Di sebuah rumah mewah terdapat seorang remaja yang masih berada di alam mimpi. Siapa lagi kalo bukan Rayhan saga febriano kesayangan semua orang.
Ia adalah anak kesayangan dari keluarganya dan selalu di manjakan serta dituruti segala keinginannya. Selama ini ia tak pernah merasakan kekurangan kasih sayang dari paman maupun bibinya serta ia tak merasa kesepian karena kehadiran kedua sepupunya.
Bisa dikatakan Rayhan lebih disayang dari Raffano Arlan haldio dan raffino erlan haldio sepupu kembarnya. Tentu saja hal itu membuat Rayhan sangat senang dan bahagia, di sayangi semua orang itu adalah hal yang paling membahagiakan.
Tapi ketahuilah terkadang, ia juga merindukan orang tuanya. Meskipun ada paman dan bibinya yang menggantikan peran mereka, tapi tetap saja Rayhan merasa ada yang kurang di dalam hidupnya.
Anak mana yang tak merindukan orang tua nya bahkan ia sudah 6 tahun lamanya tak bertemu dengan mereka. Jangankan 6 tahun 1 tahun aja kita sudah sangat merindukan orang tua kita jika berjauhan, bertemu sekali pun dalam 6 tahun ini, ray tak pernah lagi. Bisa dikatakan, ia mungkin sudah lupa bagaimana wajah kedua orang tuanya.
Ceklek...
Pintu kayu warna cokelat itu, kemudian terbuka menampilkan Rayhan yang masih berada didalam mimpi indahnya.
Wanita yang baru saja masuk itu, tersenyum saat mendapati keponakannya masih tertidur nyenyak. Padahal sudah hampir jam 7, ingin memarahi rapi dirinya tak rega.
"Ray bangun Ray," kata Megan Ananda haldio bibi rayhan
"Ray udah hampir telat loh," katanya lagi dan menggoyangkan bahu Rayhan yg tak kunjung membuka matanya.
"Ray kalo gak bangun, Rafa sama Rafi pergi duluan," kata Megan bermaksud mengancam.
Perlahan, Rayhan membuka matanya dan hal pertama yang ia tangkap dari indera penglihatannya adalah sosok wanita cantik yang telah hampir memasuki kepala empat, wanita yang merawatnya selama ini.
Rayhan tersenyum pada Tante cantiknya itu.
"Good morning aunty" kata Rayhan serak karena baru bangun.
"Good morning too," balasnya dengan tersenyum juga.
"Nyenyak tidurnya Ray?" tanya megan.
"Nyenyak banget tan"jawab rayhan tersenyum cerah meskipun nyawa nya belum sepenuhnya berkumpul.
"Pantes aja dari tadi gak bangun bangun, mimpi apaan,"tanya Tante megan kepo.
"Tadi Ray mimpi ket..."
Belum sempat Rayhan menyelesaikan ucapannya tiba tiba ia membolakan matanya dengan perasaan panik."UDAH JAM TUJUHHH," pekik Rayhan panik.
"Kok tente gak bangunin Ray sih," kata Rayhan dengan mata yg berkaca kaca ingin nangis ceritanya.
"Tante udah dari tadi loh bolak balik bangunin kamu, tapi kamu tidurnya nyenyak banget sampe gak ngerasa saat Tante bangunin," kata Megan.
"Rayhan udah terlambat dong tan~" rengeknya dengan mata yg berkaca kaca.
"Gak kok, baru jam 7. Mending kamu cepetan mandi terus turu."
"Kak Rafa dan kak Rafi udah pergi?" Tanya Rayhan saat Tante megan akan pergi.
"Tadi masih sarapan, Tapi gak tahu"
"Yah kalo mereka ninggalin Ray, yang ada nanti Rayhan yg dihukum sendiri, Rayhan gak mau tan,"rengek rayhan yang masih berada di atas kasur.
"Gak akan ada yang mau ngehukum ponakan Tante,"kata megan bermaksud menenangkan.
"Rayhan mandi yah abis itu turun," kata Megan.
Setelah mendapat anggukan dari Rayhan, ia segera pergi ke dapur ingin memastikan kedua putranya belum pergi.
"Ray mana mah?" Tanya Rafa saat melihat mamanya baru turun dari lantai 2.
"Mandi," jawabnya lalu berjalan menghampiri mereka yang sedang sarapan.
"Kok baru mandi sih, yang ada kita terlambat loh mah, Rafi gak mau yah dihukum gara gara terlambat kesekolah nya," kata Rafi.
"Takut amat lo dihukum," kata Rafa masih menikmati sarapannya dengan santai padahal udah jam 07.15.
"Iyalah, emangnya gue elu yg dihukum lari, dijemur pagi pagi masih tetap diam gak mau protes"kata rafi tak mau kalah.
"Karena gue ngikutin aturan sekolah, gak kayak Lo yang bakalan protes gak berhenti ngomong sampe hukumannya gak jadi,"balas rafa.
"Biarin gue kan mencari solusinya agar tidak dihukum."
"Diam!" Kata fradika Stevano haldio.
Udah capek dia menghadapi mereka yang hanya mempeributkan hal kecil.
"Maaf pah," kata mereka barengan .
Tak lama, terdengar langkah terburu buru dari seseorang lebih tepatnya sih lagi berlari.
"Pagi om, Tan, kak Rafa kak Rafi" katanya dengan langsung menghampiri mereka.
"Lama amat Lo, mimpi apaan sih sampe jam 7 masih molor,"kata Rafi
"Mimpi... Pokonya Rayhan mimpi indah deh."jawan rayhan.
"Mimpi apa? kasih tau gue lah," Tanya Rafi kepo.
"Masih mau ngobrol atau berangkat." kata Rafa dan berjalan mendahului mereka.
"Ray Napa tuh sepupu lo,"tanya rafi.
"Kembaran Lo kali kak," jawab rayhan.
"Bukan kembaran gue tuh" kata Rafi dan menarik Rayhan keluar dari rumah sebelum Rafa ninggalin mereka.
"Om, Tan Rayhan berangkat," pamitnya tapi dengan berlari diseret oleh Rafi.
"Kamu belum sarapan Ray," kata Tante megan.
"Disekolah aja mah," bukan Rayhan yg menjawab tapi si Rafi.
-------
Sesampainya disekolah, pintu gerbang telah ditutup. Wajar sih kan udah jam 8.
"Pak bukain dong gerbangnya," kata Rafi pada pak Joko satpam sekolah.
"Maaf Atuh den, saya gak bisa"balas pak joko tak ingin melanggar aturan.
"Ayolah pak, saya gak mau, nanti kena hukum."
"Maaf den saya gak bisa."
"Masa bapak tega sih kalo misalkan anak tertampan di SMA ini harus dihukum pagi pagi gini" kata Rafi dengan kepercayaan dirinya yang sudah setinggi langit.
"Maaf den saya benar benar gak bisa,"
Kata pak Joko."Pak please sebelum Bu Julia datang bisa bisa ia ngehukum kita loh pak, bapak tau kan Bu Julia itu galak banget dan sialnya dia malah jadi wali kelas kita, ayolah pak bantu saya kali ini aja," bujuk Rafi.
"Ngapain ngomongin saya," kata seseorang menatap punggung mereka bertiga yg sedang menghadap ke gerbang.
"Eh ibu Julia, baru datang Bu," kata Rafi dengan senyum yang begitu di paksakan.
"Kalian terlambat yah?" Tanyanya pada mereka bertiga.
"Emm itu Bu, kita cuma telat datang aja," elak Rafi.
Rayhan menepuk dahinya mengapa bisa ia memiliki sepupu bego dan gak punya otak kayak Rafi.
"Ikut saya sekarang," kata Bu Julia.
"Mau kemana Bu? Mau beliin makanan yah? Kalo beli makanan Rafi ikut Bu," kata Rafi.
"Saya akan hukum kalian, berdiri di lapangan sekolah dengan menghormat pada bendera," ucap nya tak bisa di bantah.
Rafi yg mendengar kata Bu Julia langsung syok dan panik pengen kabur tapi gak bisa. Gimana dong?
"Bu jangan deh. Perut saya tiba tiba sakit nih," kata Rafi pura pura sakit perut.
"Jangan mencoba buat membohongi saya Rafi atau mau hukuman kamu saya tambah."
"Janganlah Bu, saya gak bohong Bu, perut saya benar benar sakit," kata Rafi dengan mimik wajah seperti kesakitan.
"Saya gak peduli, kalian bertiga ke lapangan sekarang sampe jam kedua berakhir baru kalian boleh beristirahat," kata Bu Julia.
Rayhan dan Rafa langsung pergi kelapangan tanpa protes berbeda dengan Rafi yg masih berdiam diri di tepi lapangan.
"Ngapain kamu masih berdiri disitu."
"Bu saya mohon jangan hukum saya yah, gimana kalo misalkan saya gosong Bu. Emang ibu mau tanggung jawab."
"Rafi jangan buat saya marah, cepat kelapangan atau saya tambah hukuman buat kamu," kata bu julia yang mulai kesal.
"Ehh iya Bu, jangan marah dong nanti gak cantik lagi loh."
"Rafi!" Bentak Bu Julia tak tahan dengan muridnya yg satu ini.
"Heheh iya Bu saya ke lapangan dulu," kata Rafi dan langsung berlari ke lapangan.
Rafi segera menghampiri kedua saudaranya yang sudah lebih dulu mengambil posisi, menghadap bendera."lama amat lu," kata Rafa saat rafi sudah bergabung dengan mereka."Hehe sorry. Tadi habis nge rayu tuh guru gendut tapi gak berhasil,"Kata Rafi dengan mimik muka yg di buat sesedih mungkin tapi tak di pedulikan oleh mereka berdua.Untung saja, pelajaran sedang berlangsung. Jadi rafi tak perlu malu di lihat murid murid, di hukum karena telat.Mereka bertiga menjalankan hukumannya dengan Rafi yg tak berhenti bicara, membuat mereka yang menjadi pendengar ingin sekali Membungkam mulutnya dengan plaster saking kesal nya."Woi kok kalian berdua diam aja sih," kata Rafi mulai protes karena ocehan nya sedari tadi tak ditanggapi.Rayhan dan rafa masih tetap sama. Tak menanggapi rafi."Tau ah gue kesel sama kalian,"kata Rafi pura
Megan sedari tadi mengetuk pintu kamar keponakannya namun tak ada respon dari dalam bahkan kamarnya di kunci.Megan khawatir tak biasanya Rayhan mengunci kamarnya karena setiap pagi dirinya lah yang akan membangunkan remaja itu.Dengan gerakan terburu, Megan pergi ke kamarnya yang terletak tak jauh dari kamar Rayhan, berharap ada kunci cadangan, agar ia bisa membuka kamar anak itu tanpa harus merusaknya.Dan senyum terpatri dari wanita berusia 39 tahun tatkala ia menemukan kunci cadangan yang ia cari maka ia pun langsung bergegas ke kamar Rayhan.Ceklek..Pintu terbuka.Megan segera berjalan ke arah Rayhan yang masih tertidur dengan selimut yang menutup wajahnya."Ray," panggil Megan sambil menepuk nepuk pipinyaSaat merasakan suhu tubuh Rayhan yang panas membuat ibu dua anak itu merasa cemas."Rayhan
Setelah kepergian Megan, kini tinggallah Rayhan dan Rafi yang berada di dalam kamar.Rayhan bosan, moodnya hancur. Kalo sakit begini ia akan mudah sensitif dan mudah menangis. Maklum saja, dia masih bocah.Rayhan menatap jengah pada Rafi yg duduk membelakanginya sambil bermain game.Bukannya menjaga Rayhan malah si Rafi sibuk dengan dunianya sendiri, mengabaikan Rayhan yang mati kebosanan."Kak raf,"panggil Rayhan dengan lirih, bahkan untuk bicara saja dia gak mood."Kak Rafi," panggilnya lagi karena Rafi mengabaikan panggilannya atau hanya berpura pura tak dengar."KAK RAFIIIII," teriak Rayhan dengan kencang pada akhirnya."Apasih bocah," ketus Rafi karena di gan
1 Minggu telah berlalu..Setelah insiden ngambeknya Rayhan pada Rafi. Dan tentu saja Megan memarahi Rafi tak lupa untuk menghukumnya, kini mereka telah baikan dan lagi berkumpul di ruang tamu."Gimana sekolah kalian?" Tanya papa Dika yang menyempatkan diri ikut berkumpul pagi hari ini."Baik om/pah," jawab Ray dan Rafi barengan."Kalo Rafa?" Tanya Dika karena Rafa hanya diam."Baik pa," jawab rafa sekenanya."Syukurlah, kalian itu udah SMA, jangan sering berantem, apa lagi Rafi kamu jangan terlalu nakal,"ucap dika."Rafi gak nakal pah tapi Rafi ganteng.""Pede banget Lo," sahut Rafa yang sedang membaca buku."Biarin, bilang aja Lo iri kan sama kegantengan gue,"kata rafi. Padahal kan wajah mereka mirip, berarti sama sama ganteng dong."Gak ada kerjaan banget gue ngiri sama Lo,"balas rafa masih fokus pada buku yang di baca nya."Udah, bisa diam gak sih kalian berdua. Mama kan gak bisa fokus tuh nonton d
Setelah Rayhan pergi tidur barulah Dika menelpon adiknya, untuk memberitahu kedatangan Rayhan besok pagi.Meskipun tak rela, tapi apa yang bisa di lakukan nya jika yang meminta adalah ayahnya sendiri."Assalamualaikum," Salam Dika memulai percakapan, setelah panggilan tersambung."Apa!" Balas Raka di seberang sana."Jawab dulu Napa salam gue," ucap Dika."Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Ngapain lo nelpon gue, gue sibuk tau!""Gak sopan Lo sama kakak sendiri.""Biarin. Terserah gue dong. Gue gak punya waktu buat bicara sama lo."Gue juga sibuk. Emang cuma Lo doang. Kalo bukan hal penting gak bakalan gue nelpon elu.""Yaudah sih. Langsung aja kasih tau sebelum gie matiin.""Gue mau ngasih tau kalo mulai besok Rayhan bakal tinggal bar
Rayhan tiba di sebuah apartement besar, yang hampir 6 tahun ini tak ia kunjungi, tak ada seorang pun di apartement ini, hanya ada pak Joko yang berdiri di belakangnya.Pak joko ialah supir pribadi dari Bima, om nya. Beliau juga lah yang telah menjemput Rayhan.Remaja tampan itu menoleh ke belakang di mana atensi pak Joko berada "pak Joko tahu mama sama papa kemana?" Tanya nya.Mendengar pertanyaan dari Rayhan sontak saja pria paruh baya itu menggelengkan kepalanya "saya tidak tahu den, tapi menurut pak Bima, biasa nya kedua orang tua den Rayhan memang sering pulang larut malam, " jawab pak Joko sopan pada keponakan dari bosnya itu."Tapi kan Rayhan mau datang. Masa mereka gak mau nunggu Rayhan di rumah, emang nya mereka gak kangen sama Rayhan."Pak Joko hanya bisa terdiam, tak bisa membantu karena dirinya juga tidak tahu apa apa. Tapi apa yang di katakan Rayhan memang benar
Baru saja raka sampai di apartemen, seorang wanita yang juga baru datang langsung menghampirinya. "Kok telat?" Tanya wanita cantik itu saat telah berada di hadapan raka. "I..itu yang macet," jawab Raka sedikit gugup. Mereka berdua memasuki apartement dengan Raka yang terus bergelut manja di lengan istrinya tak mempedulikan dinda yang kesal karenanya. Nama wanita itu adinda Nia Az-Zahra istri sah Raka, seorang wanita cantik bak ABG meskipun telah berusia 31 tahun. Banyak yang mengira kalau dia masih anak SMA karena wajahnya yang baby face dan imut menggemaskan. Baru saja mereka tiba di ruang keluarga, raka mencium bau bau masakan. "Yang kamu tadi masak?" Tanya Raka pada adinda yang hanya duduk diam. "Nggak," Brukk (Anggap aja suara pecahan gelas). "Eh yang deng
"Halo om" sapa Rayhan saat panggilan terhubung. "Salam dulu" jawab om Dika di seberang sana. "Heheh assalamualaikum." "Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Ada apa tumben nelpon om? Udah sampai." "Ray udah sampai dari 1 jam yang lalu om. Ray ganggu gak?" jawab Rayhan sambil melirik ke arah Raka. "Alhamdulillah kalo kamu udah sampai. Gimana kamu udah ketemu sama orang tua mu? "Gini om, Ray nelpon om Dika itu mau nanya apa alamat yang om kasih itu benar. Maksud Ray apa aku gak salah masuk apartement orang." "Ya nggak lah Ray, emangnya kenapa?" "Yang punya apartement marah sama aku om, terus nuduh aku maling," adunya dengan suara keras. Raka mendelik tak suka mendengar bocah yang ia sangka itu maling kini men
"Maaf tapi..... "BUGGG.....Tangan Sagara melayang begitu saja mengenai rahang kiri milik dokter Erlangga." Jangan bilang maaf!! bilang adek saya baik baik aja!!! "Teriak Sagara murka.Dokter itu menunduk mengabaikan rasa sakit yang menjalar di pipi kirinya. "Maafkan kami tapi pasien dengan nama Rayhan Kavendra Clarence dinyatakan meninggal dunia pada pukul 11.07."Liquid bening yang sejak tadi di tahan oleh Daniel luruh seketika mendengar nya. Adiknya, adiknya tak mungkin benar benar meninggalkan nya kan? adiknya tadi berkata merindukan nya tapi kenapa? kenapa mereka harus bertemu saat sang adik sudah tak bernyawa lagi?Tidak!! pasti dokter keparat itu berbohong, adiknya itu kuat adiknya tak mungkin secepat ini meninggalkan nya kan?"JANGAN SAMPAI GUE BAKAR RUMAH SAKIT INI SIALAN!! BILANG KE GUE RAYHAN BAIK BAIK AJA!!
Rayhan membuka mata nya perlahan saat dirasa merasakan sesuatu yang menimpa perutnya hingga menimbulkan nyeri. Ia menoleh dan langsung tersenyum begitu melihat kakaknya yang tertidur sembari memeluknya. Mungkin kakaknya terbangun dan pergi ke kamarnya.Padahal ia sendiri lupa ia kembali ke kamar nya jam berapa."Makasih ya kak masih mau di samping bocah nyebelin ini, maaf sering bikin kesel" Tangan Rayhan mengusap pipi kakaknya begitu lembut.Ia tersenyum sendu ingin menangis namun air matanya bahkan sudah tak mau keluar sama sekali. Rasanya terlalu menyesakkan untuk saat ini."Bangun kak nanti keburu ikan nya yang di goreng idup lagi" Rayhan menepuk nepuk pipi dafka yang tampak terganggu."Kak ihh ayok" Rayhan mendengus kesal ia duduk lalu dengan sekuat tenaga langsung menarik kasar tangan Dafka."Bangunnn!!! "Dafka terbangun paksa saat m
Dafka berlari secepat mungkin menuju area kolam renang saat salah satu maid memberi tau nya jika kedua adiknya ada disana. Sumpah demi apapun perasaan nya sudah tak enak. Apalagi mengingat kondisi emosi Rafka yang sedang buruk. Dan pasti Rayhan lah yang akan jadi tempat pelampiasan nya."RAYHAN!! "Mata nya membola melihat Rayhan berada di kolam renang dengan kondisi yang sudah mengenaskan.Wajahnya pucat dan seragamnya basah kuyup. Dengan segera ia menghampiri Rayhan."Adekkk!!?? " Panik Dafka.Dengan tergesa Dafka mencoba menarik tubuh lemah Rayhan agar naik ke atas. Cukup sulit mengingat ia tak pernah menggendong Rayhan selama ini."Di... ngin... hahh... " Rayhan merasa dada nya menyempit.Nafasnya bahkan nyaris habis. Namun jantung seakan tak mau di ajak kerja sama. Ingin menarik nafas saja rasanya begitu menyakitkan. Sesak.
Rayhan berjalan mengendap endap menuju lantai bawah ia berjalan lewat tangga tentu saja. Takut kakak kakaknya terbangun jika ia turun dengan lift. Bersyukur lah ia memasang alarm dan bisa bangun sebelum yang lainnya bangun. Ia berjalan turun menuju dapur utama. Dapat ia lihat banyak maid yang sudah mulai bekerja."Untung kakak buncit belum bangun"Gumamnya pelan.Ia bersenandung ringan sambil tersenyum ke beberapa maid dan penjaga yang menyapa nya." Tuan kecil ada apa ke dapur?? apa anda ingin sesuatu?? "Tanya salah seorang maid yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga Kavendra.Rayhan menggumam pelan. " Eung Rayhan mau masak buat gege Kak"Jawab nya singkat.Memang alasan Rayhan ingin bangun pagi karena ia ingin membuatkan gege nya bekal. Walaupun ia tak pernah di ijinkan oleh gege nya memasuki area dapur karena takut ia ceroboh dan terluka.
Daniel mengusap lembut punggung tangan Rayhan yang masih belum sadar sejak 1 jam lalu. Sudah berulang kali ia memanggil nama Rayhan. Namun nihil adiknya ini seakan begitu menikmati tidur lelap nya. Atau mungkin adik nya terlalu kelelahan. Pipi gembul yang biasanya berwarna putih juga tampak memucat."Prince bangun yuk, " Daniel mengecup punggung tangan adiknya sekali lagi berharap afeksi nya berhasil membuat Rayhan bangun.Adiknya sudah diperiksa tadi dan kata dokter yang berjaga adiknya mengalami dehidrasi dan mengalami tekanan sehingga kondisi nya menurun di tambah imun adiknya yang memang rendah untuk anak seusianya. Tak ada yang perlu di khawatir kan cukup menjaga pola makan dan perbanyak istirahat. Rayhan juga tak boleh mendapatkan tekanan dulu karena itu tak baik bagi kondisi nya."Kalo prince bangun nanti kakak ajak prince jalan jalan ya kita kulineran kemanapun prince
Rayhan termenung memperhatikan jalanan yang ramai dari balik kaca mobil milik kakaknya. Pikirkan nya melayang ke sikap gege nya tadi. Ia bahkan tak pernah menyangka jika pada akhir gege nya serius akan mengabaikan nya. Padahal biasanya gege nya itu selalu cerewet mengingatkan semua keperluan nya saat akan sekolah."Awas ketempelan Cil" Celetuk Dafka."Kan aku temenan sama setan nya kak jadi nggak mungkin mau nempelin aku setan nya" Balas Rayhan sedikit malas.Dafka menghembuskan nafasnya kasar. Ia tak bodoh untuk tau jika adiknya sedang memikirkan sikap Rafka tadi. Namun jika mengingat kembali ucapan Rafka semalam semuanya memang nyata. Padahal tak pernah sedikitpun terlintas dipikirannya jika Rafka akan begitu berubah."Jangan di pikirin Ray, nanti lo sakit. Rafka cuma lagi kesel aja makanya kayak jadi nanti juga baik lagi kok" Dafka menatap lurus kedepan sesekali a
Dafka berjalan cepat menuju kamar milik Rafka ia sangat yakin adiknya berada di sana. Entahlah perasaan nya juga tak enak ia takut Rafka macam macam pada Rayhan. Sejak semalam ia bahkan di kunci abang nya di kamarnya dan berakhir ia yang hanya bisa berdoa agar adiknya baik baik saja.Cklek...Dafka berusaha membuka pintu Rafka namun gagal. Sudah beberapa kali ia mencoba nya namun hasilnya sama saja. Sepertinya Rafka mengunci nya."Sial mana di kunci lagi" Gumam nya kesal.Terdengar suara langkah kaki di belakangnya dan tanpa menoleh pun ia sangat tau siapa yang menyusul nya saat ini."Cari ini kak?? "Kata nya sinis.Memamerkan sebuah kunci di tangannya.Dafka menoleh dan benar saja itu adalah Rafka. " Balikin kuncinya Raf, gue mau liat adek "Geram nya.Rafka terkekeh pelan ia kembali memasukan kunci itu ke
"Sudah selesai drama nya Rayhan Kavendra Clarence?? " Desis suara itu terdengar begitu tajam.Rayhan sontak menoleh dan netra nya beradu tepat dengan tatapan yang sangat dingin milik Rafka. Di sana tepat di hadapan nya Rafka berdiri dengan raut wajah yang bahkan belum pernah sekalipun ia lihat sebelumnya."Ge_gege..." Suaranya tercekat tak mampu keluar sedikitpun.Plok... plok.... plok...Suara tepuk tangan dari Rafka sambil menyunggingkan senyum miring miliknya. Rahang nya mengeras dengan sorot mata yang begitu mengerikan. Aura yang mansion bahkan begitu gelap."Bagus sekali permainkan mu Rayhan" Rafka berjalan menghampiri adiknya yang masih terpaku di tempatnya.Dafka sendiri tak kalah terkejut ia bahkan tak mampu untuk sekedar mengeluarkan pembelaan apapun. Terlebih melihat adanya abang nya yang hanya menatap mereka dengan tangan
Rafka menatap adiknya yang sibuk memakan makan siangnya dengan tenang. Tangan nya sesekali mengusap sudut bibir Rayhan yang kotor oleh makanan nya. Bahkan ia tampak tak peduli dengan makan siang nya sendiri. Kini semua atensi nya terfokus pada kesayangan nya itu."Kamu nggak makan Zheyeng??" Tanya Satya yang ikut duduk bersama kedua kakak beradik itu. Mulut nya masih sibuk mengunyah nasi goreng nya."Bisa nggak sih lo jadi manusia sehari aja Sat jijik gue" Balas Rafka datar.Netra tajam nya masih menatap penuh sayang ke arah pipi bulat adiknya yang tampak menggembung karena makanan nya. Terlalu malas menghadapi sahabat nya yang gila itu.Efek baru saja putus karena di selingkuhi mungkin. Ingin rasanya ia memasukan teman nya itu ke rumah sakit jiwa tapi kasian juga dokter yang merawat nya."Ge~adek mau es susu coklat" Pinta Rayhan setelah menelan makanan nya yang