Oliver membelai pipi Nicole lembut. Pria itu sekarang hanya seorang diri menjaga sang istri tercinta. Ibunya berserta Shania dan Esther sudah pulang. Shania tak bisa berlama-lama berada di luar, karena kondisi mentalnya belum sepenuhnya pulih. Ditambah Shania tak banyak mengenali orang.Mayir kemungkinan baru bisa datang esok hari. Cuaca buruk, membuat pesawat pribadi yang dinaiki oleh sang ayah mertua harus mendarat darurat ke kota terdekat. Sebenarnya, Mayir ingin tetap menerjang meski kondisi cuaca buruk, tetapi sang pilot melarang, karena memang kondisi cuaca sedang kuang baik, dan sang pilot tak ingin mengambil sebuah resiko besar.Oliver mengerti, karena Mayir baru tahu kondisi Nicole ketika sang ayah mertua dalam posisi sudah tiba di luar kota. Mungkin jika ayah mertuanya ada, pasti Nicole akan mendapatkan donor darah dari ayah mertuanya, tapi takdir berkata lain. Shania yang mendonorkan darah untuk sang istri tercinta.Jujur, jika bukan karena bantuan Esther, maka pasti Oliver
Hari persidangan telah tiba. Hari yang telah ditunggu-tunggu oleh banyak pihak. Masalah yang terjadi memang membuat antar keluarga sempat mengalami ketegangan. Posisi Miracle, ibu kandung Marcel berada di rasa bersalah. Begitu juga Mateo yang merasa bersalah pada sisi keluarga Joice.Sebelum persidangan, Sean, ayah Shawn, sempat mengajak Marcel dari hati ke hati. Namun hasilnya nihil. Marcel tetap bersikukuh pada pendiriannya bahwa Joice yang bersalah atas apa yang telah terjadi. Bukan hanya Sean yang berbicara pada Marcel, tapi Dominic, adik bungsu ibu kandung Marcel sudah berusaha mengajak bicara Marcel, tetap tak menuaikan hasil apa pun.Kenyataannya, Marcel tidak mau mendengar ucapan siapa pun. Marcel terlalu keras kepala pada sudut pandangnya. Pria itu tak ingin mendengarkan ucapan siapa pun kecuali sudut pandangnya. Mateo dan Miracle sudah berbagai cara menghentikan Marcel.Bahkan Moses, saudara kembar Marcel—yang kerap sibuk dan selalu berpergian ke luar negeri juga sudah berus
#Flashback On. Oliver berdiri di depan kamar Nicole, dan mencoba menjawab panggilan telepon, tapi sayangnya signal ponselnya tidak bagus. Raut wajah Oliver berubah menjadi kesal karena ponselnya tak ada signal. Sejak Joice berada di penjara, pikirannya menjadi tak bisa fokus. Itu kenapa di kala ada telepon masuk meski dari nomor asing, dia takut kalau itu adalah informasi penting. “Oliver?” Shawn memanggil Oliver yang baru saja keluar dari lift.“Kau di sini?” Oliver membalas tatapan Shawn.Shawn mendekat. “Ya, aku ingin melihat Nicole. Kenapa kau turun? Siapa yang menjaga Nicole?”“Ponselku tidak ada signal.” Oliver mengulurkan ponselnya, ke hadapan Shawn.Shawn mengangguk paham.“Jika kau ingin melihat Nicole, duluan saja. Dokter sedang memeriksa keadaan Nicole,” jawab Oliver datar.“Ya sudah, aku ke atas dulu,” balas Shawn.Oliver mengangguk merespon ucapan Shawn. Detik selanjutnya, Oliver menuju ke luar rumah sakit demi mencari signal ponselnya, sedangkan Shawn naik ke dalam lif
“Tunggu …”Suara keras memasuki ruang persidangan yang sudah memanas. Semua yang ada di sana mengalihkan pandangannya ke arah pintu—menatap terkejut Oliver yang datang bersama dengan Nicole yang terduduk di kursi roda.Keluarga Geovan, De Luca, Maxton, dan Osbert terkejut melihat kehadiran Oliver dan Nicole. Mereka sama sekali tak ada yang tahu kalau Nicole sudah siuman. Joice yang duduk di kursi tersangka tersenyum melihat kehadiran Oliver dan Nicole. Pun Samuel yang dalam posisi berdiri, ikut tersenyum lega melihat kehadiran Oliver dan Nicole. Tak sama sekali ada yang menyangka Oliver dan Nicole akan tiba di persidangan Joice.Jika banyak yang senang melihat kehadiran Oliver dan Nicole, lain halnya dengan Marcel yang kini melayangkan tatapan dingin dan tajam ke arah Oliver dan Nicole. Amarah dan emosi mulai menyelimutinya. Otaknya sudah menduga kehadiran Oliver dan Nicole hanya akan berusaha membela Joice.Sang hakim menatap Oliver dengan tatapan serius. “Anda siapa, Tuan?”Oliver m
Samuel meminta seluruh keluarganya untuk lebih dulu pulang. Tepat di kala sang hakim menyatakan Joice tak bersalah, dan terbebas dari tuntutan, keluarga besar Joice memeluk Joice begitu bahagia. Bahkan keluarga Marcel pun berada di pihak Joice.Semua keluarga besar Marcel tak ada yang berada di pihak Marcel. Termasuk kedua orang tua Marcel. Saat sang hakim ketua memutuskan Joice terbebas dari segala tuntutan hukum, seluruh keluarga amat bahagia. Semuanya tak henti bersyukur karena Joice terbebas. Terutama kedua orang tua Joice—yang paling sangat amat bersyukur.Samuel meminta seluruh keluarganya untuk lebih dulu pulang, karena menghindari kerumunan wartawan. Pria paruh baya itu yakin bahwa di depan sana sudah ada puluhan wartawan sudah menunggu berita tentang Joice.Oliver juga sudah membawa Nicole pergi dari sana. Pasalnya, dia tak bisa berlama-lama membawa Nicole keluar. Kondisi Nicole yang belum sehat, membuat Oliver harus segera membawa kembali Nicole ke rumah sakit.“Terima kasih
“Nona Joice Osbert, bisa ceritakan tentang persidangan di dalam?”“Nona, jadi Anda benar-benar sudah dinyatakan bebas dan tidak bersalah?”“Nona, menurut kabar Anda menaruh hati pada Tuan Marcel De Luca, sampai tega mencelakai Nona Penelope Yale. Apa berita itu benar?”“Tuan Samuel Maxton, mohon berikan sedikit saja jawaban.”Rentetan pertanyaan dari wartawan bertubi-tubi pada Joice dan Samuel yang berjalan menuju ke halaman parkir. Ada Shawn di samping mereka. Pun selain itu banyak pengawal yang berkeliling menghadang para wartawan agar tak bisa mendekat pada Joice. Tentu Samuel sudah mempersiapkan banyak penjaga. Samuel menghentikan langkahnya sebentar, dan menatap para wartawan itu. “Joice sudah bebas dan terbukti tidak bersalah. Penelope Yale menggunakan cara liciknya untuk membuat seakan Joice bersalah. Aku harap tidak ada lagi pemberitaan yang menyudutkan Joice.” Samuel membawa Joice masuk ke dalam mobil, dan segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu—bersamaan dengan mo
“Ahg—” Dokter Ariel meringis kesakitan di bagian kepalanya, kala dia sudah membuka kedua matanya. Dokter cantik itu baru saja siuman, tapi seketika Dokter Ariel terkejut melihat Shawn duduk di sampingnya.“Kau—” Otak Dokter Ariel seakan blank, tidak mampu berpikir di kala melihat Shawn. “Kau sudah siuman?” Shawn menatap Dokter Ariel lekat.Beberapa detik, Dokter Ariel terdiam, berusaha mengingat apa yang terjadi padanya sampai dirawat. Tiba-tiba raut wajah Dokter Ariel berubah ketika kepingan memorinya muncul—tentang kejadian yang menimpa Nicole.Kepanikan melingkupi Dokter Ariel. Jantungnya berdetak kencang. “Tuan, Nyonya Maxton—”“Nicole baik-baik saja. Dia berhasil diselamatkan. Thanks, kau sudah berjuang menyelamatkan Nicole,” ucap Shawn yang langsung memotong ucapan Dokter Ariel. Pria itu tahu bahwa pasti Dokter Ariel mencemaskan keadaan Nicole.Napas Dokter Ariel berembus lega mendengar ucapan Shawn. Paling tidak, dia bisa tenang karena pasiennya sudah berhasil diselamatkan. Su
Pesta pernikahan Mayir dan Esther digelar secara sederhana. Yang datang hanyalah kerabat terdekat. Pun pesta pernikahan diselenggarakan di rumah kediaman Tristan. Banyak keluarga yang hadir, termasuk beberapa rekan bisnis dari Tristan Group. Seluruh keluarga besar Oliver juga banyak yang hadir ke pernikahan Mayir dan Esther. Tentunya semua orang bahagia mendengar kabar tentang pernikahan Mayir dan Esther. Sebab memang Mayir dan Esther adalah pasangan yang sangat cocok.Esther, sosok wanita yang sangat baik dan lembut. Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu selalu tulus memberikan kasih sayang pada Nicole dan Shania. Nicole yang sudah tidak lagi memiliki ibu, sekarang bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, walaupun tentunya ibu kandung Nicole tidak bisa digantikan.Shania yang tengah dalam keadaan mental yang kurang baik, mendapatkan kasih sayang dari Esther adalah sesuatu hal yang luar biasa. Ibu kandung Shania mendapatkan hukuman berat di penjara. Dalam kondisi mental Sha