"Rencana apa lagi yang kalian susun untuk menyakiti Manda?" tiba-tiba saja Hendry sudah ada di belakang mereka dengan tatapan datar dan dingin yang membuat Laras gemetar.
Mata tuanya menatap tajam kepada mereka. Menuntut penjelasan atas segala bisik-bisik yang sejak tadi mereka lakukan. "Tidak, Pah. Kami tidak punya rencana apapun juga! Ya kan, Brina?" tanya Laras sambil memberi kode pada putri semata wayangnya.Brina sontak tersenyum dan mendekati Henry yang masih menetap mereka dengan tatapan penuh penyelidikan. "Ih, Papa kok nanyanya kayak gitu sih? Emang apa yang bisa kami rencanakan untuk Kak Manda?" tanya Brina berusaha memasang wajah tak berdosa di hadapan ayahnya yang tentu saja tidak akan bisa dikibuli oleh mereka.Hendry menepis tangan Brina. Lalu duduk di sofa yang ada di kamar utamanya, "Papa sangat kenal siapa ibumu. Wanita keji yang selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apapun yang dia inginkan. Selama ini dia selalu mendidikmu untuk menjadi sepertinya!" Ucapan dingin terdengar dari mulut Hendry dengan tatapan mata setajam elang.Laras benar-benar tidak mampu untuk menghadapi tatapan yang penuh intimidasi dari suaminya. Laras boleh nakal dan ganas di luar sana kepada orang lain. Tetapi di rumah, dia takluk pada kuasa seorang Hendry Atmaja. Dia belum siap kehilangan semua fasilitas mewah yang mampu diberikan dari statusnya sebagai Nyonya Atmaja."Papa bicara apa sih? Ko bicaranya kayak gitu pada putri kita?" tanya Laras dengan suara gemetar dan berusaha untuk bersikap biasa saja dihadapan Henry yang terus menetapnya lekat.CkGeram Brina melihat ibunya yang selalu bersikap lembek ketika berhadapan dengan ayahnya. Padahal dia sudah tidak sabar untuk menyingkan Hendry dari hidup mereka. Brina bahkan sudah bekerja sama dengan Matteo untuk segera mengambil alih perusahaan Atmaja Group. Dia tidak terima Manda sebagai ahli waris utama dari ayahnya."Apa kau yakin, kalau Brina adalah darah dagingku? Apa kau yakin, dia memiliki darah seorang Atmaja?" pertanyaan yang menohok yang membuat Laras begitu gugup dan Brina sontak menatap tajam ke arah ibunya.Melalui matanya, Brina bertanya kepada Laras maksud dari perkataan Hendri yang seakan meragukan asal-usulnya. "Kamu kok bilang kayak gitu, Pah? Lihatlah! Brina menjadi sedih karenanya. Tentu saja dia anak kamu, Pah!" Laras berusaha untuk meraih tangan Hendry tetapi langsung ditepis begitu saja olehnya.Laras menelan salivanya dengan susah payah. Brina yang sudah panas hatinya, karena mendapatkan keraguan dari laki-laki yang selama 20 tahun lebih sudah dianggap sebagai ayahnya merasa sakit hati. "Apa kamu yakin?" Tatapan sinis Hendry bagaikan ribuan anak panah yang menembus jantungnya dan menimbulkan luka yang tak berdarah.Hendri bisa melihat rasa gugup yang tergambar jelas di mata Laras yang tidak berani menatap matanya secara langsung. "Tentu saja Mama yakin. Papa kenapa sih, kok tiba-tiba ngomong aneh kayak gini?" tanya Laras yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mereka yang sejujurnya amat mengganggunya.Tetapi Hendry tiba-tiba saja melemparkan sebujur surat ke wajah Laras yang membuat wanita itu menjadi bertanya-tanya, "Surat apa ini, Pah?" Dengan hati-hati Laras pun kemudian membuka surat yang ternyata adalah hasil tes DNA yang dilakukan antara Henndy dan Brina.Wajah Laras memucat seketika melihat hasil yang tertera di surat tersebut,"Ini bohong, Pah! Tidak mungkin kalau Brina bukan anak Papa!" Laras menjerit histeris dan mengguncang lengan Hendry yang sontak langsung dihempaskan dengan begitu kejam.Laras menangis dan bersimpuh di kaki suaminya. Dia berharap hal itu akan berubah pemikiran Hendry tentang dirinya dan Brina. Brina yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dia pun langsung merebut kertas yang ada di tangan ibunya. Lamat-lamat Brina membaca surat itu dengan perlahan. Brina pun sontak merasa kaget dengan apa yang dia lihat."Apa ini, Mah? Kenapa hasil tes DNA ini mengatakan kalau aku bukan anaknya papa?" Brina tentu saja syok dengan kenyataan yang dia lihat. Dia kecewa dan kesal.Kalau hasil dari test DNA itu benar, yang mengatakan bahwa dirinya bukan keturunan Atmaja. Maka hilanglah sudah kesempatan dirinya untuk memiliki grup Atmaja yang sudah lama dia impikan dan menjadi tujuan hidupnya.Laras langsung mendekati Brina dan mengatakan bahwa itu adalah sebuah kesalahan, "Tidak, sayang! Surat itu salah. Pasti ada orang yang sudah merencanakan kejahatan di belakang kita untuk merugikan posisi kita di keluarga Atmaja," Laras berusaha sekuat tenaga untuk menjelaskan kepada Brina tentang hasil tes tersebut."Tidak semua orang memiliki otak busuk dan jahat sepertimu! Kau orang jahat yang selalu merencanakan hal buruk untuk orang lain! Aku sudah melakukan kesalahan besar dengan mau menikahi wanita ular seperti kamu!"Tampak kemarahan begitu jelas di wajah Hendri yang merasa telah ditipu oleh istrinya selama 20 tahun lebih. Dia telah begitu bodoh percaya begitu saja pada kata-kata Laras, hingga dirinya harus menerima konsekuensi dengan perpisahannya bersama Melati, wanita yang amat dia cintai.Laras menatap garang pada Hendry yang sejak tadi terus mendesaknya untuk melakukan sesuatu yang sudah lama dia tahan, karena tujuannya belum tercapai. Tapi dia harus mengambil tindakan tegas agar posisinya sebagai Nyonya Atmaja tidak tergeser karena kenyataan itu. Sangat berbahaya kalau orang luar tahu bahwa Brina bukan anak kandung suaminya yang sudah tua dan sakit-sakitan.Laras menatap tajam kepada Brina dan memberikan kode kepada putrinya untuk mendorong Hendry hingga terjatuh. Kepala Hendry terantuk sudut meja. Darah segar mengucur dari keningnya. Hendry yang mendapatkan serangan dadakan dari Laras dan Brina tidak bisa melakukan apapun. Karena kondisi tubuhnya yang memang lemah karena sakit yang belum sembuh total.Belum lama ini Hendry baru saja pulang dari rumah sakit setelah selama seminggu penuh dia dirawat secara intensif oleh tim dokter yang menangani dirinya selama bertahun-tahun."Kalian tega melakukan ini padaku?" tanya Hendry sebelum dia jatuh pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan darah.Brina menatap tajam kepada Hendry yang sudah terkapar tak berdaya di lantai. "Bagaimana ini, Mah? Bagaimana kalau Papa mati?" Brina terlihat begitu gugup melihat tubuh Hendry yang sudah tak berdaya.Laras langsung membekap mulut Brina yang begitu ribut dan pastinya akan menarik perhatian para pelayan yang bekerja di mansion itu, "Bisa kamu diam? Tenanglah, Brina! Jangan berbuat kebodohan yang akan mengantar kita pada dinginnya jeruji besi! Mama akan memikirkan apa yang harus kita lakukan untuk menyembunyikan semua ini!" Laras kemudian duduk dan memikirkan langkah selanjutnya yang harus mereka lakukan untuk menyembunyikan kejadian itu agar tidak dicurigai oleh pihak yang berwajib.Setelah memeriksa bahwa Hendry masih hidup, mereka pun kemudian berpura-pura seakan-akan baru menemukan tubuh Hendry yang sudah tak berdaya di lantai. Kemungkinan hidup Hendry hanya 50% melihat darah yang begitu banyak keluar dari keningnya.Hal itulah yang membuat Laras begitu percaya diri untuk berteriak dan memanggil karyawan yang bekerja di Mansion. Tubuh Hendry langsung diangkat dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.Brina diperingatkan oleh Laras untuk bersikap hati-hati dan tidak berbuat sembronoh sehingga membuat orang lain curiga dengan kejadian itu. Laras dengan begitu mahirnya bersandiwara di hadapan Manda yang datang bersama dengan Daniel untuk menengok ayahnya yang sekarang berada di ICU."Sebenarnya apa yang terjadi pada papaku? Kenapa tiba-tiba dia masuk ICU lagi?" tanya Manda pada Laras yang sejak tadi terus meneteskan air matanya.Manda tidak percaya sama sekali dengan air mata yang diperlihatkan oleh ibu tirinya yang sejak dulu selalu pandai bersandiwara. Manda hanya melirik sekilas kepada Brina yang sejak tadi terus menetap kerahnya dengan tajam dan penuh permusuhan.'Ckckc! Kenapa Gadis itu bersikap seakan aku ini najis yang menjijika' batin Manda merasa kesal dengan kelakuan Brina padanya di hadapan Daniel.Brina yang sudah merampas tunangannya. Tetapi kenapa seakan-akan dia yang menjadi Penjahat di sana? Sungguh lucu! Manda sudah membulatkan hatinya bahwa dia tidak akan pernah membiarkan siapapun bermain-main lagi dengan nasibnya.'Mulai hari ini! Akulah yang akan mengendalikan kehidupanku sendiri. Tidak akan kubiarkan siapapun menyakitiku lagi tanpa permisi!' Brina cukup terkejut melihat sorot mata Manda yang memperlihatkan permusuhan dengannya.Padahal sebelu
Matteo saat ini menatap Brina yang ada disampingnya. Dia kesal sekali karena Manda sama sekali tidak datang menjenguknya. Padahal dia sudah hampir satu minggu dirawat di rumah sakit, gegara duhajar oleh anak buah Daniel tempo hari."Teleponlah kakakmu untuk datang kemari. Aku ingin bicara dengannya," pinta Matteo kepada Brina yang tentu saja menolak permintaan tersebut mentah-mentah.Brina mendengus kesal karena Matteo yang tampaknya tidak memperdulikan perasaannya. Padahal dia sangat mencintai Matteo. Dia bahkan rela bekerja sama dengan pemuda itu untuk mengakuisisi perusahaan milik ayahnya.Brina tidak tahu bahwa Matteo merencanakan itu semua untuk menekan Manda agar mau kembali kepadanya. Entah bagaimana perasaan Brina kalau suatu saat nanti dia mengetahui dirinya cuma dimanfaatkan oleh Matteo untuk mencapai keinginannya."Kamu sungguh keterlaluan! Ada Aku disini yang mendampingimu dengan setia. Kenapa kau sibuk mencari Manda yang sudah menjadi istri orang lain?" amuk Brina kesal.
Manda akhirnya menemui Matteo yang sudah menunggunya sejak tadi. Walaupun dengan hati yang dongkol dan terpaksa.Manda sudah bersiap untuk meninggalkan pemuda itu. Karena sudah hampir setengah jam dia berada di ruangan itu, tetapi Matteo tidak mengatakan apapun. Hanya terus menatapnya dengan penuh kerinduan."Kalau kau masih diam saja, sebaiknya aku pergi dari sini. Aku tidak punya waktu untuk menemani orang yang tidak ada kerjaan sepertimu!" Manda terlihat begitu kesal kepada Matteo yang selalu saja mempermainkan perasaannya sejak dulu.Matteo meminta kepada Manda untuk kembali duduk. Dia berusaha untuk menggenggam tangan Manda tetapi langsung ditepis dengan kasar. Manda tidak sudi disentuh lagi oleh laki-laki yang sudah menghianati cintanya."Manda, Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu. Apakah bisa?" tanya Matteo dengan tatapan penuh pengharapan.Akan tetapi Manda yang sudah menyimpan amarah sejak tadi, hanya mendengus kesal kemudian pergi begitu saja dari ruangan Matteo. Manda
Daniel sedang ada di supermarket. Dia ingin membuat makan malam romantis untuk Manda. Setelah tadi dia membatalkan reservasi restoran yang sudah dipesan oleh sekretarisnya sejak tadi siang. Daniel paham kalau Manda saat ini masih galau dan dalam keadaan lemah. "Aku yakin Manda pasti akan senang dengan apa yang akan kulakukan untuk dia," Daniel memilih bahan makanan yang segar tanpa merasa risi atau malu. Pesona Daniel memang tiada lawan.Walaupun hanya menggunakan kaos oblong dan sendal jepit. Tetapi Daniel tetap mampu menghipnotis para wanita melihat ke arahnya. Daniel tetap cuek dan menikmati waktu belanja yang jarang sekali dia lakukan. Dimansion miliknya, chef terkenal selalu siap sedia memasak untuk dirinya dan Manda. Daniel sejak kecil sudah terbiasa dengan kehidupan mewah yang diberikan oleh kedua orang tuanya sejak dia lahir. Daniel belajar memasak makanan-makanan favoritnya dari chef terkenal yang sengaja dipanggil untuk bekerja di mansion tempat dia tinggal bersama istriny
"Jangan bercanda! Tidak mungkin aku hamil anakmu!" Teriak Manda histeris.Manda benar-benar tidak pernah menyangka, kalau dirinya akan mengandung keturunan Daniel Anderson yang terkenal sebagai seorang Casanova yang selalu menyakiti hati banyak wanita. Dia tidak bisa menerima nasib tersebut dan ingin merubahnya. Daniel tentu saja merasa tersinggung dengan perkataan Manda yang seakan menegaskan bahwa istrinya itu tidak sudi mengandung anaknya, darah dagingnya. Tetapi Daniel berusaha untuk menyabarkan dirinya agar tidak terpancing emosi. Karena dia ingat bahwa Manda sedang mengandung benihnya, calon keturunannya!!"Kita setiap hari melakukannya. Apa kau lupa? Aku selalu menaruh benihku di dalam. Kamu juga tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi. Apa yang tak mungkin dari kamu mengandung anakku?" tanya Daniel yang berusaha untuk tetap sabar dan melembutkan suaranya.Sungguh! Jika ada orang yang mengenal Daniel sebelum ini, pasti merasa heran dengan apa yang terjadi sekarang. Seorang Da
Daniel menatap Manda dari kejauhan yang saat ini sedang berbicara dengan Bian terlihat begitu serius tetapi Daniel tidak ingin mencari masalah dengan hadir di antara mereka berdua."Kalian awasi nyonya besar! Jangan sampai dia mengalami kesulitan apapun! Kalau ada masalah, segera laporkan semuanya padaku!" perintah Daniel kepada pengawal bayangan yang selalu mengikuti kemanapun Manda pergi."Baik, Tuan!" Daniel kemudian meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan apapun kepada Manda. Ya, Daniel memutuskan untuk bersikap kooperatif terhadap istrinya yang meminta kebebasan selama berada di luar. Dia tidak mungkin mengekang Manda untuk selalu berada di sisinya."Tuan kita akan pergi ke mana?" tanya sang asisten memecahkan dengan diantara mereka."Aku Ingin menyepi sejenak, bisa kau carikan aku tempat yang sunyi?" tanya Daniel sambil terus memijit televisinya yang terasa begitu pening dan berdenyut nyeri.Semua masalah yang hadir dalam hidupnya amat memusingkan. Apalagi Manda yang menolak k
Bruno meminta maaf berkali-kali kepada Manda karena sudah membuat Daniel mengamuk dengan kedatangannya ke Mansion itu."Sudahlah! Jangan dipikirkan. Bukankah kau yang paling mengenal kakakmu itu?" tanya Manda yang mengantarkan Bruno untuk keluar dari Mansion dan meninggalkan dia bersama Daniel.Daniel yang saat ini sedang berada di atas balkon kamar mereka terus menatap interaksi antara Manda dan Bruno yang terlihat begitu akrab. "Sejak kapan laki-laki b******* itu dekat dengan istriku? Apa sebenarnya yang dia rencanakan? Setelah mendekati Natalia, kini dia mulai juga mendekati Manda. Apa dia tidak punya kerjaan??" Tanya Daniel yang merasa begitu geram melihat Bruno saat ini sedang tertawa dengan Manda.Kalau mengikuti kata hatinya Dia pasti sudah berlari ke lantai bawah dan menghajar habis-habisan pemuda itu. Tetapi ketika mengingat tentang Manda, membuatnya seketika mengurungkan keinginannya tadi. Dia sangat mengenal Manda yang tidak suka dengan kekerasan.Daniel akhirnya hanya bisa
Manda mengalihkan pandangan Matanya dari Daniel. Dia tidak ingin membuat lelaki itu geer kalau mengetahui dia memperhatikannya sejak dia keluar dari masjid yang ada rumah sakit.EhmmmManda melirik sekilas pada Daniel yang berdehem di dekatnya. Entah apa maksud dia. "Shalat dulu, aku akan menunggumu disini sambil menunggu pesanan makan malam untuk kita," perintah Daniel sambil mengotak-atik ponselnya tanpa melihat ke arah Manda.Manda mengikuti apa yang dikatakan Daniel. Walaupun di dalam hatinya merasa tidak senang karena lelaki itu lebih sibuk dengan ponsel daripada dirinya. Manda mendengus kesal karena Daniel masih saja tidak mau melihat ke arahnya begitu lama. Padahal Daniel sedang fokus memesan makanan untuk mereka.Manda memilih fokus ibadah dari pada makan ati mengharapkan perhatian dari Daniel. Dua pasang manusia yang sebenarnya sama-sama peduli, tetapi sama-sama gengsi untuk mengungkapkan perasaan masing-masing. Tapi mereka selalu beringas saat ada di atas ranjang. Buktinya se
Daniel berhadapan dengan Bruno yang babak belur, ada seraut wajah sesal disana. "Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau kamu sedang membantu anda untuk menurunkan panasnya?" tanya Daniel sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Bagaimana aku bisa menjelaskannya padamu, huh? Sementara kau sudah seperti banteng kesurupan. Apa selama ini kamu tidak pernah menganggapku sebagai saudaramu?" tanya Bruno sedih. Dia sebenarnya hanya menginginkan pengakuan dari Daniel. Karena bagaimanapun juga dia adalah kakaknya.Selama ini mereka hidup layaknya musuh. Kadang Bruno merasa iri kepada teman-temannya yang begitu akur dengan saudara mereka."Aku merasa cemburu ketika kau berdekatan dengan istriku. Selama ini, bukankah kamu selalu berusaha untuk merebut apapun yang Kumiliki. Ya, kan?" Manda sejak tadi hanya diam dan menyimak pembicaraan mereka. Setelah mendapatkan pengobatan dari dokter keadaan Manda sudah semakin membaik. Manda bisa makan dan berjalan-jalan di sekitar rumah.Manda merasa sen
Manda terbaring lesu di atas ranjang. Sementara Daniel keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya dari sisa percintaan mereka semalam. Daniel mendekat ke arah Manda yang masih bergelung di balik selimut."Sayang, Kok tumben sekali kamu masih belum bangun? Perlu aku menggendong untuk ke kamar mandi?" tanya Daniel sambil mengelus sayang wajah wanitanya.Manda menggeleng, "aku masih sangat lelah dan mengantuk. Gegara kamu!" Rengek Manda kesal. Daniel hanya tertawa melihat ekspresi wajah istrinya. "Sayang, aku mau ke kantor sebentar. Ada urusan sedikit. Nanti siang aku akan mengantarkan kamu ke dokter untuk periksa kehamilanmu. Sejak kemarin kamu muntah terus loh. Aku sangat khawatir dengan kesehatanmu!" Ucap Daniel."Aku baik-baik saja tidak perlu ke dokter. Aku hanya perlu istirahat dari lelaki mesum kayak kamu!" Sengit Manda yang masih kesal ketika dia mengingat kembali, apa yang dilakukan Daniel tadi malam kepadanya."Ya udah! Aku minta maaf ya! Sayang, Daddy kan melakukan
Daniel saat ini sedang berada di kantornya. "Apakah seumur hidup kamu belum menikah?" tanya Daniel pada asistennya yang sejak tadi hanya mendengarkan semua perkataannya."Belum pernah Tuan! Karena saya tidak punya waktu untuk berkencan dengan wanita di luar sana selain anda. Saya terlalu sibuk untuk mengurus anda dan semua masalah anda!" Daniel langsung melemparkan pulpen yang ada di tangannya karena merasa geram dengan jawaban sang asisten."Apakah itu artinya aku yang sudah membuatmu menjadi jomblo abadi? Ih, kau pintar sekali bersembunyi di balik kata-katamu. Padahal kamu yang memang ga laku di mata para gadis itu! Cih! Bikin kesal saja!" Daniel pun kemudian mengusir asistennya untuk keluar dari ruangannya."Keluar sana! Bicara denganmu hanya semakin menambah kepusingan kepalaku!" Kesal Daniel.Setelah sang asisten meninggalkannya terlihat Daniel yang terus menatap ponselnya. Daniel benar-benar merasa dipusingkan dengan tingkah Manda yang ajaib menurutnya.Jelas-jelas Daniel mengin
Manda merasakan tubuhnya begitu lemah Setelah dari tadi bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Tampaknya Manda mengalami morning sick karena kehamilannya. Daniel yang saat ini sedang berada di ruang kerjanya, terus memperhatikan apapun yang dilakukan oleh Manda melalui CCTV tersebut yang sengaja dia pasang di kediaman Manda untuk selalu memantaunya."Anakku. Kenapa kau begitu nakal? Kau membuat mommy kamu jadi begitu kesulitan. Sekarang Daddy mau tidak mau harus menemui mommymu. Karena daddy tidak tega melihat mommy kamu menderita sendirian." monolog Daniel yang kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju keluar.Daniel pergi menuju apartemen milik Manda dengan menggunakan mobilnya sendiri tanpa bantuan supir pribadinya. "Aku harus membeli beberapa kebutuhan Manda. Hmm, dia pasti kesulitan untuk menjalani kehamilan ini sendiri. Sayang kenapa sih kamu harus bersikeras untuk meninggalkan aku? Aku benar-benar tidak sanggup untuk jauh darimu!" Begitu sampai di sebua
Manda sama sekali tidak memperdulikan peringatan yang ditunjukkan oleh ibu dan adik tirinya. Entah kenapa mereka begitu bernafsu untuk menguasai perusahaan ayahnya. Manda yang menjadi saksi perjuangan Ayah dan Ibunya di masa lalu tidak akan pernah membiarkan perusahaan itu jatuh kepada orang yang berniat untuk menghancurkannya."Kamu benar-benar seorang wanita yang tidak tahu malu. Sudah menjadi seorang istri dari lelaki triliuner dan memiliki harta yang melimpah, tapi kamu masih saja serakah dan menginginkan uang recehan yang ada di tangan kami! Cih, tak tahu malu!" Manda sama sekali tidak peduli dengan ocehan Brina yang sengaja ingin mengecoh emosinya.Dengan begitu tenang Manda mendekati Brina. "Hey, lebih tidak tahu malu yang mana, antara merebut harta yang bukan miliknya dengan mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Hmm? Kamu katanya wanita yang pintar dan cerdaskan? Paham sampai sini?" Manda tersenyum sini kepada Brina yang langsung melotot kepadanya. Dia marah dan kesal.
"Ada apa sih Mah?" tanya Brina begitu kesal karena di paksa pulang oleh ibunya. Padahal dia berniat untuk ke mansion Anderson demi menemui Manda sesuai keinginan Matteo.Sang ibu langsung menepuk kepala Brina. Dia kesal bukan kepalang dengan putrinya yang selalu gak sopan padanya. "Kamu harus tinggalkan Matteo. Dia sudah ga ada gunanya sama sekali. Apa kamu tahu kalau dia sudah tidak jadi ahli waris dari keluarga dia lagi." Brina melotot sempurna mendengar ucapan ibunya."Mama gila, huh? Susah payah aku mengejar dia. Sekarang setelah aku dapatkan malah aku tinggalkan?" tanya Brina kesal luar biasa.Brina langsung di keplak lagi kepalanya oleh sang ibu. "Jangan bantah! Pokoknya mama ga suka kamu masih sama dia! Putuskan dan tinggalkan dia! Jangan buang-buang waktu bersama lelaki ga punya masa depan itu!" Brina terlihat kesal bukan kepalang dengan ibunya yang sampai sekarang masih saja memperlakukan dirinya seperti anak kecil."Mama kenapa sih? Suka banget mukul-mukul kepala aku. Nanti
"Tolong kamu bujuk Manda untuk mencabut tuntutan dia di kantor polisi. Aku ga mau masuk penjara." Pinta Matteo ketika Brina mendatanginya di kantor polisi.Hari ini Matteo terpaksa datang ke kantor polisi karena mendapatkan surat panggilan paksa. Dia sudah lebih dari tiga kali mangkir dari panggilan polisi, sehingga membuat anggota polisi terpaksa menjemput paksa dirinya. Apalagi orang yang melaporkan pemuda itu adalah Daniel Anderson yang terkenal di daerah mereka.Brina terlihat mengerutkan keningnya karena tidak suka mendengar Matteo memanggil nama wanita yang sangat Dia benci seumur hidupnya. Brina masih mengingat semua kejadian di masa lalu ketika dirinya harus menahan perihnya hati karena selalu di banding-bandingkan dengan Manda oleh semua orang. Hal itu yang membuat Brina akhirnya mulai bersikap antipati dan memusuhi Manda. Awalnya dia menyukai kehadiran Manda sebagai saudara tiri, karena tidak harus kesepian lagi seperti dulu."Kenapa kamu harus menyebutkan nama Manda di depan
"Kau baik-baik saja?" tanya Bruno saat dia melintas di depan Mansion Daniel dan melihat Manda membawa kopernya dengan amarah yang begitu kentara di wajah cantiknya.Manda mengacuhkan Bruno dan berlalu begitu saja. Sementara itu Daniel yang melihat dari kejauhan memerintahkan anak buahnya untuk mengawal Manda dan memastikan keselamatannya.Daniel sudah diancam oleh Manda kalau sampai berani menghalangi kepergian dirinya dari mansion. Manda akan menggugurkan anak yang ada di dalam kandungannya. Mendengarkan ancaman itu, tentu saja nyali Daniel menciut seketika. Karena dia yang paling mengerti bahwa keluarga besarnya sudah mengharapkan dan menantikan kelahiran putranya sebagai pewaris keluarga Anderson."Pastikan dia selamat dan mendapatkan semua kemudahan. Aku ga akan memaafkanmu kalau sampai terjadi apa-apa kepada istri dan anakku. Paham?" tanya Daniel pada pengawal kepercayaannya yang selama ini selalu dia andalkan dalam segala hal."Siap, Tuan! Saya permisi!" Pamitnya dengan segera.
Manda menangis dalam pelukan Daniel. Dia amat sulit melupakan kejadian buruk yang menimpanya karena perbuatan Matteo. "Sayang, kamu harus bisa melupakan kejadian itu. Kasihan anak kita di dalam kandunganmu pasti juga akan merasakan stress jika ibunya mengalami trauma seperti ini." Daniel berusaha untuk menasehati Manda agar bisa tenang.Dia sadar bahwa semua itu adalah kesalahannya yang sudah teledor menjaga istrinya. "Seandainya saja tadi aku tidak meninggalkanmu di pesta sendiri, pasti bajingan itu tak akan berani macam-macam padamu." Sesal Daniel sambil memeluk erat tubuh Manda yang gemetar karena tangis."Laki-laki bajingan itu mungkin tidak pernah memikirkan perasaan orang lain. Dia hanyalah egois dan suka memerankan playing Victim. Aku benci dengan dia!" Manda menghapus air matanya dengan kasar.Daniel bisa melihat kebencian di matanya. Daniel bisa mengerti luka yang begitu besar yang sudah disayatkan oleh Matteo kepada istrinya. "Kita ke dokter ya? Mungkin akan bagus jika kau b