Sebulan berlalu dengan cepat. Namun meskipun begitu, tetap tak ada perubahan dengan sikap Lily. Lily masih membenci Senja dan mengharapkan hal buruk terjadi pada Senja."Hoek!" Pagi hari itu, tiba tiba Lily merasa mual. Ia bolak balik masuk ke dalam kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh isi perutnya.Sementara di ruang makan, Ibu mertuanya menunggu Lily keluar dari kamar dengan tidak sabar."Lily kok belum keluar dari kamar ya? Tumben banget! Padahal dia bilang, kalau dia mau ikut Mama ke rumah Tante Evi!" Ayu bicara pada Dafa.Sebelum merespon ucapan sang Ibu, Dafa terlebih dahulu melirik ke arah Senja. Ia seakan memastikan perasaan Senja agar tidak terluka dengan ucapannya."Dafa! Kamu pergi ke kamar Lily sana! Kamu suruh Lily cepat keluar! Soalnya Mama buru buru nih!" Dafa makin tak enak hati mendengar permintaan dari sang Ibu. Ia benar benar jadi dilema, sekarang.Untungnya, Lily tiba tiba saja datang ke ruang makan. Wajahnya terlihat sedikit pucat, namun Lily mencoba menyembun
Benda pipih yang dibeli oleh Lily adalah sebuah tespek. Lily dengan cepat menaruh tespek ke bagian bawahnya. Urine hangat keluar dan membasahi tespek.Lily memejamkan matanya. Dalam hatinya ia berdoa agar apa yang ia pikirkan tidak terjadi.Satu menit yang mendebarkan berlalu, Lily perlahan lahan membuka matanya. Alangkah kaget dirinya, ketika mendapati dua garis warna merah terpampang jelas pada tespek miliknya."Aku hamil," Lily bicara lirih.Dalam sekejap air matanya menetes. Antara senang dan sedih, batinnya sedang berkecamuk, sekarang."Bagaimana aku bisa hamil? Jelas jelas Dokter itu bilang, kalau aku tidak akan pernah bisa memiliki seorang keturunan. Dan semua keluarga suamiku, mengetahui hal itu!" Lily bermonolog.Ia keluar dari kamar mandi dengan wajah gugup. Lalu pergi meninggalkan apotek. Lily berencana untuk pergi menemui Ray."Dimana kau? Aku mau bicara! Ada hal penting yang harus kita bicarakan sekarang!" seru Lily."Hari ini aku libur. Aku ada di rumah. Kalau kau mau, d
"Tok! Tok!" Ayu mengetuk pintu kamar menantunya. "Lily! Buka pintunya, Mama mau bicara!"Ayu menunggu cukup lama di depan pintu, hingga akhirnya Lily membuka pintu untuk Ibu mertuanya."Ada apa Ma?" "Kau sakit? Atau kau marah? Kenapa pergi tiba tiba dari ruang makan?" tanya Ayu."Aku tidak apa apa. Aku sehat sehat saja. Hanya sedikit lelah. Lagipula aku harus menjaga hatiku sendiri!" Lily menyindir soal Senja."Lily, Mama paham dengan apa yang kamu rasakan. Mama akan pastikan, Senja keluar dari sini setelah melahirkan!" Ayu menepuk bahu Lily."Semoga Mama bisa memegang janji Mama!" sahut Lily.Ayu keluar dari kamar Lily. Lily menutup pintu kamar dengan cepat. Ia membayangkan wajah Ibu mertuanya jika tahu dirinya hamil."Jika Mama tahu aku sedang mengandung, apa reaksinya?" Lily tersenyum miring.Jam makan malam pun tiba. Lily dan keluarganya memulai makan malam. Saat makan malam, ia tak banyak bicara. Lily terlihat fokus menikmati makanannya. Dafa sesekali mencuri pandang ke arah L
Wajah Dafa tampak memerah. Ia juga terlihat gelisah. Tetes keringat membasahi keningnya.Lily dengan sengaja mengambil handuk dan duduk di dekat Dafa. Ia menyeka wajah Dafa menggunakan handuk yang ia bawa.Sengaja menempelkan jemarinya pada wajah Dafa lalu menautkan bibirnya ke bibir suaminya.Keduanya pun melakukan hubungan p@nas. Saling memegang dan meraba. Senjata Dafa tanpa ragu dikeluarkan dan menerobos lubang pertahanan lawan."Kau sempit sekali. Aku sangat menyukainya!" Dafa bicara tak jelas. Lilya hanya tersenyum tipis.Usai memuntahkan lahar putih, senjata milik Dafa kembali lemas. Namun tak butuh waktu lama, senjata itu kembali berdiri.Dafa benar benar dimabuk kepayang. Ia membolak balikkan tubuh Lily dan menciumi istrinya.Begitu saja, hingga tak terasa mereka sudah melakukan hubungan panas sampai fajar menyingsing.Empat kali permainan panas, membuat Dafa benar benar merasa lemas."Mau kemana Mas?" tanya Lily yang melihat Dafa buru buru mengenakan pakaian."Sudah pagi. Ak
Ketika jam di dinding menunjukkan pukul empat sore, Lily masuk ke dapur. Bi Sari melihat Lily dengan heran."Non mau ngapain di sini?" tanyanya pelan."Mau masak Bi. Makan malam kali ini, aku yang akan memasaknya sendiri. Bi Sari bantu bantu saja! Biar aku racik bumbunya sendiri!" imbuh wanita cantik itu."Oh baik Non." Asisten rumah tangga dengan patuh mengikuti ucapan majikannya.Lily meminta Bi Sari untuk mengeluarkan semua tomat yang ada di dalam kulkas. Ia juga meminta Bi Sari memarinasi daging sapi.Rencananya untuk makan malam kali ini, Lily akan membuat menu ala Eropa. Ia ingin membuat semua orang terkesan padanya lewat sentuhan rasa makanan.Lily membuka video tutorial cara memasak di internet. Ia mengikuti semua cara yang ada di video itu. Tepat pukul enam sore, menu makanan yang dibuat oleh menantu kesayangan Ayu, telah selesai.Lily masuk ke dalam kamarnya. Ia membersihkan diri. Lalu berdandan dengan cantik. Tak lupa, ia juga menyemprotkan parfum favoritnya.Lily mengambil
Senja memperhatikan wajah suami dan Ibu mertuanya yang tak lagi ramah terhadapnya. Suaminya tampak lebih memperhatikan istri pertamanya dibandingkan dirinya. Hal ini membuat Senja merasa sangat kecewa. Namun, ia masih tetap berusaha untuk diam.Kala itu, di hari Minggu ke tiga bulan Juli, Dafa ditugaskan pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Senja menutup dirinya dari keluarga suami.Ia lebih sering menghabiskan waktunya di dalam kamar. Untuk menonton TV ataupun bercerita dengan kedua anak kembarnya."Tok! Tok!" Suara ketukan pintu membuat keseruan permainan ular tangga pun berhenti."Siapa sih yang ke sini? Ganggu aja!" keluh Salsa."Kalian lanjutkan permainannya ya. Mama akan buka pintunya!" Senja berjalan menuju ke arah pintu kamar. Ia menekan gagang pintu hingga pintu terbuka."Mama, ada apa Ma?" "Mama mau bicara sebentar sama kamu!" Ayu meminta Senja untuk ikut ke ruang tengah bersamanya.Suasana rumah terbilang cukup sepi. Sebab Ayah mertua dan Kakak ipar Senja, masih belum
Keesokan paginya, Dafa mendadak pulang dari tugas dinasnya. Saat itu ada Senja, Lily dan Ayu yang duduk bersama di ruang tamu.Di tangan Dafa ada sebuah boneka beruang besar. Senja dan Lily melihat ke arah boneka beruang tersebut.Tiba tiba, Salsa dan Shanum juga datang ke ruang tamu. Si kembar juga tak kalah antusiasnya dengan Senja dan Lily ketika melihat boneka beruang.Saat sampai di ruang tamu, Dafa segera memeluk Lily dengan erat. Ia bahkan mencium punggung tangan istrinya dengan lembut. Lalu menyerahkan boneka beruang besar kepada Lily."Boneka ini untukmu sayang!" "Terima kasih Mas!""Bagaimana jagoan kita? Apa dia makin pintar menendang?" Dafa mengelus perut Lily.Hal ini membuat Senja dan kedua anaknya menjadi canggung dan tak enak hati. "Sayang kalian nggak berangkat sekolah? Ayo berangkat sekolah sana!" Senja meminta kedua anaknya agar segera pergi ke sekolah.Shanum dan Salsa diantar oleh Pak Man yang bekerja sebagai driver keluarga Suryaningrat.Mereka dengan cepat men
"Kalau kamu benar benar tidak melakukan apa apa, maka dia tak akan jatuh pingsan!" pekik Dafa.Senja terdiam. Ia hanya bisa menangisi dirinya sendiri sekarang ini. Sebab sang suami tak mau mendengarkan ucapannya sedikitpun. Jangankan mendengar, sang suami bahkan tak mempercayai kata katanya."Senja kalau anakku sampai kenapa kenapa aku tak akan memaafkan kamu!" Dafa memperingatkan sembari menunjuk kasar ke arah Senja.Senja beringsut ke belakang. Lalu berlari ke kamarnya. Dafa membuang muka seolah tak peduli kepada Senja.Dafa memilih untuk masuk ke dalam kamar Lily. Ia benar benar mencemaskan Lily."Dokter! Bagaimana istri dan anak saya?" tanya Dafa."Barusan istri anda mengeluarkan isi perutnya lagi. Saya sudah memberikan dia obat. Anda tidak perlu cemas." "Baik Dok!" Dafa mengangguk pelan.Dokter meresepkan obat untuk Lily dan juga untuk kehamilannya. Setelah itu, ia pamit pulang dari sana.Lily juga berangsur angsur sadar. Tatapannya kosong terlihat seperti orang yang kelelahan.
Bagas menyodorkan selembar tissue ke arah Senja. Senja pun lantas melihat ke arah Bagas."Jangan menangis. Aku ada di sini. Entah kau mau menerimanya atau tidak, tapi aku akan tetap ada di dekatmu." Bagas bicara sembari menatap Senja, lekat lekat.Senja melihat ke arah Ethan yang tertidur lelap dalam dekapan Bagas."Dia sudah tertidur, kau juga sebaiknya pergi tidur. Jaga kesehatanmu. Anak anak membutuhkan dirimu. Aku pun sama!" seru Bagas.Mendengar hal ini, perasaan Senja jadi tak karuan. Antara senang dan juga ragu, bercampur jadi satu dalam benaknya.Senja pergi keluar dari kamar anaknya. Ia tidur di kamarnya sendiri.*****Malam ini, Lily duduk terdiam menatap ke arah pintu keluar penjara. Ia sedang meratapi nasibnya.Suasana terasa begitu sepi. Tak ada suara yang terdengar. Polisi yang bertugas untuk menjaga penjara, semuanya sedang tertidur pulas. Narapidana lain juga tampak tertidur pulas."Bisa bisanya mereka tidur senyenyak itu!" Lily menatap benci ke arah para Polisi. Wani
Setelah hampir tiga jam mereka menunggu di depan ruangan operasi, akhirnya Dokter keluar."Bagaimana keadaan Dafa?" Ayu bertanya dengan wajah panik."Kami minta maaf. Kami telah melakukan yang terbaik untuk pasien. Tapi kondisi pasien, masih tak ada perubahan dan semakin memburuk."Senja melongo hingga terjatuh ke lantai. Ayu pun sama kagetnya dengan Senja. Dunianya seakan berhenti ketika mendengar penjelasan dari Dokter."Mama. Senja. Kalian harus kuat!" Bagas mencoba untuk menenangkan mereka berdua."Pak Bagas, harapan hidup pasien sangat tipis. Alat bantu bernafas, jika tidak begitu membantu. Jadi semua peralatan medis yang menunjang kehidupan pasien, akan kami lepas.""Tidak!" Ayu berteriak."Jangan! Berapapun biayanya akan aku bayar! Jangan lepas selang infus atau apapun dari tubuh Dafa. Aku yakin, Dafa akan sehat! Dia akan kembali pulih!" Ayu melanjutkan ucapannya."Baik Bu. Tenanglah. Anda harus kuat dan tabah. Semuanya hanya bisa kita pasrahkan kepada sang pemberi kehidupan."
Willy baru saja sampai di kantor polisi. Ia bahkan belum memarkirkan mobilnya, tapi seorang kawannya yang berprofesi sebagai seorang Polisi sudah mendatangi dirinya."Pak! Lily ditangkap!""Saya tahu itu! Makanya saya datang ke sini. Kenapa hal ini bisa terjadi? Apa kamu nggak bisa mengatur bawahan kamu?" Willy bicara sembari menyetir pelan dan memarkirkan mobil miliknya.Willy keluar dari mobil. "Saya bisa apa Pak? Mereka mengikuti Lily dan menangkap basah Lily melakukan tindakan pidana." Willy tak banyak bicara. Ia menyerahkan sejumlah uang kepada teman Polisinya tersebut."Ambil uang itu. Mintalah berapapun yang kamu inginkan. Tapi pastikan Lily lolos dari kasus hukum!" "Saya tidak berani berjanji. Tapi saya akan mengusahakannya.""Ingat! Awak media jangan sampai memberitakan mengenai masalah ini!""Sampai sekarang, kami tak mengizinkan awak media masuk ke sini.""Kalau kamu gagal membela anak saya, maka saya akan temui kolega saya yang jabatannya jauh di atas kamu! Dan saya aka
Bagas akhirnya melepaskan Lily. Ia berjalan menjauh. Sementara itu, Irwan sudah memanggil ambulans.Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menunggu, mobil ambulans sudah terdengar. Dafa dan Senja masuk ke dalam mobil ambulans. Begitu juga dengan Bagas. Tangan Bagas terus mengeluarkan darah. Darah juga merembes dari dada Dafa."Maafkan aku. Gara gara aku, kalian berdua jadi terluka." "Tidak ini bukanlah salahmu!" sahut Dafa.Setelah mengatakan hal ini, Dafa pingsan tak sadarkan diri.****Mobil ambulans akhirnya sampai di rumah sakit. Dafa dibawa ke ruangan ICU. Bagas dibawa ke UGD. Semuanya sedang mendapatkan perawatan medis.Sementara itu, Irwan menghubungi rekan kerjanya yang lain untuk membantunya mengamankan lokasi serta membantunya membawa mobil milik para korban dan tersangka.Irwan tak lupa menghubungi Ayu dan mengabarkan kejadian buruk ini."Apa! Dimana? Kenapa bisa seperti itu!" Ayu berteriak karena kaget ketika Irwan menceritakan kronologi yang terjadi."Mereka sudah dibaw
Kelima lelaki yang berdiri di hadapan Senja, mulai melepas pakaian mereka lalu disusul dengan celana yang mereka kenakan. Kelimanya menyeringai dan tertawa tak jelas melihat Senja yang ketakutan.Sementara itu, Bagas masih ada di luar. Saat ia mengendap masuk ke dalam, seseorang berdiri di belakangnya."PRak!" Lelaki asing itu memukul Bagas menggunakan kayu.Bagas memegangi kepalanya. Ia meringis kesakitan sembari menoleh ke belakang dan menatap wajah si pria."Siapa kau!" si pria berteriak dengan marah."Hai ada penyusup di sini!" si pria memanggil teman temannya yang ada di dalam gudang.Lily yang ada di dalam gudang dan mendengar teriakan si pria, segera keluar dari gudang, untuk memeriksa apa yang terjadi.Namun Bagas tak kalah cekatan dengan si pria. Belum satu orang pun datang ke tempat itu, Bagas meraih balik kayu dari tangan si pria. Ia mengayunkan balik kayu ke kepala si pria."BRak! PRak!" Si pria mengaduh kesakitan. Bagas mengambil pisau kecil yang menyembul di dekat saku
Dari kejauhan, Bagas yang baru saja keluar dari rumah sakit sesuai menjenguk temannya, terperanjat melihat Lily dan beberapa laki laki yang berdiri menghadap ke arah sebuah mobil."Apa yang mereka lakukan? Kenapa Lily ada di sini? Pasti ada yang tidak beres!" Bagas bicara dalam hati. Ia bersembunyi di balik dinding dan mengamati pembicaraan mereka dengan seksama."Cepat bawa dia ke gudang tembakau kita yang ada di perbatasan kota!" Lily memerintahkan anak buahnya."Siapa yang akan dia bawa ke sana?" Bagas bicara dalam hati.Dua orang lelaki masuk ke dalam mobil. Mereka memindahkan tubuh Senja ke kursi belakang kemudi. "Kami berangkat sekarang!" Dua anak buahnya pamit."Aku akan menyusul!" Lily menjawab.Mobil hitam melaju tepat di hadapan Bagas. Bagas melongo kaget karena ia tersadar jika mobil yang baru saja lewat adalah milik Dafa."Apakah yang di dalam mobil adalah Senja?" Bagas pun berinisiatif untuk mengikuti mobil itu.Ia masuk ke dalam mobil dan dengan lihai mengikuti mobil
"Kualitas sperma pasien, sangat buruk. Hal ini akan menyebabkan, pasien mengalami kesulitan untuk memiliki momongan.""Apa?" Ayu melongo mendengar penjelasan Dokter."Nggak mungkin Dok. Saya pernah cek kesuburan, aman kok! Nggak ada masalah! Sekarang kenapa bisa bermasalah!" Dafa protes."Bisa anda katakan dimana anda melakukan tes itu?""Di Rumah Sakit Goldy Health. Waktu itu saya dan mantan istri saya melakukan tes bersama."Dokter hanya menggelengkan kepalanya sembari menyodorkan selembar kertas berisi catatan medis."Dafa, menurut Mama, Dokter Alin ini lebih bisa dipercaya. Sebab, dulu kamu tes. Katanya Lily yang susah punya anak. Divonis mandul segala macam. Nyatanya? Dia bisa hamil!" seru Ayu."Iya ya." "Sudahlah Mas. Nggak perlu bahas soal anak lagi. Kalau memang tiba waktunya, kita punya momongan, kita pasti akan punya!" seru Senja."Kemungkinannya sangat tipis sekali untuk bisa memiliki momongan." Dokter menyahut.Dafa tampak shock dengan ucapan Dokter. Ia menundukkan wajahn
Bangkai tikus itu telah dimasukkan oleh security rumah, ke dalam kantong plastik. Namun meskipun begitu, bau busuknya masih tercium oleh semua orang."Siapa yang berani membuang bangkai ke sini Pak? Perumahan ini dijaga ketat. Kenapa sampai ada orang yang berani keliaran di sini dengan tujuan yang tak baik." Dafa mulai emosi."Setahu saya semenjak Pak Mulyo sudah pensiun dari security perumahan, mereka membebaskan orang orang untuk keluar masuk wilayah ini.""Nggak beres ini! Lama lama perumahan kita akan jadi kumuh." Suara keributan yang terjadi, membuat Ayu ikut keluar dari rumah."Ada apa? Kenapa semuanya berkumpul di sini?""Ada yang melemparkan bangkai tikus ke sini, Ma." Dafa menjawab."Jorok! Itu paling kerjaan orang iseng. Pengangguran yang iri dengan kehidupan orang lain. Sudahlah abaikan saja!" seru Ayu.Ayu melenggang masuk lagi ke dalam rumah. Pak Man mengantarkan Bi Sari berbelanja.Dafa dan Senja juga masuk ke dalam rumah. "Ada apa Ma?" tanya Ethan yang ikut penasaran.
Sembari fokus menyetir, Senja meraih ponselnya dan menelepon Dafa."Mas!" Terdengar suara istrinya yang sedang gemetar karena panik."Ada apa sayang? Kenapa suaramu berubah menjadi seperti orang yang sedang panik?""Mas, aku takut! Ada orang yang sejak tadi mengikuti aku!""Mengikuti? Maksudnya?""Di belakang mobilku, ada orang yang menggunakan sepeda motor. Dia mengejar mobilku. Aku belok ke kanan, dia juga ikut belok ke kanan.""Tenang! Jangan takut dan jangan panik! Kamu fokus melihat ke arah depan saja. Jangan pikirkan orang itu. Dan jangan menyetir ke tempat sepi. Aku akan menyusulmu sekarang. Katakan dimana posisimu!" seru Dafa."Jembatan Helly!" sahut Senja."Baiklah! Di dekat Jembatan Helly ada sebuah pasar yang cukup besar. Menyetir lah ke arah pasar itu. Lalu minta bantuan pada orang orang yang ada di pasar. Penjahat seperti mereka akan berpikir ulang, jika kau sudah ada di dalam pasar.""Baiklah!" Senja menutup ponselnya.Dafa segera masuk ke dalam mobil dan menyusul istrin