PELET ILMU HITAM?
"Oh iya bagaimana tentang saham perusahaan yang kita kelola? Kau menjalankannya dengan baik kan?" tanya Davina pada Dea."Perusahaan? Sebentar, perusahaan apa yang kalian bicarakan?" tanya Lukas."Diam-diam aku dan Dea memang bekerja sama untuk membuat perusahaan kecil, Tuan Lukas. Kami bagi tugas sih, tetapi selama ini Dea yang menjalankannya. Aku hanya berinvestasi sedikit uangku," ujar Davina."Mengapa kau tak mengatakan ini padaku?" tanya Lukas."Apakah Tuan Lukas pernah peduli dan pernah bertanya padaku? Rasanya tidak kan? Jadi untuk apa aku berkata kepada Tuan Lukas," sahut Davina. Lukas hanya menganggukkan kepalanya. Dia mencoba menyimak apa yang dibicarakan oleh Davina dan Dea."Dea ingat ya! Ini adalah uang terakhir yang aku punya dan seluruh tabunganku bahkan aku sudah menginvestasikan semua di perusahaan ini," jelas Davina."Iya iya! Tenang saja, mengapa kau ini kok bawel sekali," keluh Davina."Ternyata ini hubungaKAU BELUM MENIKAH! INGAT ITU!"Semenjak tidur denganmu rasanya aku seperti ditawan olehmu, Davina. Apakah kau menggunakan ilmu hitam untuk mendapatkanku? Kau memeletku ya?" tanya Lukas Davina pun langsung menepuk tangan Lukas dengan pelan. Bukannya marah justru Lukas pun tertawa terbahak-bahak melihat Davina berlaku seperti itu. Lukas benar-benar mengakak sampai memperlihatkan deretan gigi putinya. Saat seperti ini Davina sungguh terpesona dengan Lukas, sepertinya Lukas memang lebih tampan jika dia tertawa dan jarang sekali dia bisa melihat presiden direkturnya itu tertawa."Kau ini konyol sekali, Tuan Lukas. Bagaimana mungkin aku mau meletmu? Kapan aku mempunyai waktu luang pergi ke dukun tanpa pengawasan olehmu? Bahkan aku tidak bisa hilang dari jeratanmu, selama dua puluh empat jam aku dalam pengawasanmu dan pengawasan Ibuku. Bagaimana mungkin bisa aku tiba-tiba memeletmu? Bahkan kau bisa berpikir seperti itu?" protes Davina."Hahaha barangkali saja kau bisa melakukannya dengan se
KEMARAHAN DAVINA AKIBAT LEON!"Apalagi rasanya tidak baik bagi dua orang untuk tetap bersama sampai larut malam. Bukankah begitu Tuan Lukas? DAVINA LAIN KALI KAU HARUS PULANG LEBIH CEPAT DAN MEMBERI KABAR KEPADA MAMA! KARENA BAGAIMANAPUN JUGA KAU BELUM LAH MENIKAH DENGAN TUAN LUKAS! INGAT ITU," ancam Mama Davina. Davina hanya menganggukkan kepalanya, tapi dia sangat lega sekarang. Meskipun Mama Davina murka begitu namun Davina yakin bahwa Ibu nya tak akan bisa berbuat banyak meski marh sekalipun. Apalagi Lukas selalu berada di sampingnya dan membelanya. Mamanya tak akan berani menyentuhnya lagi."BAIKLAH TUAN LUKAS JUGA PASTI LELAH KAN? JADI SEBAIKNYA KAU JUGA CEPAT PULANG DAN ISTIRAHAT TUAN," perintah Mama Davina dengan tegas dan meninggikan suaranya."Ayo Leon! Kau juga harus masuk. Di luar dingin," ajak mama Davina."Ibu masuk saja dulu. Aku akan menyusul nanti," kata Leon."Baiklah kalau begitu, aku masuk dulu," pamit Mama Davina langsung berlalu ke dalam. Sedangkan Davina masih
BLACK CARD MILIK LUKAS!"Hentikan Leon! Aku sudah bersabar dari tadi sikap tidak sopan macam apa ini. Berhenti ikut campur dan masuk sana!" teriak Davina dengan kemarahan yang memuncak."ITU BUKAN URUSANMU DENGAN SIAPA AKU MENIKAH. SEJAUH INI KAU HANYA DIAM SAMBIL TERUS MENGAWASIKU KAN? KENAPA SEKARANG TIBA-TIBA KAU IKUT CAMPUR DALAM HIDUPKU, LEON! KENAPA? KENAPA TAK SEDARI DULU KAU IKUT MEMBELAKU!" teriak Davina."Kakak..." panggil Leon kaget melihat Davina membentaknya dengan sangat keras di hadapan Davina."Kakak kenapa?" tanya Leon,"Masuk!" tegas Davina."Tapi Kak....'"MASUKKKK!" teriak Davina. Karena melihat Davina yang sudah benar-benar marah, Leon pun memilih mengalah. Dia hanya bisa menghela nafas panjang dan berbalik arah masuk ke dalam gang rumahnya. Sedangkan Davina merasa sangat tak enak dengan Lukas. Karena harus menyaksikkan perdebatan ini."Maafkan sikap adikku tadi, Tuan Lukas. Aku rasa sebaiknya kau pulang sekarang, hari larut
NASIB ANAK ANGKAT YANG DI ANAK TIRIKAN!"Iya aku akan ingat pesanmu, Tuan Lukas. Aku tidak akan menggunakan kartu ini untuk ke hotel bersama pria lain. Bahkan aku tidak akan pernah menemui pria lain selain dirimu, Tuan Lukas. Dan juga terima kasih, terima kasih banyak kau telah menjadi penolong dan malaikat dalam hidupku. Aku tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari lelaki manapun," kata Davina sambil mengusap air matanya yang jatuh."Cengeng!" ledek Lukas."Baiklah kalau begitu aku pulang dulu," pamit Lukas. Davina pun menganggukkan kepalanya dia melihat sampai dahulu Lukas masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkannya.***H-10 pernikahan di perusahaan***"Jadi kau sudah menyiapkan semuanya?" tanya Lukas pada Thomas sekretarisnya."Sudah Tuan, tapi aku benar-benar masih tidak bisa mengira dan mencerna semuanya. Bagaimana ini semua bisa terjadi? Mengapa Davina justru yang tuan Lukas jadikan istri di antara banyak kandidat wanita lain yang begitu b
TEKAD DAVINA MEMBUAT PERUBAHAN!"Kau Kenapa? Apa kau baik-baik saja?" tanya Sean."Ya, aku baik-baik saja. Semakin ke sini aku makin menyadari satu hal, Kak. Sepertinya aku tetaplah anak angkat bukan anak kandung, jadi aku cukup sadar diri bahwa tidak pantas berada di sini. BUkankah begitu?" sindir Lukas."Kenapa kau berkata seperti itu padaku tiba-tiba? Bukankah kau sedari awal sudah tahu juga bahwa kau bukan anak kandung Papa. Meski begitu keluarga kita kan menerimamu apa adanya. Bahkan Mama juga sangat menyayangimu dan tak pernah membedakanmu," jawab Sean."Tapi tidak dengan Papa, kan?" tanya Sean."Kalau saja kau tidak memiliki gelar anak angkat, kau pasti akan lebih sukses bukan? Apakah kau berpikir seperti itu, Lukas? Apa kau pikir gampang membuat perusahaan seperti ini. Jangan berpikir picik seperti itu. Iya, memang kau akan sukses sebagai Direktur orang-orang sawah tidak ada di posisi seperti sekarang," sindir Sean."Kau harus berani memberontak kepad
DAVINA YANG SESUNGGUHNYA!"Apakah aku harus menggunakan black card milik Tuan Lukas?" batin Davina dalam hati.Dia terdiam sejenak. Setelah perjanjian kontrak dengan Lukas habis, Davina tak ingin kembali ke rumah itu. Jadi dia harus segera mempersiapkan semuanya jauh-jauh hari secara finansial. Jika hanya bekerja sebagai sekertaris Lukas saja tentu tak akan cukup hasilnya, dia harus mencari pekerjaan lain."Tenang saja aku rasa tidak apa-apa aku akan menggunakan fasilitas dari calon suamiku," ucap Davina."Apa maksudmu, Davina?" tanya Dea."Aku memiliki ini!" kata Davina sambil mengluarkn black card milik Lukas."Wahh gila kau. Dia benar-benar memberikanmu itu?" tanya Dea."Kau pukir dari mana aku mendapatkannya? Kau tahu kan aku tak sekaya itu. Sebenarnya Tuan Lukas memberikanku kartu ini, aku seperti punya berkat yang jatuh dari langit," jelas Davina."Wahhh gila! Gila kau," gumam Dea berkali kali. Karena Dea sangat tahu saat bersama Alexandria, Lukas tak seroyal ini."Sudah diamla
KETEGASAN DAVINA DALAM BAYANGAN LUKAS!"HENTIKAN!" bentak Haidar."Davina kalau kau ingin bernyanyi Kau harus menyanyikan lagu yang menyenangkan dong! Kalau kau menyanyikan lagu seperti itu di tempat seperti ini konyol namanya. Yang benar saja! Kau itu kok aneh sekali," tegur Haidar."Aku memang suka lagunya yang menyedihkan seperti ini! Kenapa? Tak apa-apa kan? tanya Davina sambil menoleh ke arah Haidar."Cukup-cukup! Hentikan, ini akan merusak suasana," ujar Haidar sambil menggebrak mejanya. Seketika Davina pun menghentikan nyanyiannya dan berjalan ke arah meja, dia menatap tajam ke arah Haidar."Diam!" bentak Davina ganti."Diam dan dengarkan aku! Meskipun kau tidak menyukainya, aku sangat tidak suka ketika bernyanyi di tengah lagu dan disuruh berhenti! TAK SOPAN!" tegas Davina sambil membentak ke arah Haidar."Gila kau! Berani-beraninya kau menyuruhku untuk diam," teriak Haidar. Sepersekian detik Davina seperti tersadar, dia memandang ke ara
CEMBURU ATAU KHAWATIR?"Maaf aku seharusnya lebih menahan diri lagi. Aku benar-benar pemarah," ucap Devina sambil muram."Tidak ada yang perlu disesalkan, Davina. Masih ada seribu jalan menuju roma. Semua sudah terlanjur terjadi," sahut Dea."Kami sungguh salut denganmu Davina, kaau hebat dan tegas. Wajah cantik dan kalemmu itu bisa berubah menjadi seorang pendekar garang juga," seloroh Dian."Tapi kau tenang saja aku sudah mengirim beberapa proposal investasi ke perusahaan lain. Jadi kau tenang lah, kita banyak berdoa saja. Jangan khawatir, Davina," terang Dea. Davina pun menganggukkan kepalanya."Nah kalau begitu kita harus bersenang-senang kan sekarang? Karena ketua tim juga sudah diusir dan jam booking kita pun hampir habis. Bagaimana jika kita minum di tempat lain?" usul Davina.Davina pun mengeluarkan black card milik Lukas. Dalam hatinya dia merasa sayang sekali sebenarnya harus mengeluarkan banyak uang tanpa ada imbal baliknya. Tapi terima kasih juga di ucapkan Davina diam-di
EXTRA PART"Tuhan terima kasih! Terimakasih!" pekik Lukas sambil terus memeluk Davina, dia menciumi Davina kemudian mengelus perlahan Davina ya memang sedikit menggendut."Aku pikir kau gendut karena terlalu banyak makan, ternyata kalau hamil," gumam Lukas. Davina langsung mendelikkan matanya ke arah Lukas."Oh kalau aku gendut aku tak cantik lagi? Begitu?" protes Davina. Lukas langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan menyadari kesalahannya."Tidak Sayang, tidak. Kau mau gendut atau kurus tetap cantik, kau makin montoq dan menggairahkan saat gendut. Apalagi saat ini, kau sedang mengandung buah cinta. Mari kita periksa, kita harus segera memeriksakan kehamilanmu, Davina," jawab Lukas."Tapi benar ka, Tuan Lukas? Aku masih cantikkan?""Tentu dong. Cantikmu bertambah berkali kali lipat saat hamil, jadi jangan sampai bayi ini kenapa-kenapa ya, Sayang. Dia akan menjadi seorang yang hebat kelak karena memiliki orang tua seperti kita. Aku pastikan itu, jika dia wanita akan cantik se
KEHAMILAN MEMBAWA BERKAH!TAMAT!"Aku takut kecewa, Bu. Bagaimana kalau ini hanya sakit biasa" tanya Davina."Kalau memang kau tak hamil maka tak masalah. Toh kalian masih punya banyak waktu yang penting, kita tespek dulu agar jelas semuanya. Ibu yakin kau hamil," jawab"Entahlah, Bu. Aku takut," kata Davina."Aku takut banyak berharap. Karena selama ini aku juga tak kunjung hamil," sambungnya lagi.Tak lama Bi Sun pun kembali dengan membawa tespek yang sudah dipesan oleh Nyonya Rita. Davina ingin mengetesnya, dia sudah tak sabar sekali."Bu, bolehkah aku mengetesnya sekarang?" tanya Davina."Sebenarnya yang paling valid adalah besok pagi, Nak. Pipis pertamamu setelah bangun tidur. Tapi jika kau memang penasaran dan jujur Ibu pun juga sangat penasaran sekali. Bagaimana kalau kita cek kali ini saja? Kalau memang haslnya samar kau bisa mengulang lagi besok pagi," usulnya. Davina mengangguk setuju dengan usul Nyonya Rita."Baik, Bu," kata Davina.Untung saja Davina belum terlalu banya
Pergi membeli tespek "Kau kenapa?" tanya Ibu Davina melihat putrinya sedikit berubah. "Kau nampak tak sehat, Sayang? Kau sakit ya? Pucat sekali," sambungnya. "Benarkah aku nampak pucat, Bu?" sahut Davina. Nyonya Rita menganggukkan kepalanya. "Pantas saja Tuan Lukas khawatir," batinnya lagi. "Aku merasa tidak enak badan dari semam, Ma. Sudah beberapa hari mungkin namun aku terus menahannya. Aku rasanya seperti terkena terus-terusan masuk angin. Karena beberapa malam ini aku selalu lembur malam. Aku setiap pagi akan selalu berkali-kali muntah, entah mengapa aku merasa akhir-akhir ini begitu parah," jelas Davina. "Apa kau sudah periksa? Jangan-jangan kau terkena asam lambung. Kau setres karena pekerjaan? Apakah kau juga bekerja berat akhir-akhir ini?" tanya Nyonya Rita sambil menghampiri putrinya yang berada di sofa ruang tamu. Davina menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak, Ma. Aku tidak pernah punya riwayat sakit maa
KAU KENAPA, DAVINA? "Lalu? Kenapa kok diam begitu tiba-tiba? Aku kira aku tak menginginkan anak dariku," kata Lukas sambil cemberut. "Tentu itu tidak mungkin, Tuan Lukas. Aku juga sangat mencintaimu dan memiliki anak darimu juga adalah salah satu impianku. Tapi bukankah ini aneh sekali, Tuan Lukas?" tanya Davina menoleh ke arah Lukas dengan wajah yang susah di artikan. "Aneh? Apanya yang aneh?" sahut Lukas. "Jika dipikir-pikir kita hampir melakukannya setiap hari. Bahkan kau tak pernah melakukan itu menggunakan pelindung kan? Tapi kenapa aku belum hamil juga ya?" gumam Davina. Lukas mengelus kepala Davina. Bukan tanpa alasan dia sangat yakin jika Tuhan pastilah tahu mana yang terbaik dan kapan waktu yang tepat untuk mereka memiliki anak. Karena kalau di pikir lagi memang benar apa yang dikatakan Davina itu. "Waktu Tuhan pasti yang terbaik, Davina. Apakah itu berarti kau mau kan memiliki anak dariku?" tanya Lukas.
ANAK DARI DAVINA? "Sekarang urusan kita sudah selesai kan? Ayo kita cepat masuk dan selesaikan apa yang kita lakukan di pagi hari lagi," aja Lukas. "Lagi?" tanya Davina. Lukas langsung mengangguk denga semangat. "Tentu! Kenapa kau terlihat seperti tidak tahu apa-apa dan meragukan kemampuanku begitu. Sudah aku bilang padamu untuk menyelesaikannya sekali di pagi hari tapi kau menundanya, aku baru keluar sekali. Kurang dua kali," bisik lukas sambil memeluk Davina. "Ck! Baiklah. Karena itu permintaanmu maka aku akan lakukan dengan senang hati, Tuan Lukas. Andai Ibu tahu apa alasan ku terlambat tadi dua puluh menit adalah kau harus melayani Tuan Lukas, akankah dia mengomel?" gumam Davina. "Tak akan berani," sahut Lukas mengecupnya. Ya, kini Lukas memang memiliki kebiasaan baru jika badannya pegal maka dia akan meminta Davina untuk memijatnya setelah bercumbu mesra. Mereka pun segera mengendarai mobil itu pulang ke rumah. Davina
AYO KITA SELESAIKAN LAGI"Aku tidak bisa merasa lebih baik tentang hal itu, kau akan menjadi Ibu suatu saat nanti. Jadi kau tak akan pernah mengerti bagaimana sakitnya hatiku. Tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkannya, aku hanya ingin kau tahu saja apa alasanku memperlakukanmu," sambungnya. Davina tersenyum sinis."Tunggu saja sampai aku merasa kasihan padamu," ujar Davina kekeh.Jujur saja, sebenarnya hatinya sudah terusik sekali ingin segera membantu Mama angkatnya tapi mengingat lagi semua perlakuan lama angkat yang selama ini membuatnya cukup sakit hati. Apalagi Mama angkatnya juga tak pernah mengatakan maaf sekalipun, baru kali ini dia mendengar ucapan maaf dari mama nya.Tnpa diduga tiba-tiba mama angkat Davina berdiri dari kursinya. Kemudian di langsung menjatuhkan dirinya, dia terduduk di lantai bersimpuh. Ini adalah hal yang mustahil dilakukan oleh mama angkat Davina jika tidak dalam situasi yang sangat mendesak dan itu sempat membuat Davina terpe
PERTEMUAN DENGAN MAMA ANGKAT!"Kau tahu karena ulahmu buku tabungan barang-barang rumah tangga dan semuanya disita! DAN ITU ULAHMU, KAN?" cerca Mama Davina."Ulahku?" tanya Davina heran."Ya. Ka kan yang membuaat semuanya?" tuduh Mama Angkat Davina."Hahaha. Kau koyol sekali, Tante. Menduhku tanpa bukti. Baiklah kalau begitu, tidak ada lagi alasan bagiku untuk tetap di sini sambil mendengar hal-hal yang menggangguku. Sepertinya kau belum mengerti jika ada kata-kata yang mengganggu telingaku. Sekali lagi aku akan pergi dan aku tidak berkenan mendengarkan umpatan dari mulutmu," tegas Davina."Jadi sebaiknya kau hati-hati!" lanjutnya. 'Glek' mama angkat Davina langsung meneguk ludahnya dengan kasar. Dia tak menyangka anak angkatnya sekarang kini sudah berani berbicara kepadanya seperti itu. Mama angkat Davina terdiam dan memperhatikan Putri angkatnya itu. Dia melihat semua yang dipakai putri angkatnya adalah barang-barang branded salah satu desainer ternama. Bahkan dia mengenakan tas
DAVINA DAN TITIK BALIKNYA! "Pokoknya tidak, Tuan Lukas! Tidak ada acara bercinta siang atau sore hari. Pokoknya bercinta hanya akan dilakukan pada malam hari. Karena aku akan keluar untuk bermain di siang hari. Asal kau tahu saja, Tuan Lukas. Aku sudah menyiapkan banyak baju untuk outfit beitupun dengan bajumu. Seperti layaknya pengantin baru! Ini sangat tidak adil jika kita pergi ke sana dan tidak melakukan apa-apa," protes Davina. "Ya, ini tidak adil. Aku juga merasa sama sekali tidak adil, Davina. Karena aku lebih suka memelukmu seharian dari pada harus berlarian di tepi pantai," sahut Lukas mengeratkan pelukannya sampai dada Davina menempel di badannya. "Kau kan bisa melakukannya kapanpun, Tuan Lukas," jawab Davina. "Ya, tapi aku selalu merasa kurang. Bahkan rasanya satu juta kali lebih banyak daripada waktu luang yang bisa aku lakukan di sana akan ku habiskan untuk memelukmu seperti ini," kata Lukas. "Tapi itu tidak akan berhasi
PERGI BULAN MADU KE MALDIVES LAGI! "Sekarang, makanlah! Aku sudah menyiapkannya," perintah Davina. "Kau tidak berencana memberi aku makan ini lagi kan?" tanya Lukas. "Kenapa memangnya?" sahutnya. "Apa kau lupa, Davina? Kau pernah memberiku makanan ini, kau berkata memasaknya dengan spesial. Kau juga bilang melakukan semua untuk melayaniku dengan sempurna. Tapi apa nyatanya? Kemudian kau menghilang dan pergi begitu saja kan? Kau ingat tidak terakhir kali kau memberi makanan apa? Ini kan?" cerca Lukas. "Kau mengatakan makanan ini penuh kenangan dan memorial. Dan benar, makanan ini juga yang membuatku trauma kehilanganmu, Davina. Karena apa yang kau katakan saat itu sangat membekas dalam benak dan ingatanku. Dimana aku menjadi frustasi dan hampir gila karena kau meninggalkanku setahun lalu dari rumah ini," sambung Lukas. "Sungguh aku takut itu akan terulang lagi, Davina. Aku tak ingin itu terjadi, Davina. Pertama kau merayuku