimiliki, selagi mengorganisir tanamannya May menemukan box yang kemarin ia lemparkan kedalam keranjang yang isinya bunga aneh yang belum pernah ia lihat.May mengeluarkannya, ia melihat bahwa bunga itu masih ada dalam keadaan segar seperti baru saja dipetik.“Bil” May membawa kotak tersebut kehadapan Billy “kau tahu sesuatu tentang ini?”Bill melihat kedalam kotak kemudian dia terbelalak.“May!! Bagaimana kau mendapatkannya?” katanya berteriak cukup kencang. “mm.. Levi yang menemukannya&rd
Akhirnya hari dimana Lefron dan May akan pergi menuju ibu kota tiba juga. Hari itu matahari bersinar cukup terang. May membawa banyak barang, dia sangat bersyukur karena ada sihir di dunia ini. Barang-barang yang ia bawa ia masukan kedalam keranjang sihir yang bisa ia masukan kedalam kantong bajunya tanpa harus menanggung beban yang berat.Awalnya May ingin membeli sebuah kandang sihir untuk tempat Levi tapi ia menolak dengan keras untuk berada didalamnya, akhirnya setelah berdiskusi dengan Ren dia membiarkan hamster itu bersarang dikantong bajunya yang lain.Lefron memakai pakaian sederhana, hanya sebuah kemeja putih, celana hitam panjang dan sebuah jubah sihir yang bisa menahan terik matahari dan air hujan, May juga memakai jubah yang sama.Selain pakaian yang menempel pada tubuh Lefron dan sarung tangan serta sepatu boot yang kuat hanya sebilah pedang yang menempel pada tubuhnya. Aura dari seorang kapten yang menyeramkan sedikit berkurang, Lefron memancarkan
Setelah mereka selesai makan, Lefron kemudian membayar makanan mereka dan mereka pamit pergi untuk mencari perlengkapan. Lefron memutuskan untuk menitipkan Pierce pada pasangan pemilik resto untuk beristirahat.Pertama mereka mendatangi pelabuhan, disana ada sebuah kantor kecil yang didalamnya terdapat loket pembelian karcis kapal mereka harus membayar masing-masing 100 keping emas untuk karcisnya, yang membuat hati May sakit membayarnya. Untungnya ia hidup frugal uang jajan yang ia terima masih tersisa cukup banyak, serta poin yang May kumpulkan dari tanaman herbal yang ia dapatkan cukup untuk menanggung hidupnya beberapa tahun kedepan jika ia hidup sederhana.May sudah menghitung biaya yang mungkin ia keluarkan selama perjalanan menuju ibu kota berdasarkan pengalaman beberapa orang. Rata-rata dari mereka membutuhkan sekitar 3 atau 4 ribu keping emas.setelah mendapatkan tiket, May dan Lefron pergi mengunjungi pasar. Pasar Bastil cukup besar terbagi dalam beberapa sektor. Lefron memb
Satu jam sebelum kapal berangkat, May dan Lefron kembali ke restoran. Disana Penny dan Joe sudah menunggu, mereka bahkan telah menutup restorannya lebih awal hanya untuk mengantarkan merea ke pelabuhan.Pierce yang sangat susah untuk May dekati waktu awal terlihat tenang lehernya di elus oleh Joe.Sekitar sepuluh menit kemudian mereka telah sampai di pelabuhan, disana ada banyak orang yang berkerumun, dari banyak kapal yang sedang berlabuh ada sebuah kapal dengan nama “WILLIS” tertulis di dinding lambung kapal itu.Kerumunan orang itu paling banyak berada di dekat WILLIS berlabuh, mungkin mereka penumpang seperti mereka dan keluarganya yang ikut mengantarkan.Lefron dan Joe pergi dahulu untuk mengurus akomodasi Pierce, May dan Penny menunggu di depan.“ini bawalah” Penny menyerahkan keranjang yang ia bawa dari rumahnya.“apa ini?” tanya May tapi tangannya tetap mengambil keranjang itu, May terkejut karena keranjang itu ternyata tida seringan yang ia bayangkan.“ini hanya beberapa cemi
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I